HB - 21

312 5 0
                                    

Disepanjang perjalanan menuju rumah Aruna, pikiran Mahesa kacau. Ia memikirkan bagaimana nasib Aruna jika Indria berani macam-macam terhadap kekasih manisnya ini.

Mahesa bingung harus berbuat apa. Namun yang pasti, ia harus melindungi Aruna dari gadis gila yang bernama Indria itu.

Menurutnya, Indria adalah gadis gila yang selalu memaksanya untuk menerima perasaan gadis itu. Dan menurut Mahesa, perasaan gadis itu bukan hanya sekedar suka ataupun cinta, melainkan obsesi.

***

Mahesa dan Aruna kini sudah berada didepan pagar rumah Aruna. Aruna melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Mahesa lalu turun dari motor tersebut.

"Makasih, Sa." ujar Aruna.

Mahesa mengangguk. "Anything for you, babe."

"Aku masuk ya Sa?"

Mahesa kembali mengangguk. Namun pada saat Aruna akan melengos masuk kedalam, Mahesa buru-buru mencekal lengan Aruna. Ia membuka helm full face nya.

Aruna menaikkan sebelah alisnya menatap Mahesa bingung. "Kenapa Sa?"

"Aku mau cerita dulu sedikit, boleh nggak?" tanya Mahesa. Jujur saja, saat ini ia merasa bingung bagaimana caranya memberi tahu Aruna mengenai Indria. Namun Mahesa sudah memutuskan bahwa ia akan menceritakan semuanya tentang Indria dari awal lalu mewanti-wanti Aruna agar berhati-hati terhadap gadis yang bernama Indria itu.

Aruna menganggukkan kepalanya. "Boleh. Mau cerita di dalem?"

"Nggak usah, disini aja."

Aruna kembali menganggukkan kepalanya. "Kenapa, Sa?"

Mahesa menghela napasnya terlebih dahulu sebelum bercerita. "Jadi, sebelum aku pacaran sama kamu, ada cewek yang selalu ngedeketin aku. Namanya Indria, dia kakak kelas kita, kelas XI-A." jeda Mahesa. Aruna mengangguk mengerti lalu menunggu Mahesa melanjutkan ceritanya.

"Dia itu selalu maksa aku untuk bales perasaan dia, tapi aku nggak bisa, karena aku nggak ada perasaan apapun ke dia. Tapi kalo menurut aku, perasaan dia ke aku itu bukan rasa suka atau cinta, tapi kayak semacam obsesi gitu. Dia selalu nempel-nempel ke aku. Sampe akhirnya aku cerita ke Haidar, Zaky sama ke Danis kalo aku capek terus-terusan ditempelin dia. Dan temen-temen aku bilang, katanya respon aja dulu, urusan perasaan aku ke dia itu urusan belakangan."

Aruna masih setia mendengarkan cerita Mahesa.

"Terus awal aku ketemu kamu di kantin, aku tertarik sama kamu. Karna kamu keliatannya beda dari cewek-cewek lain yang tergila-gila sama aku. Singkatnya, aku mutusin buat ngedeketin kamu dan ngejauh dari cewek yang namanya Indria itu. Aku bilang ke dia kalo aku udah punya cewek, yang mana orangnya itu kamu. Aku juga bilang ke dia buat jangan deket-deket aku lagi. Awalnya dia nggak percaya dan terus-terusan bilang kalo aku ini bercanda. Sampe akhirnya Danis kesel, terus Danis bilang kalo aku beneran udah punya cewek. Danis juga bilang kalo sebenernya aku risih ditempelin dia terus. Abis itu dia marah, marah banget. Abis kejadian itu, dia ngilang gitu aja nggak tau kemana. Aku udah bersyukur, aku udah mikir kalo dia udah nyerah. Tapi ternyata pikiran aku salah, dia tadi chat aku lagi. Dia ancem aku kalo dia bakalan celakain kamu. Dia juga bilang, kalo dia bakalan rebut aku dari kamu gimanapun caranya."

Aruna menggelengkan kepalanya tak habis fikir dengan cerita tersebut. Ternyata ada ya, manusia seperti itu?

"Gila banget ya, orang yang naksir kamu. Jadi ngeri aku." ujar Aruna. "Tadi kata kamu dia chat kamu lagi?" sambungnya.

Mahesa mengangguk.

"Aku mau liat, boleh?"

Mahesa kembali mengangguk, "Boleh banget sayang." ujarnya sembari menyodorkan handphonenya yang telah ia ambil dari saku jaketnya.

Aruna mengambil handphone yang berada ditangan Mahesa. Ketika ia membuka handphone tersebut, terpampang lah foto Aruna yang dijadikan wallpaper lockscreen oleh Mahesa. Aruna tersenyum melihat itu.

"Password nya apa?" tanya Aruna.

"Tanggal lahir kamu."

Aruna mengernyitkan dahinya, "Loh, tau tanggal lahir aku dari mana? Perasaan kamu nggak pernah nanya tentang itu ke aku."

"Aku tau dari Dhira."

Aruna mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Ia pun membuka kunci handphone Mahesa setelah mengetikkan pin tanggal lahirnya.

Aruna membuka room chat yang tertera nama 'Indria' di salah satu kontak. Sebelum membaca pesan, Aruna melihat profil kontak Indria terlebih dahulu. Setelahnya Aruna pun membaca semua pesan tersebut. Aruna melototkan matanya ketika membaca kalimat 'cewek sialan' yang sudah pasti ditujukan oleh Indria kepadanya.

"Cewek sialan katanya?! Enak aja!" ujar Aruna kesal. "Tapi Sa, Indria tuh yang waktu itu sering ngikutin kamu terus kemanapun kamu pergi bukan sih?" lanjut Aruna. Pasalnya, sebelum Aruna dan Mahesa menjadi sepasang kekasih seperti ini, dulu Aruna selalu melihat satu orang gadis yang selalu mengikuti Mahesa dan teman-temannya kemanapun mereka pergi.

Mahesa mengangguk, "Iya, yang itu." ujarnya.

Aruna mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Sesaat kemudian, Mahesa memegang kedua sisi pundak Aruna. "Sayang, liat sini."

Aruna menatap Mahesa.

"Kalo dia berani macem-macem ke kamu dan posisinya aku lagi nggak sama kamu, kamu harus berani lawan dia ya?" ujar Mahesa dengan menatap mata Aruna dalam.

Aruna mengangguk, "Iya. Aku bakal lawan dia semampu aku. Aku nggak bakal biarin hubungan kita hancur karena cewek gila itu."

"Good girl." ujar Mahesa sembari tersenyum. Ia menarik Aruna kedalam pelukannya. Namun sebelum menarik Aruna kedalam pelukannya, Mahesa mengecup kening Aruna terlebih dahulu.

Setelah beberapa saat, merekapun melerai pelukan tersebut. Mereka berdua saling melemparkan senyuman.

"Ini, hape kamu." ujar Aruna sembari menyodorkan handphone Mahesa.

Mahesa mengambilnya, lalu memasukkan handphonenya kedalam saku yang ada di jaketnya.

"Sa."

"Hm?"

"Makasih udah mau ceritain semuanya ke aku." ujar Aruna.

Mahesa tersenyum tulus, "Udah seharusnya aku cerita ke kamu."

Aruna balas tersenyum.

"Yaudah, kalo gitu aku pulang ya?" lanjut Mahesa.

"Iya, udah sore banget ini. Ayah sama Bunda kamu pasti udah sampe rumah."

Mahesa mengangguk. Sebelum memakai helm full face nya, ia mengode Aruna terlebih dahulu dengan menunjuk kearah pipi kanannya. Aruna yang mengerti pun terkekeh. Ia maju selangkah, lalu mengecup pipi kanan Mahesa sekilas. Setelah itu, Aruna kembali memundurkan langkahnya.

Mahesa tersenyum lalu memakai helm full face nya. "Aku pulang sayang."

Aruna mengangguk. "Hati-hati." peringat Aruna.

Setelahnya Mahesa pun melengos pergi meninggalkan rumah Aruna.

***

TBC

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang