HB - 17

362 8 0
                                    

Aruna tertidur di kasurnya. Ia sedari sore menangis terus menerus. Mungkin tubuhnya lelah, jadi ia tertidur diatas ranjangnya dengan posisi tengkurap dan handphone yang masih menyala.

Tok! Tok!

"Adek? Ini Mami nak. Buka pintunya sayang, ada Mahesa di depan nyariin kamu." ujar sang Mami dari balik pintu kamar Aruna.

Merasa tidak ada sahutan sama sekali dari sang anak, Mami pun mencoba membuka pintu kamar Aruna. Dan ternyata, kamar Aruna tidak terkunci. Mami pun berjalan masuk kedalam kamar sang anak.

Mami berjalan kearah tepi ranjang, dan disana terlihat bahwa sang anak tengah tertidur di tengah-tengah ranjang tersebut.

Mami duduk di tepi ranjang lalu mengelus rambut Aruna. "Nak, bangun sayang." ujar Mami dengan lembut.

Merasa terusik, Aruna pun membalikkan tubuhnya lalu membuka matanya secara perlahan. Melihat hal itu, Mami tersenyum.

"Bangun sayang, ada nak Mahesa nungguin kamu dari tadi di depan."

Aruna masih mengumpulkan nyawanya. Ia menguap sembari merenggangkan ototnya yang terasa pegal dan bangun terduduk. "Suruh pulang aja Mi. Adek lagi nggak mau ketemu sama Hesa." ujar Aruna.

"Loh, kasian dong nak Mahesa. Dia udah nungguin kamu dari tadi. Dia juga baru pulang tanding katanya. Kasian nak Mahesa, pasti capek."

Aruna menghela napasnya pasrah. Benar juga apa yang dibilang oleh Mami nya, Mahesa pasti lelah sudah bertanding. Lagi pula, Mahesa bukannya istirahat tetapi malah menghampirinya kerumahnya.

"Yaudah, Adek mau cuci muka dulu sebentar. Nanti Adek ke depan."

Mami tersenyum. Sementara Aruna berjalan kearah kamar mandi yang berada di kamarnya.

Tak lama kemudian, Aruna pun telah selesai mencuci mukanya. Ia keluar dari kamar mandi, dan melihat bahwa sang Mami masih berada di dalam kamarnya.

Saat melihat Aruna yang keluar dari kamar mandi, Mami pun berdiri. Sementara Aruna menghampiri Mami nya.

"Nak, Mami nggak tau kamu sama nak Mahesa itu lagi kenapa. Tapi satu pesan Mami, selesaikan masalahnya dengan baik. Dengarkan dulu penjelasan dari Mahesa, ya?" 

Aruna tersenyum, "Iya Mi."

Mami mengulurkan tangannya untuk mengusap kelopak mata Aruna yang terlihat sembab. "Kamu dari siang nangis terus, lihat matanya jadi sembab kaya gini."

Aruna hanya menjawab dengan cengiran saja.

***

Aruna membuka gerbang rumahnya, lalu berjalan keluar. Mahesa yang mendengar suara gerbang dibuka pun sontak mengalihkan pandangannya dari handphone ke asal suara.

Saat melihat Aruna keluar dari gerbang, Mahesa pun sontak berdiri dan menghampiri Aruna. Ketika sudah berada dihadapan Aruna, tanpa pikir panjang Mahesa pun langsung memeluk Aruna. "Sayangg, aku menang. Aku juara satu." ujar Mahesa.

Aruna mematung atas perlakuan Mahesa. Namun sedetik kemudian ia mengulum senyum didalam pelukan tersebut ketika mendengar ucapan Mahesa. Ia membalas pelukan itu, lalu mengusap punggung Mahesa.

"Selamat, Sa."

Mahesa melerai pelukan itu. Ia menatap kedua mata Aruna, lalu tersenyum. "Makasih sayang."

Aruna mengangguk dan tersenyum tipis.

Sedetik kemudian, Mahesa tersadar bahwa mata Aruna terlihat sangat sembab. Ia mengusap kedua kelopak mata Aruna. "Sayang, maafin aku. Mata kamu jadi sembab gini gara-gara aku." ujar Mahesa merasa bersalah.

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang