HB - 08

400 10 0
                                    

Kini Aruna dan Mahesa sudah sampai di rumah Mahesa. Aruna turun dari motor Mahesa. Ia menata rambutnya yang acak-acakan akibat perjalanan tadi. Mahesa membuka helm full face nya dan menyimpannya diatas motor, lalu turun dari motor kesayangannya. Saat matanya melihat Aruna yang sedang menata rambutnya, Mahesa pun berujar, "Udah,.. Cantik."

Aruna mengulum senyum, ia mencubit pinggang Mahesa. Mahesa mengaduh, namun sedetik kemudian terkekeh. Aruna yang sedang salah tingkah itu lucu dimatanya.

"Yuk, masuk." ujar Mahesa sembari menyodorkan tangannya agar digandeng oleh Aruna.

Aruna yang melihat itupun langsung menggandeng tangan Mahesa. "Aku malu, Sa." cicit Aruna.

"Udah, nggak apa-apa. Tenang aja, ada aku."

Mahesa membuka pintu rumah, lalu membawa Aruna masuk kedalam rumahnya. Aruna berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang.

"Bunda.. Kakak pulang!" seru Mahesa.

Bunda yang sedang menonton televisi di ruang keluarga pun bergegas menghampiri. Mahesa mencium punggung tangan Bundanya. "Ini nak Aruna ya?" ujar Bunda.

Aruna mengangguk sembari tersenyum, "Iya, Tante." Aruna berjalan mendekat untuk mencium punggung tangan bunda Mahesa juga.

Bunda Mahesa tersenyum. "Ayo masuk. Kak, kamu ganti baju dulu sana."

Mahesa mengangguk. Saat ia akan melengos ke kamarnya, ia merasa bahwa ada yang menarik jaketnya dari sisi kanannya. Mahesa menoleh. "Jangan tinggalin aku." bisik Aruna.

Mahesa tersenyum, "Sebentar, aku ganti baju dulu. Kamu ikut Bunda dulu ke ruang keluarga."

"Yaudah." sahut Aruna dengan wajah gugup. Mahesa yang melihat itupun sontak tertawa pelan. Ia berjalan menuju kamarnya. Sementara itu, bunda Mahesa langsung menggandeng tangan Aruna dan menggiring Aruna ke ruang keluarga.

***

"Ayo duduk, nggak usah malu-malu nak Aruna.."

Aruna tersenyum kikuk, "Iya Tante.."

"Panggil Bunda aja, nggak apa-apa."

"I-iya Bunda.."

Aruna mengambil duduk di sofa panjang diikuti oleh Bunda Mahesa yang duduk di sampingnya. Bunda Mahesa tersenyum. Betul apa kata anak sulungnya, Aruna ini gadis manis. "Nak Aruna satu sekolah sama Mahesa ya?" basa basi Bunda.

Aruna mengangguk, "Iya, Bunda."

Bunda Mahesa pun menceritakan semua tentang Mahesa yang bercerita tentang Aruna kepada sang Bunda. Aruna tersenyum mendengar itu. Sedangkan Mahesa, ia baru saja selesai mengganti bajunya dan berjalan kearah ruang keluarga.

"Hayo lagi ceritain apa?" ujar Mahesa sembari mengambil duduk di single sofa.

Aruna dan Bunda Mahesa menoleh, "Bunda lagi ceritain kamu waktu pertama kali kamu ceritain Aruna ke Bunda."

Mahesa mengangguk-anggukan kepalanya, ia tidak masalah jika sang Bunda menceritakan itu kepada Aruna. Sesaat kemudian, Mahesa mengernyitkan dahinya merasa ada yang kurang disini. "Bun, Ayah sama adek kemana? Katanya mau ketemu Aruna juga?"

"Ayah kamu mendadak ada meeting di kantor. Kalo adek pergi main, kayaknya dia lupa kalo pacar Kakak mau main kesini."

Selepas berucap seperti itu, tiba-tiba terdengarlah suara Daren. "Bunda..!" panggil Daren dari depan rumah.

"Baru juga diomongin." ujar Mahesa.

"Sini nak, Bunda diruang keluarga." sahut Bunda.

Mendengar sahutan dari Bundanya, Daren pun bergegas menuju ruang keluarga. Daren melihat bahwa disana ada sang Bunda, sang Kakak dan Kakak perempuan yang tidak ia kenali. Daren mengernyitkan dahinya.

Saat melihat ekspresi wajah Daren, Mahesa pun berujar. "Katanya mau ketemu pacar Kakak, tapi malah pergi main."

Daren membolakan matanya. Kakak perempuan yang berada dipinggir Bundanya itu adalah pacar Kakaknya?

Seolah mengerti dengan apa yang dipikirkan Daren, Bunda pun tersenyum. "Ini Kak Aruna. Pacarnya Kak Mahes."

Daren pun buru-buru mendekat kearah sang Bunda. "Hallo.." sapa Aruna kepada Daren.

"Hallo Kak Aruna." sahutnya sembari tersenyum malu. "Kak Aruna cantik." sambungnya.

Aruna merasakan bahwa pipinya memanas, "Wah, terima kasih."

Daren tersenyum. Sementara Mahesa menyeletuk, "Cantik lah, pacar Kakak."

Daren melirik kearah sang Kakak, "Iya, adek tau, Kak Aruna pacar Kakak." ujarnya sembari memutar bola matanya malas.

Bunda Mahesa dan Aruna pun tertawa melihat kelakuan kakak beradik itu.

Mereka pun melanjutkan obrolan mereka. Hingga waktu menunjukkan pukul 16.00 sore, Aruna pun pamit pulang.

"Bunda.. Kayanya Aruna pulang sekarang deh. Udah sore soalnya." ujar Aruna.

Bunda Mahesa mengangguk tanda mengerti. "Pulangnya dianter sama Mahes kan?"

"Ya iya dong Bun, sama siapa lagi coba." sahut Mahesa. Ia pun bergegas keluar rumah terlebih dahulu untuk menyiapkan motornya.

Aruna tersenyum, ia mencium punggung tangan Bunda Mahesa seraya berpamitan. Sesudah itu, Bunda Mahesa berujar, "Daren nggak cium tangan Kak Aruna?"

Daren menghampiri, lalu mencium punggung tangan Aruna. "Kak Aruna, nanti main kesini lagi ya!" ujar Daren.

Aruna tersenyum, ia mengacak rambut Daren. "Iya, nanti Kak Aruna main lagi kesini."

Aruna pun berjalan keluar rumah diikuti oleh Bunda Mahesa dan Daren. Saat melihat Aruna yang sudah keluar dari rumahnya, Mahesa pun langsung menurunkan footstep motor kesayangannya.

Aruna menghampiri, lalu duduk diatas motor tersebut. "Bunda, Aruna pulang ya." pamit Aruna.

"Iya sayang hati-hati." sahut Bunda Mahesa. "Eh, Kakak nggak pake jaket?" sambung Bunda kepada Mahesa.

Mahesa menaikkan kaca helm full facenya, lalu menggelengkan kepala. "Nggak Bun, gerah."

Bunda mengangguk tanda mengerti. "Yaudah, hati-hati Kak."

Mahesa mengangguk, ia menurunkan kaca helm full facenya lagi lalu menyalakan klakson sebanyak dua kali untuk meminta satpam untuk membukakan gerbang rumahnya.

Satpam pun bergegas membuka pagar tersebut. Lalu Mahesa melajukan motornya menuju rumah Aruna.

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Aruna tersenyum tiada henti. Ia mengeratkan pelukannya di pinggang Mahesa, lalu menyimpan kepalanya di pundak kanan Mahesa.

Jadi begini ya, rasanya dikenalkan ke keluarga pasangan kita sendiri? Sebahagia itu rasanya ketika kita diterima dengan baik oleh keluarga pasangan kita.

***

TBC

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang