"APA-APAAN INI?!" teriak Bu Miranda dengan marah. Ia menatap ke pemandangan di depannya, meminta penjelasan dari sepasang siswa yang terlibat perkelahian.
Jack yang berdiri dan Adrian yang dipukul wajahnya hingga terjatuh tidak merespon sama sekali. Baik Adrian dan Jack, keduanya terus saling menatap secara sengit sementara suasana kelas sangat hening. Para siswa cukup shock akibat pertengkaran yang tiba-tiba yang terutama dilakukan oleh siswa baru. Mereka semua memusatkan perhatian mereka kepada Jack dengan tatapan waspada. Seolah menemukan calon tukang bully lainnya.
Adrian melihat mata Jack, masih tidak mengerti dimana dia menyinggung perasaan Jack dan hal tersebut membuatnya marah. Adrian kemudian teringat kata-kata Jack barusan.
Adrian segera melepaskan pandangannya dari Jack dan beralih menatap Rowen yang masih duduk di kursinya dengan diam. Rowen yang ditatap Adrian terjingkat sebentar karena terkejut dan tidak bisa menahan keinginannya untuk menunduk. Adrian menghela napas kasar melihat respon Rowen dan kemudian berdiri.
"Saya rasa percuma meminta idiot itu menolong saya," ucap Adrian di dalam hatinya sambil melakukan gestur membersihkan bagian belakang celananya yang sempat menyentuh lantai.
Ia kemudian menatap Jack yang masih memelototinya dan melirik pada Bu Miranda di depannya. Adrian kemudian berkata pada Jack, "Anda bersihkeras mengatakan saya memukul Rowen. Tapi saya mengatakan tidak. Lalu, apa yang salah dengan itu? Bukankah anda hanya perlu mengkonfirmasi hal tersebut pada yang bersangkutan?"
Jack langsung menjawab kata-kata Adrian dengan emosi yang masih tak tertahankan, Ia menunjuk muka Adrian yang sedikit memar dibagian pipi dan berkata, "Anda berbohong dan bocah itu (sambil melirik Rowen) .. dia pasti akan melindungi anda! Karena anda sebenarnya adalah orang yang licik dan jahat!"
"Bu Guru, anda perlu memeriksa bocah berotak otot ini dan memberikan hukuman yang pantas!" lanjut Jack.
Adrian yang tidak terima kembali melontarkan kata-kata balasannya, "Oh tentu saja beliau harus! Seseorang baru saja secara realtime memukul seorang murid yang tidak bersalah dan bertindak seperti pahlawan kesiangan di depan matanya. Siapa yang sedang anda lindungi? Harga diri anda?"
Adrian kemudian menatap Rowen, "Dan saya juga sangat kecewa dengan anda!"
Rowen yang mendapat kritikan langsung dari orang yang baru saja dia anggap teman pertamanya tidak bisa menahan rasa sakit di hatinya. Rowen akan membuka mulutnya untuk membela Adrian, namun katanya-katanya tidak memiliki kesempatan untuk memulai. Sebab Bu Miranda langsung mengambil alih.
"Baik! Tenang kalian berdua! Dan ikuti saya ke kantor, SEKARANG!" Teriaknya dengan keras.
"Ketua kelas kamu akan mengambil alih tanggung jawab sampai saya kembali!" lanjut Bu Miranda sambil menyeret kedua tangan siswa bermasalah tersebut bersamanya.
Mereka berjalan berurutan di koridor yang sepi dan sedang meunju ruang bimbingan konseling.
"Tidak pernah seumur hidup saya! Ada siswa yang akan melakukan pemukulan tepat di jam pelajaran!" ucapnya sambil melirik ke arah belakang, tepatnya tatapan tersebut ditujukan kepada dua remaja tanggung bermasalah yang berjalan lambat di belakangnya.
"Anda harus memahami kondisinya Bu.. Apa anda tidak melihat wajah anak di meja itu Bu Guru?! Dia memukul teman sebangkunya sendiri!! (sambil menatap tajam Adrian) Saya hanya datang memukulinya sekali untuk menyadarkan idiot ini bahwa hal tersebut tidak benar! Dan pembullyan sangat tidak dibenarkan di negara ini!" ucap Jack, melemparkan semua kesalahan kepada Adrian. Adrian pun tidak mau kalah, karena menurutnya Jack, anak itu sangat tidak masuk akal. Dia tidak melakukan apa-apa!
"Apa kita punya masalah???? Saya sudah mengatakan kepada anda kalau bukan saya yang melakukannya! BUKAA-" teriak Adrian yang segera dipotong oleh Bu Miranda. Ia merasa jengkel hanya dengan mendengar kata-kata dari muridnya yang nakal ini.
"DIAM! Selesaikan semuanya nanti di ruang konseling! Jika tidak cukup! Maka kalian sebaiknya memanggil orang tua kalian karena saya akan memastikan kepala sekolah ada disana untuk mengskors kalian berdua!"
"Saya tidak bersalah!!" ucap Jack dan Adrian kompak. Keduanya memasang tampang frustasi yang sama dan tidak bisa tidak mengumpat di dalam hati masing-masing. Sementara Bu Miranda hanya menjadi semakin panas dengan ocehan keduanya.
"Bu Guru anda tidak bisa memanggi-" lanjut Jack dengan pembawaan yang memohon namun langsung dipotong oleh Bu Miranda.
"Saya bilang Diam!"tegasnya lagi dengan sedikit penekanan. Untungnya keduanya pun langsung patuh dan berhenti berselisih di jalan.
Sesampainya disana, Bu Miranda segera menyerahkan keduanya ke Bu Sukma, seorang guru konseling SMA Harapan untuk membuat keputusan untuk keduanya. Selebihnya ia tidak melakukan apa-apa lagi dan segera kembali ke kelas.
Bu Miranda kembali ke kelasnya yang anehnya cukup ramai, dan dia tidak sengaja mendengar ucapan seorang siswa di kelasnya,
"Kubilang ya padamu Rowen sialan! Sebelum aku memukulmu! Katakan padaku, apa benar kalau Adrian yang memukulmu? JAWAB!" ucap siswa laki-laki yang Miranda kenal sebagai Ruben Benardin. Anak itu memang ia kenal sebagai siswa yang cukup proaktif dan baik. Namun mendengar kalimat yang Ruben lontarkan membuat Miranda menaikkan sebelah alisnya,
"Ada apa dengan anak-anak di jaman ini? Mengapa mereka sangat ringan tangan?" ungkap Bu Miranda di dalam hatinya. Bu Miranda memutuskan untuk mengertak siswa di kelasnya kembali namun sebuah suara yang lemah menghentikan niatnya. Itu adalah suara Rowen, anak yang menjadi sumber permaslahan kedua siswanya tadi. Karena penasaran, Bu Miranda pun menghentikan langkahnya dan mendengarkan dengan cermat.
"Sa-ya tidak ta-tahu apa yang anak baru itu lakukan. Tapi saya bisa menjamin kepada anda bahwa Adrian.. d-dia tidak bersalah. Sa-saya bersumpah untuknya!Hu.. tolong jangan pukul saya .." kata Rowen
"Hah! Lalu kalau begitu siapa yang melakukan hal itu kepada anda? Apa itu Heseol???" tanya Ameer yang tiba-tiba saja bersuara dan suaranya itu sangat lantang.
"Iya. Itu pasti dia kan! Anda telah dipukuli di semester lalu olehnya! Dan apa ini? Bukankah dia sudah melewati batas??," lanjut Alicia yang segera mendapat pelototan Ruben.
"Berhenti ikut campur Alicia!" balas Ruben sambil memengangi kedua pingangnya.
"AH! TERLALU BERTELE-TELE. Katakan saja woi ..Rowen idiot! Itu pasti dia kan?!! Si Heseol kan yang bertanggung jawab?! Katakan! kita semua perlu tahu agar bisa berjaga-jaga darinya!" lanjut Ameer penasaran.
Rowen yang mendengar kalimat Ameer tiba-tiba saja merasa cukup tersakiti. Mungkin karena ia melihat orang-orang di depannya ini hanya ingin melindungi diri mereka sendiri dan sama sekali tidak peduli dengan rasa sakitnya sebagai orang yang dibully. Namun Rowen segera menggelengkan kepalanya, menepis semua pemikiran negatif teman-temannya. Ia harus menjawab kali ini, agar Adrian tidak disalahkan oleh teman-temannya yang lain. Itu tidak adil untuk anak sebaik Adrian, pikir Rowen.
"Apa itu benar-benar kelakuan Adrian? Tapi, dia tidak terlihat sekuat itu," ucap Ruben. Rowen segera mengangkat kepalanya dan menggeleng kembali. Berpikir teman-temannya salah paham terhadap tingkah lakunya. Ia pun menjelaskan yang sebenarnya kepada teman-teman sekelas.
"Hei.. Aku tidak tahu Heseol akan separah ini. Kupikir dia hanya ingin uangmu.." ungkap Ameer yang dibalas anggukan beberapa teman sekelas.
"Aw-awalnya di-dia hanya mengambil uang saya, ta-tapi makin kesini dia semakin..."
Kriett (suara pintu dibuka)
Dari belakang pintu, hadir Bu Miranda yang ekspresinya terlihat datar. Ia tidak mengertak anak-anak seperti biasanya ketika dia melihat anak-anak yang tidak duduk pada tempatnya. Namun, dia memilih menghampiri Rowen.
"Rowen, tolong ikut saya sebentar," ucap Bu Miranda tegas. Namun anehnya jika diperhatikan secara dalam, ekspresi yang datar milik Bu Miranda tidak sesuai dengan tampilan matanya yang tampak menyimpan kesedihan yang tersembunyi.
Rowen yang peka terhadap hal-hal semcam itu cukup bingung ketika melihat tampilan Bu Miranda terutama matanya, namun dia segera mengangguk menyetujui ajakan Bu Miranda. Karena Rowen berpikir mungkin ekspresi Bu Miranda ada kaitannya dengan Adrian.
Sementara di ruang Bimbingan Konseling,
"Adrian saya pikir anda bersalah disini." ucap Bu Sukma dengan raut wajah kecewa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjahat Yang Membalas Dendam
Teen FictionAdrian cukup beruntung untuk kembali ke masa lalu setelah kematiannya yang menggenaskan melawan musuh bebuyutannya. Adrian yakin bahwa dia pasti bisa menjatuhkan musuhnya itu setelah hidup dan melewati kematian sekali. Namun, yang tidak Adrian sangk...