Setelah membeli roti untuk Aruna, Mahesa pun kembali ke ruang UKS. Sesampainya disana, terlihat bahwa masih ada Citra, Sahira, dan Elsa yang sedang menjaga Aruna.
Mahesa berjalan mendekat kearah Aruna. Lalu mengambil duduk di brankar yang Aruna pakai. Ternyata, Aruna tertidur.
"Bangunin aja Hes, dia harus makan sama minum obat." ujar Elsa.
Mahesa pun mengangguk. Ia mengelus-elus pipi Aruna, lalu berbisik, "Sayang.. Bangun."
Merasa terusik, Aruna pun membuka matanya secara perlahan. Ia menyipitkan matanya menyesuaikan cahaya. Begitu membuka mata, Aruna langsung dihadapkan dengan wajah tampan Mahesa. Mahesa tersenyum, "Makan dulu sayang, aku udah beli roti." ujarnya.
Aruna mengangguk, ia bangkit duduk dengan dibantu oleh Mahesa. Mahesa pun menyodorkan kantung plastik yang tadi ia bawa.
Aruna menerima kantung plastik itu, lalu membukanya. Kantung plastik tersebut berisi satu buah roti dan dua coklat batang Silverqueen. Aruna mengernyitkan dahinya, "Ini coklat?"
"Buat kamu."
"Loh, Sa? Nggak usah." ujar Aruna dengan nada tidak enak.
"Nggak apa-apa, sayang."
"Hesa ih nggak usah. Roti aja udah cukup. Nih aku balikin." ujar Aruna sembari menyodorkan dua buah coklat tersebut.
"Aku bakalan marah ke kamu kalo kamu ngembaliin coklat itu, Ru."
"Tapi Sa–"
"Nggak ada tapi-tapian." potong Mahesa.
Aruna menghela napas pasrah, ia kembali memasukan coklat tersebut kedalam kantung plastik tadi. "Yaudah, makasih ya Sa."
Mahesa tersenyum melihat itu. Ia mengangguk, "Anything for you, babe." sahut Mahesa sembari mengacak rambut Aruna.
Saat Aruna akan memakan roti tersebut, Aruna harus membuka bungkus rotinya terlebih dahulu. Namun, ia kesulitan. Melihat Aruna yang kesulitan membuka bungkus roti, sontak Mahesa pun mengambil alih roti tersebut dari tangan Aruna. Lalu membukanya. Setelahnya Mahesa pun mengembalikan roti tersebut kepada Aruna.
Aruna tersenyum, "Makasih, Sa." ujarnya. Lalu memakan roti itu dengan lahap.
Citra, Sahira, dan Elsa yang melihat interaksi keduanya pun menyeletuk, "Ini kita jadi nyamuk nih disini?"
Aruna dan Mahesa menoleh, mereka berdua terkekeh. "Makannya punya pacar." ledek Mahesa.
"Lah, gue mah punya." ujar Citra.
Elsa mengangguk, "Gue juga punya."
Sahira terdiam. Hanya ia disini yang tidak punya pacar. "Lo? Nggak punya?" tunjuk Mahesa kepada Sahira.
"Iya! Gue nggak punya pacar! Puas lo?!" kesal Sahira.
Mendengar itu, sontak merekapun tertawa nista. Sahira yang ditertawakan seperti itu hanya memutar bola matanya.
***
Beberapa saat kemudian, Aruna pun telah menghabiskan roti yang tadi dibelikan oleh Mahesa.
"Itu lo, siapa sih namanya?" tunjuk Mahesa kepada Elsa.
Elsa menunjuk dirinya sendiri, "Gue?"
Mahesa mengangguk. "Gue Elsa." ujar Elsa.
"Nah Elsa, mana obat sama air minum nya? Cewek gue udah selesai makan."
Elsa memutar bola matanya, "Sopan dikit kenapa? Panggil gue Kak Elsa. Gue disini itu kakak kelas lo ya." ujar Elsa sembari beranjak dan berjalan menuju lemari yang berisi obat-obatan.
"Harus?" sahut Mahesa dengan malas.
"Sa, nggak boleh gitu." peringat Aruna.
Mahesa menoleh kearah Aruna, ia mengendikkan bahunya acuh. Aruna menghela napasnya pasrah. Mahesa memang begitu, tidak pernah hormat kepada kakak kelasnya.
Elsa menghampiri Aruna dengan membawa obat dan satu gelas air putih hangat. Lalu menyodorkannya kepada Aruna.
Aruna menerima obat dan air putih hangat tersebut, lalu meminum obatnya secara perlahan. "Makasih ya Kak." ujarnya.
Elsa mengangguk. Ia kembali duduk di kursi yang tidak jauh dari brankar yang Aruna tempati. "Aruna, kamu punya riwayat penyakit asam lambung sama inflamasi usus?" tanya Elsa.
Aruna hanya merespon dengan anggukan kepala saja. "Kata temen kamu yang berdua itu, kamu masih suka bandel ya? Masih suka makan mie sama minum es?" ujar Elsa.
Aruna menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Iya kak."
Mendengar itu, sontak Mahesa pun menatap Aruna seolah meminta penjelasan, "Ru?"
Aruna tersenyum, ia mengangguk singkat. "Iya, Sa. Aku punya penyakit asam lambung sama inflamasi usus. Aku nggak ngasih tau kamu karna aku pikir ini nggak penting. Kamu nggak perlu tau."
"Sejak kapan?"
"Apanya?"
"Sejak kapan kamu sakit kaya gini?"
"Em, kalo asam lambung sih sejak kecil. Tapi kalo inflamasi usus, baru-baru ini. Sebelum kita pacaran. Tau kan waktu kamu ngasih es ke aku di kantin tapi aku tolak?" ujar Aruna. Mahesa mengangguk. "Itu aku baru keluar dari rumah sakit karna kena penyakit inflamasi usus, makannya aku tolak pemberian dari kamu." jelas Aruna.
Mahesa menatap Aruna prihatin. "Maaf ya Sa kalo aku baru ngasih tau kamu sekarang." lanjut Aruna.
Mahesa menggelengkan kepalanya, "Jangan minta maaf. Toh, kamu juga sakitnya sebelum kenal sama aku kan? Jadi wajar aja kalo kamu nggak ngasih tau aku tentang ini." Aruna tersenyum saat mendapatkan respon baik dari Mahesa. "Mulai sekarang kamu harus sayang sama diri kamu sendiri. Hindari apapun yang bakal bikin penyakit kamu kambuh kaya gini." lanjutnya.
Aruna mengangguk, "Iya, Mahesa." ujarnya sembari tersenyum lembut. Mahesa pun mengacak rambut Aruna dengan gemas.
Citra dan Sahira tersenyum melihat interaksi keduanya. Mereka berdua senang jika Aruna di treat sebaik itu oleh Mahesa.
Tak lama kemudian, speaker yang berada di setiap ruangan di sekolah itu yang terhubung dengan mic di ruang guru pun bersuara. "Selamat siang anak-anakku semuanya. Dikarenakan hari ini sedang ada rapat yang melibatkan seluruh guru di SMA Lentera Bangsa, maka diberitahukan kepada semua para murid di sekolah ini untuk pulang lebih awal. Terima kasih."
Mendengar hal itu, sontak Citra dan Sahira pun bersorak gembira. "Yeay pulang!!"
Aruna menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua sahabatnya.
"Kamu pulang sama aku ya?" ujar Mahesa.
Aruna menoleh, saat ia akan menolak, Mahesa tiba-tiba berujar kembali. "Aku nggak nerima penolakan."
Menghela napas pasrah, Aruna mengangguk. "Ru, gue sama Cici ke kelas dulu ya mau ngambil tas. Lo tunggu disini, nanti gue bawain tas lo." ujar Sahira.
"Iya Ra, maaf ngerepotin."
"Yaelah santai aja kali, kaya yang ke siapa aja."
Aruna tersenyum.
Mahesa mengeluarkan handphonenya dari saku celana seragamnya, lalu mencari kontak Zaky untuk ia telpon. Saat sudah menemukan kontak Zaky, ia pun langsung menelpon nomor Zaky.
Tak lama kemudian, Zaky mengangkat panggilan tersebut.
"Zak, bawain tas gue kesini."
"Lo dimana?" ujar Zaky dari sebrang telepon.
"Gue di UKS."
"Oke siap gue otw."
"Jangan lama." ujar Mahesa sembari menutup telpon tersebut.
Mahesa pun memasukkan kembali handphonenya kedalam saku celana seragamnya.
Elsa beranjak dari duduknya, "Kakak ambil tas dulu ke kelas ya. Nanti kesini lagi." ujarnya.
Aruna tersenyum lalu mengangguk.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Boyfriend
RomanceMahesa, seorang atlet badminton dan seorang pangeran sekolah di SMA Lentera Bangsa tertarik kepada seorang gadis yang bernama Aruna Pratista. Menurut Mahesa, Aruna itu manis, bak gula hidup. Dan hal yang paling menariknya adalah Aruna tidak pernah m...