HB - 34

353 4 0
                                    

Vote nya jangan lupa, ya!

Selamat membaca❤️

**

Mahesa dan Aruna masih terus saling balas-membalas untuk mencoret-coret wajah. Tangan kiri Mahesa menahan kedua tangan Aruna. Lalu tangan kanannya ia tempelkan tepat di wajah Aruna. Setelahnya tercetaklah dengan jelas telapak tangan Mahesa di sekitar wajah Aruna.

Aruna menjerit. "Hesaaa! Muka akuu!"

"Muka kamu ada cap nya sayang! Cap lima jari tangan aku." ujar Mahesa sembari tertawa terbahak.

Aruna melepaskan secara paksa tangan Mahesa yang menahan kedua tangannya. Setelah terlepas, Aruna pun langsung membalas perbuatan Mahesa. Ia menempelkan telapak tangannya tepat di wajah Mahesa. Sama seperti Aruna, kini wajah Mahesa tercetak dengan jelas telapak tangan Aruna. "Kamu pikir aku nggak bisa kaya kamu? Bisa! Nih, muka kamu sekarang ada cap lima jari tangan aku juga!"

Bukannya marah, Mahesa malah tertawa. Lalu mereka pun kembali saling balas-membalas untuk mencoret-coret wajah menggunakan sisa holy powder yang masih tertempel di tangan mereka masing-masing.

***


Beberapa menit telah berlalu, dan kini Aruna bersama Mahesa masih sama seperti tadi. Namun pada saat mereka sedang asik bercanda seperti itu, tiba-tiba saja murid-murid lainnya berdatangan. Sontak, Mahesa dan Aruna pun terdiam. Mereka menjadi pusat perhatian di lorong tersebut. Seluruh murid dari lorong kelas X-D hingga kelas X-H memperhatikan Aruna dan Mahesa yang wajahnya terlihat sangat awut-awutan.

Takut jika kekasihnya malu karena wajahnya yang terlihat kotor, Mahesa pun dengan sigap merangkul pundak Aruna dan menutup wajah Aruna agar tidak dilihat oleh orang lain.

Orang-orang yang sedang memperhatikan Aruna dan Mahesa pun mulai bersiul, bersorak dan menggoda mereka berdua.

"Cie Aruna, Mahesa.."

"Aduh, couple goals romantis banget kayaknya."

"Asik banget, boleh join nggak Hes?"

"Mau seberuntung Aruna juga dong."

Kira-kira seperti itulah ucapan menggoda dari mereka untuk Aruna dan Mahesa.

Aruna menanggapinya dengan tersenyum malu dibalik telapak tangan Mahesa yang menutup wajahnya. Sementara Mahesa, ia hanya menunjukkan cengiran khas nya saja.

Mahesa menggiring Aruna kearah kran air. Lalu menjauhkan telapak tangannya dari wajah Aruna. Ia membuka kran air tersebut lalu mencuci tangannya hingga tak ada sedikitpun bekas holy powder. Setelah kedua tangannya bersih, ia mencuci wajah Aruna dengan cara mengusapnya menggunakan telapak tangannya. Aruna yang terkejut karena Mahesa tiba-tiba mengusap wajahnya pun langsung memegang kedua tangan Mahesa.

Mahesa menghentikan kegiatannya. "Kenapa sayang?"

"Kamu ngapain?" tanya Aruna.

"Bersihin muka kamu." jawab Mahesa singkat.

Aruna terdiam. Ia mengulum senyum. Merasa jika Aruna tidak berbicara lagi, Mahesa pun melanjutkan kegiatannya yaitu membersihkan wajah Aruna hingga bersih.

Orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar lorong tersebut tak ada yang tak memperhatikan Aruna dan Mahesa. Mereka yang melihat interaksi keduanya turut mengulum senyum karena salah tingkah.

Setelah selesai membersihkan wajah Aruna, Mahesa pun membersihkan baju olahraga bagian punggung Aruna yang terdapat beberapa bercak kemerahan akibat holy powder.

Aruna tidak henti-hentinya tersenyum atas perilaku Mahesa. Hingga beberapa saat kemudian, Mahesa pun mematikan kran air tersebut karena telah selesai membersihkan baju olahraga Aruna meski noda nya tidak sepenuhnya hilang dan bersih.

"Makasih Hesa." ujar Aruna dengan tulus.

Mahesa tersenyum. "Sama-sama."

Aruna berjalan lebih mendekat kearah kran air. Ia memutarkan kran air agar menyala. Lalu mencuci telapak tangannya hingga bersih. Setelah bersih, ia pun mengikuti cara Mahesa tadi. Aruna membasahi tangannya, lalu mengusapkannya ke wajah Mahesa.

Mahesa terkekeh ketika Aruna membersihkan wajahnya sama halnya seperti yang ia lakukan tadi kepada Aruna.

Setelah selesai membersihkan wajah Mahesa. Aruna pun berniat akan membersihkan baju olahraga bagian punggung Mahesa juga karena kotor. Namun saat akan membersihkannya, lengan Aruna dicekal oleh Mahesa.

"Nggak perlu sayang, bagian baju biar aku aja yang bersihin." ujar Mahesa sembari menatap kedua mata Aruna.

"Kenapa nggak aku aja yang bersihin?"

Mahesa menggelengkan kepalanya, "Nggak apa-apa. Aku nggak mau ngerepotin kamu."

"Kamu nggak ngerepotin aku sama sekali." sahut Aruna.

Mahesa kembali menggelengkan kepalanya, "Nggak, sayang. Bagian baju biar aku bersihin sendiri aja nanti, oke?"

Aruna menghela napasnya pasrah, lalu mengangguk singkat.

"Makasih ya." ujar Mahesa sembari mengusap puncak kepala Aruna.

Aruna menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

"Bucin terus lo berdua." celetuk seseorang yang sedang berjalan kearah mereka.

Saat mendengar ucapan tersebut, sontak saja Aruna dan Mahesa menoleh keasal suara. Aruna dan Mahesa terkekeh ketika melihat sosok Lita yang sedang berjalan kearah mereka.

"Kalian berdua foto bareng dong. Masa bareng-bareng terus tapi foto barengnya jarang, sih?" ujar Lita.

Mahesa melirik kearah Aruna, lalu Aruna pun balas melirik kearah Mahesa. "Yuk, foto bareng." ajak Mahesa sembari merangkul pundak Aruna.

Aruna menggelengkan kepalanya, "Kemarin kan udah. Masa sekarang foto lagi?"

"Ya nggak apa-apa dong, kan nanti kalo kamu kangen aku, kamu bisa liat foto bareng kita. Biar jadi kenangan juga fotonya."

"Yaudah deh." sahut Aruna singkat.

"Mau gue fotoin nggak?" tanya Putra yang tiba-tiba memunculkan dirinya dengan membawa sebuah camera Canon.

Mahesa, Aruna dan Lita pun menoleh kearah Putra.

"Nah! Pake camera nya Putra aja. Pasti bagus." usul Lita sembari menunjuk camera yang dibawa Putra.

Mahesa menganggukkan kepalanya, "Boleh juga tuh. Fotoin gue sama Aruna, Put."

"Siap." sahut Putra.

Mahesa dan Aruna pun difotokan oleh Putra menggunakan camera Canon yang Putra bawa. Foto pertama tangan Mahesa bertengger manis di pundak Aruna. Lalu foto kedua tangan Mahesa ia geserkan menjadi merangkul pinggang Aruna. Dan yang foto terakhir, Mahesa beserta Aruna berfoto dengan gaya candid.

"Coba gue liat dulu sini hasil fotonya Put." pinta Mahesa sembari maju menghampiri putra.

Putra pun menunjukkan hasil fotonya.

"Bagus-bagus. Kirim ke whatsapp gue ya, Put."

"Siap Hes." sahut Putra dengan sikap hormat.

***

TBC

Handsome Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang