HB - 10

485 10 0
                                    

Sudah menjadi rutinitas jika guru tidak masuk maka murid-murid akan berkeliaran diluar kelas. Begitupun dengan kondisi kelas Aruna yang sangat sepi karna murid-muridnya berada diluar kelas semua. Guru mata pelajaran mereka hari ini tidak masuk, entah karna apa, tidak tahu.

Aruna, Sahira, Fiona dan yang lainnya sedang  duduk menongkrong di depan kelas X-F. Sedangkan Citra, ia berada di dalam kelas berdua dengan sang kekasih. Ya, Citra memiliki kekasih yang bernama Jendra.

Saat Aruna sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya, Aruna melihat dari ujung matanya bahwa ada seseorang yang berjalan mendekat kearahnya. Karna penasaran siapa orang yang berjalan mendekat kearahnya, Aruna pun menoleh. Dan ternyata, orang itu adalah Aksara, murid kelas sebelah, X-G.

Aksara bergabung. Ia mengambil duduk disebelah Aruna. Lalu secara tiba-tiba Aksara menyenderkan kepalanya ke pundak Aruna.

Aruna melototkan matanya terkejut. Sontak, Aruna pun berusaha menghindar. Namun Aksara malah memeluk lengan kanan nya.

"Aksa, lepas." ujar Aruna dengan nada tak suka. Ia takut Mahesa atau teman-teman Mahesa melihatnya dan terjadi kesalahpahaman.

Aksara mendongak menatap Aruna. "Kenapa? Takut Mahesa liat?"

Aruna mengangguk singkat. Ia berusaha melepaskan pelukan Aksara yang berada di tangan kanannya.

Aksara yang merasa bahwa Aruna risih pun melepaskan itu. Dirasa bahwa Aksara sudah melepaskannya, Aruna pun beranjak lalu masuk kedalam kelas.

***

Ketika sudah di dalam kelas, Aruna melihat Citra dan Jendra sedang duduk berdampingan di bangkunya. Aruna berjalan menghampiri lalu berdiri di depan Citra dan Jendra.

"Ru, gue minggu depan mau nikah sama Jendra. Ini mas kawin nya, dateng ya." canda Citra sembari menunjukkan bunga hiasan yang biasa tersimpan di meja guru.

Jendra tertawa mendengar ucapan Citra, sementara Aruna memutar bola matanya malas. "Pacaran mulu lo berdua, kan gue juga mau." ujar Aruna dengan cemberut.

"Emang Mahesa kemana?" tanya Jendra.

"Dia sibuk, biasalah atlet."

Citra dan Jendra tertawa terbahak. Sesaat kemudian, Jendra merangkul pundak Citra, "Nggak bisa gini ya?" ledek Jendra.

Aruna memutar bola matanya lagi. Namun saat ia akan berbicara, tiba-tiba saja ada seseorang yang merangkul pinggangnya. "Kata siapa nggak bisa?" sahut orang itu.

Aruna, Citra dan Jendra terkejut. Aruna pun melirik ke sampingnya. Aksara, orang yang merangkul pinggang Aruna itu tersenyum kearah Aruna.

"Aksa, lepas." ujar Aruna sembari berusaha melepaskan tangan Aksara yang berada di pinggangnya. Bukannya melepaskan, Aksara malah semakin mempererat.

Seseorang masuk ke dalam kelas X-F. Begitu melihat bahwa pinggang Aruna dirangkul oleh laki-laki lain, orang itu buru-buru menghampiri.

Setelah berdiri dibelakang Aksara dan Aruna, orang tersebut pun menepuk pundak kanan Aksara. Aksara yang merasa bahwa ada seseorang yang menepuk pundaknya pun menoleh kebelakang.

"Lepasin tangan lo dari pinggang cewek gue."  ujar Mahesa dingin. Suasana kelas menjadi mencekam.

Aruna terkejut saat mendengar suara Mahesa. Sontak, iapun ikut menolehkan kepalanya ke belakang. Mata mereka bertemu, namun sedetik kemudian Mahesa mengalihkan pandangannya kearah Aksara. Aruna menggigit bibir bawahnya, ia takut jika Mahesa akan menjadi salah paham terhadapnya.

Aksara melepaskan tangannya yang berada di pinggang Aruna, "Oh? Sorry."

Mahesa menarik Aruna lalu merangkul pinggangnya. Sementara itu, Aruna menatap Mahesa dari pinggir. "Gue peringatin ke lo, jangan deket-deket sama cewek gue kalo lo gamau berurusan sama gue." peringat Mahesa dengan penuh penekanan. Matanya memicing tajam.

Aksara mengendikkan bahunya acuh, "Oke." ujarnya sembari berlalu pergi.

Mahesa menatap Aruna dengan pandangan yang sulit diartikan. "Ikut aku." ujar Mahesa sembari menarik tangan Aruna.

***

Kini Aruna dan Mahesa berada di taman belakang sekolah. Mereka mengambil duduk di bangku yang ada disana. "Jelasin." tuntut Mahesa.

Aruna menghela napasnya sesaat, lalu menjelaskan semuanya kepada Mahesa. Dimulai dari Aksara yang menghampirinya lalu menyandarkan kepalanya di pundaknya, memeluk tangannya, dan merangkul pinggangnya.

Mendengar semua penjelasan dari Aruna, Mahesa tidak ada henti-hentinya mengumpat.

"Aksa sialan! Liat aja, kalo dia berani ngedeketin kamu lagi, aku nggak bakal diem aja." ujar Mahesa dengan emosi yang menggebu-gebu.

Mendengar itu, Aruna pun tertawa. Mahesa menaikkan sebelah alisnya saat mendengar gelak tawa Aruna. "Kamu kenapa ketawa?" tanyanya.

Aruna menggeleng, "Kamu lucu kalo lagi marah, tapi serem juga."

"Lucu?" beo Mahesa.

Aruna menganggukkan kepalanya. "Lucu dari mananya?" tanya Mahesa.

Aruna tampak berpikir, "Em.. Lucu dari mukanya."

"Emang muka aku gimana kalo lagi marah?"

"Ya gitu, lucu. Intinya lucu."

"Aneh, pacarnya marah bukannya takut malah dibilang lucu."

Aruna kembali tertawa, "Tapi emang lucu, Sa."

Mahesa menghela napasnya. "Iya, terserah kamu." sahut Mahesa pasrah. "Tapi Ru, aku beneran nggak bakal diem aja kalo dia berani deketin kamu lagi." lanjutnya.

Aruna berhenti tertawa. Ia mengangguk, "Iya, Sa."

Setelah menjawab perkataan Mahesa, keadaan pun menjadi hening. Tidak ada lagi yang berbicara diantara mereka. Namun sesaat kemudian suara Mahesa memecahkan keheningan tersebut.

"Ru."

Aruna menoleh, "Hm?"

"Jangan tinggalin aku ya?"

Aruna menatap kedua mata Mahesa. "Kamu kenapa, Sa?"

Mahesa menggeleng, "Nggak apa-apa." ujarnya sembari tersenyum. "Aku cuma takut Aksara atau siapapun itu bisa gantiin posisi aku dihati kamu. Terus kamu pergi ninggalin aku." sambungnya.

"Kamu belum tau ya Sa?"

"Tau apa?"

"Sebenernya aku suka sama kamu itu udah lama."

Mahesa mebulatkan matanya, "Serius?!"

Aruna menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tapi kok waktu sebelum kita pacaran, setiap aku ketemu kamu, kamu keliatannya biasa aja. Kaya nggak ada seneng-seneng nya kalo ketemu sama aku." ujar Mahesa.

Aruna tersenyum. "Waktu itu aku mutusin buat lupain kamu, Sa. Karna aku mikirnya kalo kamu nggak mungkin jadi pacar aku karna kamu terkenal di sekolah ini. Banyak cewek-cewek cantik di sekolah ini yang lebih dari aku yang suka sama kamu, jadi aku lebih milih lupain kamu aja."

Mahesa terkekeh. "Ternyata takdir itu lucu banget ya Ru? Kamu udah cape-cape lupain aku karna kamu mikirnya mustahil banget bisa jadi pacar aku, tapi sekarang kenyataannya kamu pacar aku."

Aruna ikut terkekeh. Ia melambaikan tangannya menyuruh Mahesa untuk lebih mendekat. Mahesa pun menurut. Saat sudah mendekat, Aruna berbisik, "Aku seneng banget Sa, akhirnya aku bisa jadi pacar kamu."

Mahesa tersenyum, ia menarik Aruna kedalam pelukannya. "Aku juga seneng." ujarnya. Aruna mengulum senyumnya didalam pelukan Mahesa.

Tak lama kemudian, bel pergantian mata pelajaran pun berbunyi. Sontak, mereka pun melerai pelukan itu. Mahesa berdiri. Aruna pun mendongakkan kepalanya. Mahesa mengacak puncak kepala Aruna lalu menyodorkan tangannya untuk digandeng oleh Aruna. "Yuk, ke kelas." ajak Mahesa.

Aruna mengangguk. Ia menggapai tangan Mahesa, lalu berdiri. Setelahnya mereka pun berjalan menuju kelas sembari berpegangan tangan.

***

TBC

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang