HB - 06

462 11 0
                                    

Vote nya jangan lupa ya!

Selamat membaca❤️

***

Sebagai sekertaris kelas, sudah menjadi tugas Aruna jika soal tulis menulis di papan tulis. Hari ini mata pelajaran Bimbingan Konseling, dan Pak Adam—selaku guru mata pelajaran tersebut meminta Aruna untuk menuliskan materi di papan tulis karena Pak Adam tidak bisa hadir ke dalam kelas.

Saat Aruna sedang menuliskan materi, tiba-tiba saja tinta spidol hitam yang dipakai Aruna habis. Aruna mengganti spidol tersebut dengan spidol yang lainnya. Namun pada saat ia mencobanya, tetap sama saja, spidol yang itu pun tidak ada tintanya.

Aruna pun memutuskan untuk pergi ke ruang tata usaha untuk mengisi tinta. Ruang tata usaha menyediakan tinta spidol untuk para siswa ataupun guru yang kehabisan tinta spidol.

***


Ruang tata usaha terletak di depan kelas Mahesa, dan kelas Mahesa kini sedang jam kosong. Guru mata pelajarannya tidak masuk hari ini. Namun saat Aruna melewatinya, Aruna tidak melihat Mahesa sama sekali.

Aruna mendekat kearah rak dimana tinta spidol disimpan. Sebelum mengisi, sudah pasti harus membuka penutup spidolnya terlebih dahulu. Saat akan membuka penutupnya, Aruna merasa kesusahan karena penutupnya sangat rapat.

Tanpa Aruna sadari, sedari tadi ada yang memperhatikan pergerakan Aruna dari depan kelas X-D. Melihat Aruna yang kesusahan, sontak saja orang itu pun berjalan menghampiri.

"Aruna, ngapain?" tanya orang itu.

Aruna menoleh keasal suara. "Eh, Zaky. Mau isi tinta spidol, tapi susah banget buka penutupnya." keluh Aruna.

Zaky menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Sini, gue bantu,"

"Boleh?" tanya Aruna ragu.

"Boleh lah."

Aruna tersenyum, kemudian ia menyodorkan spidol tersebut kepada Zaky. Saat Zaky akan menerima sodoran itu, tiba-tiba saja ada seseorang yang menepis tangannya. Zaky dan Aruna menoleh kepada si pelaku.

Mahesa—orang yang menepis tangan Zaky itu memasang wajah datar. "Jangan pegang-pegang tangan cewek gue." cetusnya.

"Lah siapa juga yang pegang-pegang tangan cewek lo? Orang gue mau bantuin cewek lo buka penutup spidol."

"Gue bisa, sama gue aja. Lo sana masuk kelas." Mahesa mengambil alih spidol itu dari tangan Aruna.

Zaky memutar bola matanya. "Dasar posesif." cibir Zaky sembari berlalu ke kelasnya.

"Biarin, gue ini." sinis Mahesa. Ia membuka penutup spidol tersebut seraya mengisinya dengan tinta. Ketika sudah selesai, lelaki itu pun mengembalikan spidol tersebut kepada kekasihnya.

"Makasih Hesa," ucap Aruna dengan senyuman manis di bibirnya.

Mahesa yang melihat senyuman itu menjadi salah tingkah. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, dan kedua pipinya pun memanas.

"Anything for you, babe," Mahesa mengusap puncak kepala Aruna lembut.

Aruna semakin mengembangkan senyumannya ketika mendengar itu. "Kalo gitu, aku balik ke kelas lagi ya. Masih ada materi yang harus aku tulis."

Mahesa mengangguk. "Kalo mereka ngomong kasar lagi ke kamu, yang bikin kamu sakit hati, bilang ke aku ya."

"Siap!"

Aruna melengos pergi untuk kembali ke kelasnya. Di sepanjang ia berjalan menuju kelas, ia tidak bisa menahan senyumannya karena perlakuan Mahesa yang menurutnya sangat menyayangi nya.

***


Riuh pikuk terdengar dari segala penjuru sekolah kala bell jam istirahat kedua berbunyi. Aruna sedang berdiri didepan kelasnya bersama teman-teman nya yang lain. Mereka tengah mengobrol dan saling melempar canda tawa disana.

Saat Aruna sedang tertawa bersama teman-temannya, tiba-tiba saja terdengar suara segerombolan siswa laki-laki yang sedang mengobrol sembari berjalan.

Aruna yang merasa penasaran pun menolehkan kepalanya. Ternyata, segerombolan siswa laki-laki tersebut adalah Mahesa bersama teman-temannya.

Mahesa berjalan di depan para teman-temannya. Saat Aruna menoleh kearah mereka, mata Aruna dan Mahesa bertemu. Keduanya saling melemparkan senyuman. Namun setelahnya Mahesa hanya melewati Aruna begitu saja tanpa menyapanya. Melihat hal itu, Aruna pun merubah raut wajahnya menjadi cemberut.

Sesaat kemudian, Aruna merasakan ada seseorang yang merangkul pundaknya yang membuatnya harus menoleh kepada orang tersebut. Haidar—sang pemilik tangan yang berada di pundak Aruna itu menunjukkan senyumnya ketika bertatapan dengan Aruna.

"Hes! liat cewek lo dirangkul Haidar!" seru Danis tiba-tiba.

Mahesa menghentikan langkahnya seketika seraya berbalik. Ia memicingkan matanya tajam. Haidar yang melihat hal itu pun sontak melepaskan rangkulannya lalu menyengir tanpa dosa. "Sorry Hes,"

Mahesa berjalan menghampiri keduanya. Kemudian ia berdiri ditengah-tengah Aruna dan Haidar. "Jangan deket-deket sama cewek gue." peringat Mahesa dengan penuh penekanan.

Haidar menelan ludahnya susah payah. "I-iya Hes, Sorry."ujarnya dengan terbata.

Mahesa menolehkan kepalanya kepada Aruna. Aruna menggigit bibir bawahnya karena merasa takut. Mahesa yang melihat itupun mengangkat tangannya untuk memegang dagu Aruna, lalu mengusapnya dengan perlahan. "Jangan digigit, sayang. Sakit nanti."

Aruna gugup. Ia menganggukkan kepalanya patah-patah sebagai jawaban seraya berhenti menggigit bibir bawahnya.

Danis yang melihat interaksi keduanya pun hanya bisa tersenyum pedih. Andai ia yang berada di posisi Mahesa.

"Bucin terus ah si bos." celetuk Zaky.

"Berisik!" Mahesa menyahut dengan kesal. "Mau ikut ke kantin nggak?" tanya Mahesa kepada Aruna.

Aruna menggeleng. "Enggak, Sa,"

"Udah makan?"

"Udah, tadi waktu jam istirahat pertama." sahut Aruna.

"Nggak mau makan lagi?" tanya Mahesa dengan lembut.

Aruna hanya menjawab dengan gelengan kepala saja.

"Yaudah, aku ke kantin ya." ujar Mahesa sembari mengusap puncak kepala Aruna.

"Iya Sa." jawab Aruna dengan tersenyum manis.

Melihat senyuman itu, Mahesa pun balas tersenyum hangat. Lalu melengos pergi ke kantin diikuti oleh teman-temannya.

***

TBC

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang