CERITA AKAN DI PRIVATE SECARA ACAK JIKA INGIN BACA PART LENGKAP DI HARAPKAN FOLLOW DULU.
JANGAN DATANG UNTUK PLAGIAT!
Tessa Azela wanita yang memilih untuk bekerja menjadi pacar sewaan atau apapun yang berupa sewa. Ia akan di bayar dengan perjam s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagaimana Mr.Josephine? Apa tempat peristirahatan ini cukup luas."
Hardin menatap pada tempat pemakaman yang sudah ia pesan. Tempat yang sangat damai untuk tertidur dengan tenang, Hardin juga memilih tepat di bawah pohon yang akan melindunginya dari panas.
"Sangat bagus. Aku setuju mengambil ini," balas Hardin kepada seseorang yang membantunya mencari tempat pemakaman yang bagus.
"Baik. Tapi mohon maaf sebelumnya, siapa yang akan menepatinya?"
"Seseorang yang pasti akan menyukainya," balas Hardin dengan senyuman.
"Saya turut perihatin atas kesedihan anda Mr. Josephine setelah ini semoga saja anda mendapatkan pengganti yang terbaik," ucap pemilik tempat pemakaman.
"Terima kasih."
Hardin kembali menoleh dan melihat tempat- tempat yang telah di isi. Banyak tahun- tahun yang sudah lama, tetapi Hardin akan menjadi yang termuda beristirahat disini.
"Hallo. Aku Hardin josphine, semoga saja aku dapat berteman dengan baik dengan kalian nanti," monolog Hardin di dalam batinnya.
Hardin menatap ke arah langit yang cerah, ia tersenyum dengan mata yang terpejam.
Tuhan.
Jika terjadi sesuatu padaku suatu hari nanti. Tolong pastikan seseorang yang aku cinta, berada di dalam dekapan hangat yang akan membuatnya tenang.
Saat aku melepaskan tangannya. Jangan biarkan ia dalam kesedihan yang berlarut- larut, membuatnya terbebani dan merasakan perasaan bersalah.
Tolong berikan ia kekuatan untuk melanjutkan kehidupannya setelah aku tiada.
Meskipun aku bukan cinta terakhirnya. Tapi akan ku pastikan hanya dia yang menjadi seseorang yang aku cintai hingga kematian.
Kehidupan akan terus berlanjut setelah ini, jika aku mendapatkan kesempatan untuk terlahir kembali. Pastikan aku menjadi orang pertama yang ia temui, pastikan hatinya hanya tercipta untuk namaku di dalamnya.
**** Hardin mendatangi beberapa tempat dalam satu hari. Toko kue, toko bunga, toko perhiasan, toko pakaian dewasa dan toko pakaian anak- anak.
Setelah mendatangi semua tempat, Hardin kembali melanjutkan perjalanannya menemui rumahnya. Tessa azela, istrinya yang begitu cantik di dunia ini.
"Aku kembali," ucap Hardin merentangkan memeluk tubuh Tessa yang mendekat padanya.
"Apa hari ini sangat melelahkan? Kau begitu sibuk di perusahan," balas Tessa mendongak menatap matanya.
Hardin menatap mata indah yang selalu menjadi objek yang akan ia rindukan. Pertanyaannya saat ini, apakah Hardin ikhlas melepaskan Tessa kembali bersama Axel, rasanya begitu menyakiti hatinya setiap hari memikirkan hal yang cepat atau lambat akan terjadi.
"Tidak perlu khawatir. Aku banyak beristirahat di perusahan, tidak mungkin kelelahan karena sebentar lagi resepsi pernikahan kita berlangsung," jelas Hardin mengendurkan pelukannya dan mencubit kecil hidung kecil Tessa yang begitu indah.
"Bagus. Apa sudah minum obat yang dokter berikan?"
Tessa terus menatap matanya, Hardin tidak bisa bohong karena memang ia melupakan untuk meminum obatnya, kepalanya menggeleng kecil. Tessa dengan cepat melepaskan pelukannya dan menarik tangan Hardin duduk di sofa.
Hardin hanya menatap tubuh Tessa yang berlalu dari hadapannya dengan cepat. Ia hanya menatap seluruh ruangan yang mungkin akan ia rindukan, Hardin akan melihat semuanya dan menangkapnya dengan ingatannya. Tak lama kemudian ia kembali melihat Tessa berlari keluar dari kamar, dengan membawa enam jenis obat- obat yang sebenarnya tidak memberikan efek apa pun lagi pada penyakitnya.
"Tidak. Sebelum meminum obat kau harus memakan sesuatu," ucap Tessa kembali berlari menuju pantry dan mengeluarkan sesuatu dari dalam kulkas.
Hardin hanya menatap pergerakan istrinya yang terlihat sibuk hanya demi memperhatikan penyakitnya. Sampai kapan Hardin akan membebani istrinya dalam hal ini? Tessa juga harus bahagia, istirnya berhak mendapatkan seseorang yang menemaninya sampai akhir. Sayangnya orang itu bukan Hardin
"Aku mencoba membuat cheese cake. Sebenarnya kuenya gagal, tetapi aku akan mencobanya lagi sampai mendapatkan hasil yang sempurna," jelas Tessa memberi potongan kue kepadanya.
Hardin menerimanya dengan bangga, Tessa mungkin akan hebat dalam membuat kue ini suatu hari nanti, tetapi Hardin orang pertama yang merasakan kue perjuangan Tessa membuatnya untuk pertama kali.
"Aku menyukainya," balas Hardin menyendok dengan perasan bahagia.
"Benarkah."
Hardin mengangguk, mengangkat tangannya mengusap puncak kepala Tessa. Rasa sedih sejak tadi pagi, sedikit hilang saat mendapatkan senyum terbaik yang Tessa tunjukan kepadanya.
"Bagaimana perasanmu akan menikah dengan pria tertampan sepertiku," imbuh Hardin dengan sebuah lengkungan senyum tipis di bibirnya.
"Aku pikir biasa saja. Kita sudah menikah, kita hanya akan mengulangi janji suci di hadapan semua orang," balas Tessa dengan memutar matanya.
"Setelah resepsi pernikahan kita. Kita harus menyelesaikan semua list bulan madu," sambung Hardin meraih obat- obatan yang di ulurkan Tessa kepadanya.
"Secepat itu? Apa kau tidak akan kelelahan," timpal Tessa yang kembali terlihat khawatir.
"Tidak! Kita tidak bisa lagi menunda, aku mendapatkan diskon tiket liburan." Hardin mencoba membuat lelucon yang membuat Tessa juga ikut tertawa.
"Apakah kau sudah jatuh miskin sekarang?" bisik Tessa dengan kedipan mata.
"Aku tidak miskin. Tetapi semua kekayaanku akan ku wariskan kepadamu," tutur Hardin.
"Berhentilah mengatakan hal konyol Hardin. Kau berjanji padaku, untuk tetap hidup ratusan tahun lagi."