HB - 16

334 6 0
                                    

19.00 PM

Setelah selesai pertandingan dan pembagian piala serta penghargaan, Mahesa beserta sang Bunda pun pulang kerumah.

Mahesa belum mengabarkan Aruna bahwa ia mendapatkan juara satu karena baterai handphonenya lowbat.

Saat sudah sampai dirumah, ia dan sang Bunda pun turun dari mobil yang tadi dikendarai oleh sang Bunda. Ia dan Bunda berjalan kearah pintu rumah. Begitu membuka pintu dan masuk, terlihat disana sudah ada sang Ayah dan Daren yang sedang menonton televisi diruang keluarga.

"Kakak sama Bunda pulang.." ujar Mahesa sembari berjalan menghampiri Ayah dan Daren.

Mendengar suara itu, sontak Ayah dan Daren pun menoleh. "Eh Kakak, Bunda. Gimana tadi pertandingannya? Menang?" tanya sang Ayah.

Mahesa mencium punggung tangan Ayahnya. Lalu Daren mencium punggung tangan Mahesa. "Puji syukur menang Ayah, Kakak juara satu." ujar Mahesa dengan tersenyum.

"Wahh Kakak hebat!" seru Daren secara tiba-tiba.

Mahesa semakin melebarkan senyumnya ketika mendengar seruan dari sang adik.

Bunda mengelus lembut rambut Mahesa sembari tersenyum. "Kakak hebat, terima kasih nak."

Mahesa mengangguk, "Makasih juga Bunda udah nemenin Kakak tanding."

"Sama-sama sayang."

Sang Ayah yang melihat interaksi itupun tersenyum, didalam hatinya ia mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan karena telah memberinya keluarga yang harmonis, istri yang cantik dan anak-anak yang hebat.

"Maaf ya Kak, Ayah nggak bisa nemenin kamu tanding. Tadi Ayah ada rapat penting di kantor." ujar sang Ayah karna merasa tidak enak.

Mahesa menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, "Nggak apa-apa Ayah, Kakak ngerti."

Sama seperti Ayah, Bunda pun sama-sama mengucapkan banyak-banyak terima kasih didalam hatinya kepada Tuhan karena telah memberikan anak sebaik Mahesa. Anak yang selalu mengerti atas kesibukan orangtuanya.

"Ayah, Bunda, Kakak ke kamar ya. Gerah mau mandi." ujar Mahesa.

Ayah dan Bunda mengangguk. Namun sebelum Mahesa melengos pergi ke kamarnya, sang Bunda tiba-tiba berujar, "Eh sebentar Kak, Bunda mau nanya sama kamu."

Mahesa mengernyitkan dahinya, "Nanya apa Bun?"

"Tadi waktu awal-awal pertandingan, Kakak keliatannya kayak yang nggak fokus gitu setelah angkat telfon dari Aruna. Ada apa, nak?"

Ayah yang mendengar itupun mengernyitkan dahinya juga. "Loh, kenapa Kak? Ada masalah sama Aruna?"

Mahesa menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, lalu mengangguk. "Iya Bun, Yah. Kakak lagi ada sedikit masalah sama Aruna."

"Kenapa? Ada masalah apa?"

"Em. Sebenernya ini masalah sepele sih, Bun. Jadi waktu tadi Kakak angkat telfon dari Aruna, Aruna tuh nanyain cewek ke Kakak. Katanya sih, cewek itu ngaku-ngaku jadi pacar Kakak. Jadi Aruna curiga kalo Kakak selingkuh, padahal Kakak nggak punya cewek selain Aruna."

Bunda dan Ayah yang mendengar itupun sontak meledakkan tawanya. "Haduh Kakak, kayaknya Ayah salah deh udah turunin muka ganteng Ayah terlalu banyak ke Kakak. Jadi gini kan, ada yang ngaku-ngaku jadi pacarnya Kakak." ujar Ayah sembari tertawa.

Daren memutar bola matanya, "Ayah percaya diri banget!"

Ayah menoleh kearah Daren. "Loh, Ayah kan emang ganteng. Kalo nggak ganteng kalian berdua juga nggak bakal ganteng."

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang