HB - 07

457 9 0
                                    

Mahesa sedang memakan sarapannya di ruang makan dengan keluarganya. Hal ini sudah menjadi rutinitas keluarga Mahesa sebelum Mahesa berangkat sekolah ataupun sebelum Ayah berangkat bekerja.

"Kak, gimana latihannya? Lancar?" tanya sang Ayah.

Mahesa menelan makanan terakhirnya yang berada di dalam mulutnya setelah dikunyah, "Lancar, Yah."

Ayah menganggukkan kepalanya. "Kapan ada lomba lagi?"

"Enggak tau Ayah, belum ada kabar."

"Yaudah, semangat ya Kak latihannya." support sang Ayah.

Mahesa pun mengangguk sembari tersenyum.

"Kak, gimana cewek yang kamu suka kemarin?" celetuk Bunda. Ia terheran mengapa anak sulungnya ini tidak pernah menceritakan lagi tentang gadis yang bernama Aruna itu. Apakah anak sulungnya ini ditolak?

Mahesa menepuk keningnya. Ia lupa belum memberitahu Bundanya jika ia dan Aruna sudah menjadi sepasang kekasih. "Udah pacaran Bun, Kakak sama Aruna." ujar Mahesa dengan cengiran khasnya.

"Loh, kok nggak cerita sama Bunda?"

"Kakak lupa, hehe. Maaf ya Bun."

Bunda menganggukkan kepalanya, "Yaudah. Dijagain ya Kak, jangan disakitin. Anak orang itu."

"Siap." ujar Mahesa dengan semangat dan bersikap hormat.

Sementara itu, sang Ayah yang mendengar percakapan antara anak dan istrinya pun mengernyitkan dahinya. Anak sulungnya ini mempunyai kekasih?

"Kakak punya pacar?" tanya Ayah.

Mahesa menoleh kepada Ayahnya. Ia mengangguk, "Punya, Yah. Baru jadian hehe."

"Siapa namanya Kak?"

"Aruna Pratista. Dia satu sekolah sama Kakak, cuman beda kelas aja. Kakak kelas X-D kalo Aruna kelas X-F."

Sang Ayah hanya mengangguk-angguk kepalanya.

"Kak Mahes punya pacar? Yeayy!" seru Daren, sang adik dengan gembira.

Mahesa yang mendengar seruan gembira itupun menolehkan kepalanya kepada adiknya. "Kenapa emang kalo kakak punya pacar? Kok keliatan nya adek seneng banget?"

"Seneng dong! Pacar Kakak cantik enggak?"

"Cantik, pacar Kakak pasti cantik."

"Wahh! Kalo cantik buat adek aja Kak."

Mendengar itu, sontak Ayah, Bunda, dan Mahesa pun tertawa terbahak. "Nggak boleh, adek masih kecil. Masih kelas dua SD. Kak Aruna mana mau sama adek." sahut sang Bunda.

Daren menunduk lesu, "Tapi adek kan ganteng, lebih ganteng dari kak Mahes. Bisa aja kak Aruna mau-mau aja sama adek."

Ayah, Bunda, dan Mahesa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan tingkah Daren. "Kak, pulang sekolah bawa Aruna main kesini. Bunda mau ketemu." ujar Bunda.

Ayah mengangguk menyetujui ucapan istrinya. "Ayah juga mau ketemu. Pengen tau pacar Kakak itu yang mana."

Mahesa mengacungkan jempolnya, "Nanti Kakak bawa, pulang sekolah."

"Jadi nggak sabar deh adek ketemu Kak Aruna." celetuk Daren.

Mahesa tersenyum mendengar hal itu. Ia meminum air putih yang ia siapkan tadi sebelum makan sampai habis. Setelahnya Mahesa pun beranjak lalu memakai jaketnya yang tadi ia sampirkan di kursi meja makan. "Kalo gitu Kakak berangkat ya Bun, Yah."

Ayah dan Bunda mengangguk. Mahesa mencium punggung tangan Ayah dan Bundanya secara bergantian. Lalu Daren mencium punggung tangan Mahesa.

"Hati-hati Kak bawa motornya." ujar Bunda.

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang