Setelah memutuskan untuk pulang lebih awal dari liburannya dibanding yang lain, berbekal motor matic milik Agam dengan kakaknya itu yang tidak Ghea ketahui ada dimana, sesekali membetulkan posisi helmnya yang tak jarang mlorot kala diterpa angin.
Ghea tidak tahu permasalahannya ada di helm yang dirinya kenakan terlalu besar atau memang kepalanya terlalu kecil. Padahal suasana sore hari ini cukup mendung dengan awan hitam mulai berarak diikuti udara dingin menyeruak menembus jaketnya.
Namun entah mengapa untuk kali ini, kata hati Ghea memutuskan untuk membawa motor skutik daripada mobilnya yang tergeletak di rumah.
Ya rencana awalnya sih memang dirinya ingin sekedar mengecek kondisi tempat dan rancangan awal bentuk surprise yang akan diberikan untuk Rama di hari ulang tahunnya besok.
Dan rencana awalnya pula, Ghea menuruti kata Rama untuk bisa merayakannya sehari setelah dirinya kembali dari liburan. Namun mengingati apa yang terjadi antara dirinya dengan Yudhi, membuat Ghea tak ingin terus berlama-lama larut dalam luka.
Walaupun ia juga merasa tak tega pada semua teman divisi magangnya ketika berpamitan tadi, terutama pada Desti yang benar-benar sempat mencegah, namun keputusan Ghea telah bulat.
Goresan itu masih ada dan masih segar tercipta. Pun bukan maksud Ghea untuk menghindar, hanya saja ia tak ingin berurusan dengan hal yang hanya akan membuatnya gila.
Dengan kemampuan menyetir yang lebih baik ketika menggunakan motor matic, tak butuh waktu lama setelah berputar-putar pada jalanan yang tidak dirinya kenali, berbekal maps hape yang sedari tadi dirinya pelototi, Ghea mulai menemukan palang tempat café yang Asran bicarakan dan mulai memarkirkan motor.
Ini sepi dari mananya coba? Manajernya itu bilang kalau ia sudah menemukan tempat café sepi yang akan aman dari paparan media, namun sepanjang mata memandang di halaman parkir, tak ada satu pun tempat kosong nan penuh kendaraan kecuali sisi yang baru dirinya singgahi.
Sejenak Ghea celingukan. Oke, setelah dirinya nekat sampai disini, selanjutnya ia harus apa? Langsung bertanya pada kasir untuk bisa mempertemukannya dengan manajer atau bahkan pemilik café? Ghea bakalan kelihatan seperti anak ketua acara seminar dong?
Atau Ghea harus memanfaatkan kekuasaannya sebagai publik figur untuk cari muka pada kasir yang ada untuk bisa mengatur-atur sesuka hati? Tidak, itu keputusan buruk.
Dengan gerakan cepat mengambil hapenya yang sudah mulai sekarat, Ghea berusaha menelepon sosok Asran yang masih tak aktif setelah berulang kali percobaan Ghea lakukan bahkan sampai sebelum dirinya datang kesini.
Kenapa Ghea tak menghampiri rumah laki-laki itu saja ya tadi? Terus dirinya harus gimana dong? Mana langit sudah mulai menunjukkan keperkasaan dengan kilatan dan gemuruh petir mulai terdengar.
Kan tidak lucu kalau dirinya sudah sampai disini namun ia harus kembali lagi karena tak tahu harus memulai dari mana.
Dengan sedikit memutar otak meminta bantuan pada orang lain, Ghea teringat akan satu nama yang mungkin saja akan membantu dirinya karena lebih berpengalaman.
Tanpa menunggu waktu lagi, Ghea menekan tombol panggil pada nomor Fina berharap gadis itu akan segera menjawab.
Namun sembari Ghea menunggu dan mendekatkan hapenya ke telinga, sesekali Ghea mengedarkan pandang pada luas tempat café dimana banyak hiruk pikuk senang pengunjung membuatnya penasaran untuk berjalan mendekat.
"Ini rame banget kenapa deh?" gumam Ghea kala banyak musik dan seruan datang dari dalam, terutama pada bagaimana karyawan café yang ada juga memfokuskan pandangan pada satu panggung kecil di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati, Aparatur Sipil Negara
RomansaGhea Soedartono -- harus menerima takdir dan fakta bahwa ia diarak oleh warga bersama Yudhi Irfan sebagai kepala divisi humas kantor walikota, sekaligus atasan tempatnya magang untuk dinikahkan secara paksa. Selagi dirinya berusaha untuk melupakan...