HB - 31

446 5 0
                                    

Vote nya jangan lupa yh kak

Selamat membaca❤️

***

Di ruang BK, terlihat bahwa Pak Adam sedang duduk di mejanya dengan di seberangnya ada Praja, Citra dan Mahesa. Sementara Bu Lia berdiri disamping meja tersebut.

"Kenapa ini masalahnya Bu Lia?" tanya pak Adam.

Bu Lia menghela napasnya sesaat. "Jadi gini pak, tadi ada laporan dari Mahesa jika anak murid saya yang bernama Aruna keningnya itu luka sampai mengeluarkan darah karena dilempari batu oleh Praja dengan sengaja. Dan Mahesa ingin masalah ini ditangani oleh BK."

Pak Adam mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Ada yang bisa menceritakan bagaimana kronologi nya?"

"Saya bisa, Pak." ujar Citra.

"Oke, silahkan diceritakan."

Citra mengangguk singkat. Ia pun menceritakan semuanya kepada Pak Adam. Citra menceritakan sesuai dengan apa yang ia dengar dari mulut Aruna. Setelah menceritakan semuanya, keadaan pun menjadi hening. Hingga suara pak Adam memecahkan keheningan tersebut, "Baik, terimakasih sudah mau menceritakan semuanya Nak Citra. Sekarang Bapak mau dengar ceritanya dari Praja langsung."

Praja yang sedari tadi menunduk pun mulai mendongakkan kepalanya. "Sebelumnya Praja minta maaf Pak, Bu, jika tindakan saya keterlaluan–"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Mahesa berujar. "Emang keterlaluan." sarkas Mahesa.

Citra menyenggol kaki Mahesa menggunakan kakinya. Ia melirik kesamping dimana Mahesa duduk. "Santai Hes. Jangan kebawa emosi."

Mahesa menghela napasnya lalu mengangguk singkat.

"Lanjut Ja." ujar Citra.

Praja mengangguk. "Jadi awalnya Praja cuman mau nyari perhatian aja Pak, ke Aruna. Praja nggak tau kalo ternyata batu itu bakalan kena keningnya Aruna. Praja kira batunya cuman bakalan sampe ke meja aja, taunya kena kening. Praja juga kaget waktu liat kening Aruna berdarah. Awalnya Praja emang nggak ngaku karena Praja takut. Tapi waktu Lita bilang kalo dia bakalan ngasih tau Mahesa soal ini, Praja malah makin takut karena Praja tau kalo Mahesa seberani itu buat ngelakuin apapun kalo udah menyangkut Aruna. Jadi Praja ngakuin kesalahan Praja dan minta maaf ke Aruna."

Mahesa mendecih ketika mengetahui bahwa niat awal Praja itu untuk mencari perhatian Aruna.

"Terimakasih sudah mau mengakui kesalahan kamu. Sekarang Bapak tanya kepada Mahesa, kamu disini menginginkan apa?" ujar Pak Adam kepada Mahesa.

"Saya ingin masalah ini benar-benar ditangani oleh Bapak. Tolong beri Praja hukuman. Meski Praja menjelaskan bahwa semuanya tidak diperkirakan oleh Praja bahwa batunya akan mengenai kening Aruna, tetapi saya tetap ingin Praja diberi hukuman."

Pak Adam mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti atas apa yang diucapkan oleh Mahesa. "Baik kalau begitu, Nak. Tapi sebelumnya apakah orang tua aruna sudah tau mengenai hal ini? Jika belum tolong diberitahu terlebih dahulu. Dan tolong tanyakan juga kepada orang tua Aruna, mereka ingin Praja diberi hukuman atau berdamai saja karena orang tua Aruna juga harus ikut andil dalam masalah anaknya."

"Orang tuanya belum dihubungi sama sekali Pak. Karena tadi saya dan Sahira hanya fokus mengobati luka Aruna." sahut Citra.

"Yasudah, Bu Lia tolong hubungi dulu orang tua Aruna." perintah Pak Adam.

Bu Lia menganggukkan kepalanya singkat. Lalu membuka handphone dan mencari kontak Mami Aruna. Setelah itu, Bu Lia pun langsung meneleponnya. Ketika menunggu beberapa detik, akhirnya sambungan telepon pun menyambung.

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang