Vote nya jangan lupa, ya!
Selamat membaca❤️
***
Aruna tengah termenung di dalam kamarnya. Keadaan matanya terlihat sangat sembab dan memerah. Dari semalam, tepatnya setelah Danis mengantarkannya pulang, ia tak ada henti-hentinya menangis didalam kamar hingga pagi tadi. Bahkan sejak semalam Aruna belum memakan nasi sedikitpun karena berusaha menghindari Maminya. Ia tidak mau maminya melihat kondisi matanya yang seperti ini. Ia tidak mau jika Maminya mengetahui dirinya menangis.Hari ini karena baru pergantian tahun, Papi, Arya dan Arsen sedang libur dari kerjanya. Dan kini jam makan siang telah tiba. Seluruh anggota keluarga Aruna telah berkumpul di meja makan. Hanya tinggal Aruna saja yang belum ada disana.
Merasa bahwa tidak ada tanda-tanda si putri bungsu akan datang, Mami pun berjalan menuju kamar putrinya berniat untuk menyusulnya.
Ketika sudah berada didepan pintu kamar putri bungsunya, Mami pun langsung mengetuknya.
Tok! Tok!
"Adek? Udah bangun belum?" ujar Mami dengan sedikit berteriak. Sedari malam putri bungsunya ini tidak keluar dari kamar sama sekali.
Aruna mengambil alih kesadarannya ketika mendengar seruan sang Mami. "Udah Mi! Kenapa?" jawab Aruna tanpa membuka pintu.
"Makan dulu, Dek. Ini udah masuk jam makan siang. Tadi pagi kamu ngelewatin jam sarapan pagi kamu."
"Mami sama yang lain duluan aja! Nanti Adek makan kalo adek mau!" teriak Aruna dari dalam kamar agar suaranya terdengar oleh Mami.
Mami menghela napasnya. "Sekarang makannya, Dek. Bareng-bareng. Jangan ngebiarin perutnya kosong gitu. Nanti sakitnya kambuh lagi loh."
"Iya nanti aja Mi! Nggak, nggak bakalan kambuh."
"Adek jangan susah ah! Makan dulu!"
Arya yang sedari tadi mendengar suara keributan dari depan pintu kamar adik bungsunya pun mulai menghampiri. "Kenapa Mi? Adek nggak mau makan?"
Mami mengangguk. "Adek kamu susah banget kalo disuruh makan," keluh Mami kepada putra sulungnya.
Saat mendengar suara sang Kakak yang Aruna yakini bahwa Kakak nya ada di depan pintu kamarnya, Aruna pun bergegas turun dari ranjangnya dan berlari masuk kedalam kamar mandi yang terletak di sudut kamarnya. Ia mencuci wajahnya dengan secepat kilat.
Sementara itu, Arya yang mendengar keluhan Maminya pun mulai mengetuk-ngetuk pintu kamar Aruna.
Tok! Tok!
"Adek! Jangan susah kalo disuruh makan!" ujar Arya dengan suara tegasnya.
"Iya iya! Ini Adek lagi lap muka Adek dulu!" teriak Aruna dari dalam kamar sembari mengelap wajahnya menggunakan tissue wajah. Jujur saja, jika Kakak nya yang sudah turun tangan begini, Aruna sangat takut.
Setelah selesai, Aruna pun membuka pintu kamarnya dan keluar dari kamarnya sebelum terkena amukan sang Kakak.
Ketika Aruna baru saja muncul dari balik pintu kamarnya, ia menunjukkan cengiran khas nya didepan Mami dan Kakak pertamanya.
"Kenapa sih susah banget kalo disuruh makan? Heran." ujar Arya sembari melengos pergi menuju ruang makan. Meninggalkan sang Mami dan si Adik bungsu.
Aruna yang melihat Kakak nya sudah pergi pun mengelus dadanya dan menghela napas lega.
"Takut lah tuh kalo udah sama Abangnya." cibir sang Mami.
Aruna menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sembari cengengesan. "Kalo Abang yang udah turun tangan, Adek takut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Boyfriend
RomanceMahesa, seorang atlet badminton dan seorang pangeran sekolah di SMA Lentera Bangsa tertarik kepada seorang gadis yang bernama Aruna Pratista. Menurut Mahesa, Aruna itu manis, bak gula hidup. Dan hal yang paling menariknya adalah Aruna tidak pernah m...