HB - 41

1.6K 36 0
                                    


Vote nya jangan lupa, ya!

Selamat membaca❤️

***

Aruna berjalan menuju ruang keluarga. Disana terlihat ada Mami yang masih anteng menonton siaran televisi sendirian.

Mami yang mendengar suara derap langkah menuju kearahnya pun menoleh.

Ketika melihat penampilan putri bungsunya yang sudah cantik dan wangi, Mami pun bersuara, "Mau kemana sayang?"

Aruna menunjukkan cengirannya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Mau main, Mi. Boleh nggak?"

"Main kemana?"

"Main kemana aja. Tapi nggak jauh kok,"

"Sama siapa?" tanya Mami.

"Sama Danis. Boleh kan, Mi?"

Mami mengernyitkan dahinya heran. "Sama Danis?" beo nya.

Aruna mengangguk. "Boleh kan?" ulang Aruna.

"Yaudah, boleh. Tapi pulangnya jangan kesorean, ya," pinta Mami yang diangguki oleh Aruna dengan sikap hormatnya.

Sebelum pergi, Aruna mencium punggung tangan Maminya terlebih dahulu, lalu berjalan keluar. Danis sudah menunggunya didepan rumah.

***

Aruna kini berada di taman pusat kota. Ia duduk di salah satu bangku yang ada disana. Sementara itu, Danis sedang membeli air minum dan beberapa cemilan ke sebuah ruko yang letaknya tak jauh dari tempat Aruna.

Setelah selesai membeli air minum dan beberapa cemilan, Danis pun menghampiri Aruna. Mereka berdua duduk berdampingan di bangku tersebut.

Danis memberikan satu kantung keresek yang berisi cemilan kepada Aruna. "Nih, Ru, sambil ngemil." ujarnya.

Aruna menoleh. "Oke, makasih Nis." sahutnya. Jujur saja, Aruna merasa gugup. Karena ini kedua kalinya ia berinteraksi sedekat ini dengan Danis.

Padahal semalam ketika dirinya menangis di bahu Danis dan mengobrol sedekat itu dengan Danis, ia masih biasa-biasa saja. Namun sekarang mengapa terlihat sangat gugup?

Danis mengeluarkan satu bungkus rokok dari saku kemeja nya. Ia mengambil satu batang rokok dari bungkus tersebut. Lalu menyalakan rokok tersebut menggunakan korek api. "Gue sambil ngerokok nggak apa-apa, kan?" tanya Danis meminta izin.

"Iya, nggak apa-apa." sahut Aruna.

Setelah itu, diantara mereka tidak ada yang berbicara lagi. Mereka berdua menatap kearah depan, dan mereka berdua sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

Danis yang sibuk memikirkan bagaimana caranya mengungkapkan perasannya kepada Aruna, dan Aruna yang sibuk bagaimana caranya ia tidak gugup seperti ini.

Danis menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Lo masih suka nangis dari semalem?" tanya Danis membuka obrolan.

"Masih," cicit Aruna berusaha melawan rasa gugupnya.

Danis terkekeh. "Cowok begitu ditangisin," decihnya.

"Namanya juga sedih, Nis. Cewek mana yang nggak nangis diselingkuhin sama pacarnya." alibi Aruna.

Danis menghisap rokoknya lagi dan kembali menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Padahal tinggal tampar aja mukanya, Ru. Kurang ajar emang yang selingkuh gitu tuh."

Aruna tertawa kecil ketika mendengar penuturan Danis. "Gue nggak bisa jadi sejahat itu buat nampar orang, Nis."

Danis mengangkat sebelah alisnya, "Ru, seriously? Lo masih bilang kalo lo nggak bisa jadi sejahat itu buat nampar orang yang udah selingkuhin lo?"

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang