HB - 23

315 4 0
                                    

Aruna dan Mahesa kini berada di belakang sekolah. Mereka berdua mengambil duduk dibangku yang ada disana.

"Tolong pakein aku dasi." ujar Mahesa.

Aruna menghadap Mahesa, lalu menggapai dasi yang tersampir di leher Mahesa. Setelahnya, Aruna pun mulai memasangkan dasi tersebut.

Mahesa memperhatikan wajah Aruna dengan rinci. Mata sayu, bulu mata lentik, hidung mancung, dan bibir tipis yang membuat Mahesa merasa terkagum-kagum atas ciptaan Tuhan.

Merasa diperhatikan terus menerus, Aruna pun menatap Mahesa juga. Ia tersenyum singkat, lalu dibalas senyum tulus oleh Mahesa.

Setelah selesai memasangkan dasi, Aruna pun menjauhkan kembali tangannya dari leher Mahesa. "Selesai." ujarnya.

Mahesa tersenyum, "Makasih sayang."

Aruna hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya saja.

"Kamu tadi keren banget waktu lawan Indria." puji Mahesa.

Menghela napasnya lelah, Aruna menjawab, "Tapi aku nggak enak Sa, ke Kak Indria. Aku udah kasar ke dia."

"Kasar apanya? Nggak, kok. Kamu nggak kasar ke dia. Kamu udah bener kayak gitu biar dia tau rasa. Biar dia nggak deketin aku lagi."

"Tapi tetep aja, Sa. Dia kan kakak kelas kita."

"Nggak apa-apa. Biarin aja." ujar Mahesa sembari berusaha menenangkan Aruna yang merasa bersalah.

Aruna menghela napasnya pasrah. "Oh iya, aku mau cerita deh." ujar Aruna.

Mahesa mengangkat kedua alisnya, "Cerita apa hm?"

"Tadi waktu aku abis dari toilet, aku ngelewatin segerombolan kakak kelas gitu. Cewek. Nah, waktu aku mau lewatin mereka, mereka pada manggil aku. Tapi manggilnya bukan manggil nama aku."

Mahesa mengernyitkan dahinya, "Manggil kamu tapi bukan manggil nama kamu? Maksudnya gimana?"

"Jadi mereka tuh manggil aku, tapi manggilnya pake nama orang lain."

Mahesa mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Terus manggilnya pake nama siapa?"

"Nama kamu." sahut Aruna.

"Loh?" ujar Mahesa merasa terheran.

"Iya. Jadi mereka itu manggil aku, tapi mereka manggilnya pake nama kamu. Waktu aku noleh kearah mereka semua, merekanya kayak ketawa gitu. Kenapa mereka ketawa ya, Sa? Aku juga sempet liat kalo mereka bisik-bisik gitu."

Mahesa yang mendengar itupun menghela napasnya. Ternyata melelahkan juga ya, di cap sebagai pangeran sekolah seperti ini. "Diemin aja. Kalo mereka ngomong yang aneh-aneh, jangan didengerin. Mereka kayak gitu karena mereka iri sama kamu karena kamu pacar aku. Mereka itu sebenernya pengen jadi pacar aku juga, cuman akunya nggak mau. Aku maunya cuman sama kamu."

Aruna mengangguk patuh. "Tapi kamu kenapa mau sama aku Sa? Padahal masih banyak cewek-cewek disini yang lebih dari aku yang mau sama kamu."

"Nggak tau. Aku maunya kamu, gimana dong?"

Aruna tidak menjawab. Ia lebih memilih diam karena ia bingung harus meresponnya seperti apa.

Merasa tidak mendapatkan respon apapun, Mahesa pun beranjak. Ia menyodorkan tangannya kepada Aruna. "Udah deh yuk, kita balik ke kelas aja." ajak Mahesa.

Aruna mendongak, lalu mengangguk. Ia pun menggapai tangan Mahesa untuk ia genggam.

Setelahnya mereka berdua pun berjalan beriringan menuju kelas.

***

"Ru, tadi lo keren banget gila!" celetuk Sahira.

Citra mengangguk menyetujui ucapan Sahira, "Yoi. Lo keren banget bisa berani lawan Indria."

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang