Hari ini, SMA Lentera Bangsa mengadakan acara menanam padi bersama. Mereka ditugaskan untuk membawa ember, lumpur untuk menanam padi dan benih padi nya perkelompok. Dan satu kelompok tersebut berisi empat orang. Mereka melakukan menanam padi bersama tersebut di lapangan.
Aruna satu kelompok dengan Sahira, Citra dan Fiona. Sedangkan Mahesa, ia satu kelompok dengan Danis, Haidar dan Zaky.
***
Seluruh murid SMA Lentera Bangsa kini sudah berkumpul di tengah lapangan. Masing-masing berkumpul dengan kelompoknya. Dan kini posisi kelompok Aruna bersebelahan dengan kelompok Mahesa.
Danis menoleh kearah Aruna yang sedang berjongkok sembari mengaduk lumpur tanpa sarung tangan. Dan disaat itu pula, Danis melihat bahwa lengan baju Aruna tidak Aruna gulung keatas sikut. Sontak, Danis pun menghampiri. "Lengan baju nya di gulung dulu keatas, Aruna. Nanti kotor kena lumpur." ujar Danis sembari menggulung lengan baju Aruna.
Mahesa yang melihat itupun merasakan panas didadanya. Ia terkabar api cemburu. Namun ia tidak berani menegur. Maka dari itu, Mahesa hanya bisa terdiam memperhatikan dari jauh.
Aruna tersenyum tipis saat Danis sudah selesai menggulungkan lengan bajunya hingga sikut. "Makasih Nis."
Danis mengangguk, lalu melengos menghampiri kelompoknya lagi.
Mahesa menatap Danis dengan tatapan tak suka. Tetapi Danis tidak menghiraukan tatapan itu. Ia malah fokus kembali dengan mengaduk lumpur yang berada di ember kelompoknya.
Setelah beberapa saat, Zaky tiba-tiba beranjak dan berjalan kearah Aruna. Tangan Zaky penuh dengan lumpur. Mahesa memperhatikan Zaky yang sedang berjalan menuju kearah kekasihnya.
Setelah berada didepan Aruna, Zaky dengan sengaja mengotori tangan Aruna menggunakan lumpur yang ada ditangannya. Sontak, Aruna pun menoleh cepat kearah Zaky.
"Ish Zaky! Lo apaan sih dateng-dateng!" kesal Aruna.
Zaky hanya tertawa. Sedangkan Aruna, ia berusaha membersihkan tangannya yang kotor akibat ulah Zaky.
Merasa kurang puas, Zaky pun kembali mengusik Aruna dengan cara mencipratkan lumpur yang ada di telapak tangannya ke wajah Aruna.
Aruna memejamkan matanya ketika merasakan cipratan lumpur itu mengenai mukanya. "Zaky sialan!" teriak Aruna.
Zaky tertawa terbahak melihat Aruna yang kesal. Sementara itu, Danis yang merasa tidak mau kalah dengan Zaky pun bangkit dan menghampiri Aruna. Ia tiba-tiba mengoleskan lumpur yang ada di tangannya ke pipi kiri Aruna.
Aruna semakin marah. Apa apaan mereka ini?!
"Danis! Lo diem deh jangan ikut ikutan!" ujar Aruna kesal.
Sementara itu, Mahesa yang sedari tadi sedang mengaduk lumpur sembari melihat interaksi itupun sontak bangkit lalu melengos pergi tanpa sepatah katapun. Hatinya panas melihat kekasihnya sedekat itu dengan Zaky dan Danis.
Haidar yang melihat Mahesa tiba-tiba pergi pun berujar, "Zaky! Danis! Idiot lu!"
Zaky, Danis dan Aruna menoleh kearah Haidar.
"Apaan dah lo?" sahut Danis.
"Liat! Mahes pergi gara-gara liat lo berdua bercanda gitu sama Aruna. Kalo Mahes ngamuk, gue gamau ikut-ikutan." ujar Haidar sinis.
Sejenak, Zaky, Danis dan Aruna mematung saat mendengar ucapan Haidar.
"Lo pada susulin Mahes sana! Minta maaf ke dia sebelum dia bener-bener ngamuk." perintah Haidar.
Zaky mengangguk. Saat akan menyusul, tiba-tiba saja Mahesa muncul kembali dengan tangan yang sudah bersih. Wajah Mahesa terlihat datar.
Danis dan Zaky menelan ludahnya kasar saat melihat wajah Mahesa. Ekspresi wajah Mahesa membuat mereka berdua mati kutu.
Mahesa berjalan mendekat kearah Aruna. Sementara Aruna, ia memandang Mahesa dengan gelisah sembari menggigit bibir bawahnya takut. Ketika Mahesa sudah berada di hadapan Aruna, Mahesa pun mengangkat tangannya. Aruna memejamkan matanya.
Sementara itu, Zaky, Danis dan Haidar terbelalak saat melihat Mahesa yang mengangkat tangannya seolah ingin menampar Aruna. Sontak, Danis pun maju selangkah untuk menahan, "Hes jang–"
Ucapan dan langkah Danis terhenti ketika melihat Mahesa yang membersihkan lumpur yang ada di wajah Aruna menggunakan tangan bersihnya.
Aruna membuka matanya secara perlahan ketika merasakan seseorang menyentuh wajahnya. Ketika sudah membuka mata sepenuhnya, ia menatap mata Mahesa yang sedang membersihkan lumpur yang ada di wajahnya.
Perlahan, senyum Aruna pun terbit. Namun wajah Mahesa masih sama datarnya seperti tadi.
Setelah selesai membersihkan lumpur yang ada di wajah Aruna, Mahesa pun menurunkan tangannya. Lalu berjalan menghampiri wastafel terdekat. Ia mencuci tangannya kembali.
Dirasa bahwa tangannya sudah bersih lagi, Mahesa pun terdiam.
"Hes." panggil Zaky.
Mahesa menoleh dengan wajah datarnya.
"Gue sama Danis minta maaf Hes. Maaf kalo kita berdua udah berani bercandain Aruna." ujar Zaky dengan takut.
Hening.
Mahesa tidak menjawab apapun. Dan respon dari Mahesa membuat Zaky dan Danis semakin takut. Setelah hening beberapa saat, Mahesa pun berdehem untuk mencairkan suasana. Lalu, ia mengangguk singkat, "Ya." sahut Mahesa dengan singkat dan jelas.
Setelah merespon seperti itu, Mahesa menoleh kearah Aruna. Mereka saling berpandangan. Lalu Mahesa menarik tangan Aruna untuk pergi dari sana.
***
"Cuci tangan kamu." perintah Mahesa singkat.
Aruna mengangguk patah-patah, lalu berjalan menuju wastafel yang berada di lorong depan aula. Ia masih takut kepada Mahesa karena Mahesa masih menunjukkan wajah datarnya.
Setelah selesai membersihkan tangannya, Aruna pun menghampiri Mahesa kembali.
Mahesa menatap Aruna yang berada dihadapannya dengan intens. Sementara itu, Aruna menunduk takut.
Namun tanpa disangka-sangka, Mahesa malah memeluknya begitu saja. Aruna mematung ketika merasakan Mahesa yang memeluknya dengan erat.
"S-sa?" panggil Aruna gugup.
"Em." sahut Mahesa. Ia melerai pelukan tersebut.
Mereka berdua saling bertatapan.
"I'am jealous."
"Huh?"
"I'am jealous. Aku nggak suka kanu bercanda gitu sama Danis sama Zaky. Aku nggak suka lengan baju kamu di gulungin sama Danis. Aku nggak suka pipi kamu dipegang gitu sama Danis. I really don't like it." ujar Mahesa dengan wajah cemberutnya.
'Hei, kemana wajah datarnya Mahesa yang tadi?' ujar Aruna dalam hati.
Aruna mengangkat kedua tangannya untuk memainkan rambut Mahesa. Ia tersenyum. "Maaf, Hesa." ucap Aruna sembari menatap kedua mata Mahesa dengan tulus.
Mahesa menurunkan kedua tangan Aruna yang sedang memainkan rambutnya. Lalu menarik Aruna kedalam pelukannya lagi. Ia menumpukan dagunya ke pundak Aruna.
"Jangan diulangi lagi. Hati aku sakit liatnya, sayang." lirih Mahesa.
Aruna mengulum senyum. Ia mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Mahesa. Ia mengusap-usap punggung Mahesa dengan lembut. "Em, aku janji nggak bakal ngulangin lagi. Maafin aku."
Mahesa pun hanya menjawab dengan mengangguk-anggukkan kepalanya saja di dalam pelukan Aruna.
Mahesa dalam mode manja seperti inilah yang Aruna suka. Wajahnya terlihat garang namun hatinya begitu lembut.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Boyfriend
RomanceMahesa, seorang atlet badminton dan seorang pangeran sekolah di SMA Lentera Bangsa tertarik kepada seorang gadis yang bernama Aruna Pratista. Menurut Mahesa, Aruna itu manis, bak gula hidup. Dan hal yang paling menariknya adalah Aruna tidak pernah m...