BAB 56

5.7K 140 5
                                    

Hardin membuka matanya, satu hal menjadi kekuatannya saat membuka mata hanyalah Tessa. Hardin memperhatikan wajah Tessa yang tertidur dengan sangat cantik, wajah polos seperti malaikat begitu memikat Hardin.

"Kenapa sakitnya harus datang sekarang..." Hardin membatin dalam hatinya, sungguh menyakitkan saat dirinya diagnosa sebuah penyakit yang memiliki kemungkinan kecil untuk hidup.

"Hardin." Tessa membuka matanya dan menyadari— Hardin telah sadar lebih dulu menatap ke arahnya.

"Apa aku menganggu tidurmu hmm..." Tangan Hardin terangkat menyentuh pipi Tessa mengusapnya dengan perlahan.

"Tidak... Apa tubuhmu sudah jauh lebih baik? Sebaiknya besok kita ke dokter saja." Tessa benar- benar khawatir dengan keadaan Hardin.

"Tidak perlu sayang. Lihatlah aku sudah jauh lebih baik sekarang," Hardin mengambil tangan Tessa dan meletakan di depan bibirnya, Hardin mengecup jemari Tessa.

"Katakan padaku apa ini mimpi? Apa pernikahan kita hanya sebuah mimpiku?" Hardin menatap mata Tessa, ia tak percaya dan sampai kapanpun tak akan bisa menduga hal ini terjadi di dalam hidupnya.

"Come on! Aku istrimu sekarang... Kita adalah keluarga sayang," Tessa mendekap tubuh Hardin dengan erat.

"Terima kasih telah menjadi keluarga kecilku..." Hardin memejamkan matanya, ternyata tuhan baik padanya membawa Tessa di waktu yang tepat. Setidaknya Hardin memiliki keluarga yang akan menemaninya sampai semuanya selesai.

"Kau ingin punya anak berapa?" Tessa berbisik kecil di telinganya Hardin.

"Lihatlah! Kenapa wajahmu malah memerah," ucap Tessa yang tertawa melihat wajah Hardin yang memerah.

"Sebelumnya aku berpikir ingin memiliki seorang putri yang cantik sepertimu...tetapi, setelah aku berpikir kembali ada baiknya jika kita memiliki seorang putra." Hardin kembali menatap wajah Tessa..

"Berikan alasan kenapa harus bayi laki- laki?" Tessa mengerenyitkan alisnya.

"Maybe suatu hari dia akan menjagamu untukku." Hardin tersenyum kecil meletakan jari telunjuknya, mengusap alis Tessa yang masih terlihat mengerenyit.

"Memangnya kau akan pergi kemana? Kenapa kau harus memperkerjakan anak kecil untuk menjagaku." Tessa masih menanggapi ucapan Hardin dengan candaan, meskipun di dalam hatinya Tessa ia sedang merasakan perasaan yang jagal.

"Astaga! Dia anak kita apa salahnya aku memperkejakan ia untuk menjagamu... Tapi tunggu membuatnya saja belum, bagaimana bisa kita berpikir sejauh itu." Hardin  mencoba membuat topik pembicaranya terlihat lebih santai.

"Hemmm kau yang berlebihan! Acara pernikahan kita saja belum di pikirkan lagi." Tessa kembali membahas pernikahannya.

"Masih ingin konsep wedding yang sama? White," ucap Hardin yang mencoba untuk membernarkan letakan kepala Tessa yang berbaring di lengan kirinya.

"Masih... Tetapi aku ingin lebih banyak mawar merah, di acara pernikahan kita." Tessa membayangkan konsep pernikahan yang baru saja lewat di sosial medianya beberapa hari yang lalu.

"Apapun yang kau inginkan mari kita wujudkan bersama." Hardin tersenyum.

*****

Axel menatap ke arah ibunya yang saat ini mengunakan pakaian tahanan. Ibunya dan mantan istrinya—resmi di tahan pihak kepolisian atas tindakan kriminal yang mereka berdua lakukan.

"Apa seperti ini... Perlakuan anak, kepada ibu yang melahirkannya?"  Dara membuka mulutnya merasa kecewa—dengan Axel anaknya, yang tidak melakukan pembelaan apa pun kepada Dara.

"Mommy...Berhentilah untuk memintaku membela hal yang salah!" Axel hanya memainkan buku jarinya ia menundukkan kepalanya, dalam hitungan detik bahunya bergetar Axel menangis seperti anak kecil berusia lima tahun.

"Axel..." Dara hanya dapat menyentuh permukaan kaca yang menjadi pembatas antara dirinya dan putranya.

"Kau mau mendengarkan suatu?" Dara sempat ingin menangis tapi ia tahan.

Axel mengangkat kepalanya dan kembali menatap wajah ibunya. Ia menunggu untuk satu hal yang akan di sampaikan ibunya, setelah beberapa menit menuggu akhirnya suara itu kembali terdengar meskipun sedikit bergetar.

"Sebelum Mommy pergi... Mommy ingin memberitahumu, bahwa anak yang saat ini bersamamu adalah anak dari wanita ular itu! Athena anak kalian berdua." Dara akhirnya mengungkap kebenaran yang terjadi.

"Berhentilah membuat lelucon Mommy! Aku ingat Mommy mengambil Athena dari panti asuhan." Axel menggelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang ibunya katakan, ia tak akan termakan omongan kosong lagi.

"Pergilah tes DNA jika kau tak percaya bahwa Athena putrimu!" Dara memutar tubuhnya dan memilih untuk meninggalkan Axel, dan memilih masuk kembali mengikuti pihak apart yang membawa tubuhnya—melepaskan borgol yang ada di tangan saat Dara masuk kedalam sel tahanan.

Axel berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan dengan perasaan yang bingung, bingung dengan kenyataan yang ia baru saja ia dengar. Kaki Axel dengan cepat berjalan keluar dari kantor polisi dan masuk kedalam mobilnya, jika Athena adalah putrinya ia masih memiliki kesempatan untuk kembali bersama Tessa. Tessa harus tau bahwa putri mereka, hidup dengan sehat sampai detik ini.

"Aku harus menjemput putriku." Axel dengan cepat menghidupkan mesin mobilnya, dan memacu roda empat bertubuh besi itu melintasi jalanan aspal.

Saat ini tujuan Axel menjemput Athena yang berada di sekolahnya. Rasa sangat tak sabar, untuk bertemu dan melakukan tes DNA yang akan membuktikan semuanya.

"Athena. Daddy berjanji akan membawa Mommy untukmu," ujar Axel dengan semangat tangannya mencekam stir.

Sedangkan disisi lain Athena sedang bersama wanita, yang membukakan pintu mobil dan memasang sabuk pada tubuh kecil Athena.

"Mommy... Apa kita akan pergi ke suatu tempat?" Bibir Athena mulai kembali bersuara setelah melihat ibunya masuk kedalam mobil.

"Of course! Mommy akan akan membawa Athena ke suatu tempat, yang pasti Athena suka!" Gisella membenarkan letak kacamatanya ia menjalankan mobilnya, meninggalkan sebuah sekolah tempat dimana anak dari Axel di sekolahkan.

"Apa kalian bisa dengan mudah menghancurkan ku!! Tentu saja tidak! Aku tak akan membiarkan kalian bahagia satu sama lain." Gisella membatin dalam hati ia merasa dendam karena Axel dan wanita sialan itu melaporkanya dirinya ke polisi tak hanya itu. Axel juga perlahan- lahan menghancurkan perusahan yang ia bangun dengan bersusah payah.

"Mommy, Athena rindu Daddy... Hiks...hikss apa Daddy tidak ikut?" Athena kembali menatap ke arah Gisella tangan kecilnya mencoba menyentuh lengan ibunya.

"Jauhkan tanganmu Athena! Mommy lagi menyetir." Gisella membentak Athena ia tak terima jika di sentuh tangan menjijikan, hasil dari dua orang sialan yang merusak hidupnya.

"Mommy jangan marah! Maafkan... Maafkan Athena." Athena terus menangis dengan kencang membuat Gisella kehilangan fokus.

"Diamlah! Diam." Gisella sekali- sekali menoleh ke arah Athena.

Mata Gisella kembali berpusat kepada jalanan di depannya sebuah mobil truck melaju kencang, Gisella tak sempat untuk membanting stir— mobilnya terpental beberapa meter dan berbalik.

Gisella masih dapat membuka matanya melihat ke arah Athena.
"Athena...hei b-buka m-matamu." Gisella menyentuh pipi Athena yang tak bersuara. Sebelum akhirnya Gisella juga kehilangan kesadarannya.

*****
Ampun author baru keluar dari goa cari papa baru untuk kalian, tapi enggak ada jadinya up deh. Jangan lupa vont dan komen.

𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓𝐀𝐑𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang