Ikut mendampingi berjalan menaiki tangga untuk bisa menuju ruang divisinya, tak sekalipun Ghea melepas genggam tangan yang kian Yudhi eratkan.
Bukan apa-apa, hanya saja Ghea masih merasa sangsi apabila laki-laki itu tiba-tiba pingsan seperti hari lalu.
Memang Ghea sudah tak memiliki urusan disini lagi, namun dirinya yang sudah mengerti akan rencana kejutan yang sudah dipersiapkan dari para karyawannya untuk laki-laki itu, tak sabar untuk segera melihati reaksi dari Yudhi.
Sesekali Ghea melirik pada sosoknya yang nampak begitu tampan pagi ini mengenakan jaket krem dan seragam khas ASN-nya. Yah, setidaknya Yudhi sudah tampak lebih bugar dari hari kemarin.
"Kenapa ngeliatin terus?" celetuk Yudhi sadar.
"Hmm? Gak ada kok, emang kenapa? Gak boleh aku ngeliatin kamu?"
"Iya-iya. Tapi kamu gapapa nganterin aku berangkat kerja gini? Katanya kamu ada undangan jadi bintang tamu di radio?"
"Gapapa kok, kan itu juga masih nanti siang. Yang penting aku tahu kalo kamu baik-baik aja di jalan dan selamat sampe kantor."
"Berasa jadi anak TK."
"Ya emang kamu tuh anak TK, masih butuh pengawasan orang dewasa, wlek!" julur lidah Ghea dengan Yudhi merasa gemas ingin mencubit, namun tersadarkan bahwa mereka telah sampai di lantai dua diikuti genggaman di antara mereka mulai Ghea lepas perlahan.
Sejujurnya, Yudhi masih ingin menggenggam tangan gadis itu lebih lama. Namun memahami bahwa ia juga tak mau menempatkan diri Ghea pada resiko akan pemberitaan yang kurang menyenangkan bersamanya, membuat Yudhi tak mampu sekedar menyembunyikan kekecewaan sendiri yang bisa Ghea baca dari ekspresi wajahnya.
"Gih buruan masuk," sila Ghea terhenti di ambang pintu.
"Loh, kamu gak mau ikut?"
"Y-ya... kan aku udah bukan anak magang lagi."
"Kan kamu juga kenal sama temen-temen disini."
"I-iya sih... cuman kamu duluan aja deh."
"Kamu malu ya kalo nganterin aku?" polosnya mengada-ada membuat Ghea tak tega.
Padahal maksud Ghea mempersilakan Yudhi duluan agar rencana kejutan yang ada berjalan seperti semestinya.
"Gak Yudhi, aku gak malu sama sekali. Tapi kamu masuk duluan aja."
"Beneran ikut masuk ya?"
"Iyahhh," senyum manis Ghea.
Yudhi yang mulai merasakan ada bentuk kecurigaan, menuruti saja memasuki ruangan hingga baru beberapa langkah dirinya ambil, banyak seruan datang membuatnya bergeming terperanjak kaget.
"Pagi, Pak Yudhiiii!"
Yudhi yang sempat bingung ada ulang tahun siapa, sempat celingukan hingga melihati Desti datang membawa satu buah tumpeng di tangan berjalan ke arahnya.
"Apa nih?" tunjuk Yudhi seraya terkekeh kecil dengan ekspresi cengo.
"Loh, kan sekarang hari pertama Pak Yudhi balik kerja setelah kemarin dirawat inap."
"Makasih ya, padahal kemarin saya dirawat cuma tiga hari aja."
"Gapapa Pak Yudhi, ini juga... jadi ucapan terima kasih kita buat terakhir kali sebelum Pak Yudhi pindah dinas pulang ke Makassar," sahut Pak Slamet.
"Iya, pak. Padahal kalo boleh minta mah... kita pengennya Pak Yudhi aja selamanya disini. Karena baru kali ini divisi humas punya pemimpin yang hebat, keren, bener-bener bisa bikin kita jadi keluarga kedua. Ya gak, Bar?" senggol Desti pada laki-laki di samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati, Aparatur Sipil Negara
Storie d'amoreGhea Soedartono -- harus menerima takdir dan fakta bahwa ia diarak oleh warga bersama Yudhi Irfan sebagai kepala divisi humas kantor walikota, sekaligus atasan tempatnya magang untuk dinikahkan secara paksa. Selagi dirinya berusaha untuk melupakan...