39

261 64 14
                                    

Pagi harinya, Adrian yang sudah berpisah dari Aulia, tanpa diketahui oleh perempuan itu mengarahkan kakinya untuk mampir sebentar ke minimarket. Disana dia mengambil beberapa makanan cepat saji dan segera menghampiri kasir, ingin membayar total pembeliannya. Tetapi ketika dia melihat bahwa uang tunainya tidak mencukupi, Adrian segera menjadi termenung, diam di tempat.

"Sial! Saya yakin semua kartu saya sudah dibekukan sekarang," pikir Adrian sambil menaruh kembali dompetnya ke dalam tas. Saat ini uang tunai di dalam dompetnya itu hanya cukup untuk membayar bis yang akan dia gunakan untuk pergi ke sekolah nanti.

"Maaf, permisi sebentar ya, Mas," ucap Adrian dengan sopan kepada pramuniaga yang berjaga. 

Dia kemudian mencoba meraih ponselnya yang dia pikir berada di saku dan hatinya langsung mencelos. 

Pasalnya dia lupa kalau dia meninggalkan telepon genggamnya itu di tempat bimbingan belajar kemarin.

Adrian yang menyadari bahwa dia tidak memiliki jalan keluar sama sekali, langsung saja mengaku kepada pramuniaga tersebut sembari menahan malu, dan tentu saja ditanggapi dengan ekspresi sedikit tidak suka dari pramuniaga tersebut karena Adrian dipikirnya cukup menyia-nyiakan waktunya, apalagi dia sudah meng-scan beberapa produk. 

Pekerja tersebut pada akhirnya menghela napasnya dan hanya menyuruh Adrian untuk mengembalikan makanan yang telah dia ambil kembali ke tempatnya.

Adrian yang keluar dari minimarket setelah mengalami pengalaman memalukan seperti itu hanya bisa melarikan diri secepatnya dari tempat tersebut. 

Dia kemudian sampai di halte bis dan setelah cukup lama langsung bergegas pergi menuju sekolahnya dalam kondisi kelaparan.

"Huh, rasa sakit ini ... sudah berapa lama sejak di kehidupan masa lalu saya selalu bertahan darinya cukup lama. Tapi tubuh ini, baru beberapa jam sudah kelaparan dengan mudahnya." pikir Adrian yang melihat jalanan yang dilintasi oleh busnya dengan tatapan kosong.

Sesampainya di sekolah, Adrian langsung bergegas hendak pergi menuju ke kelasnya, namun sebuah tangan menghentikan pergerakannya. Adrian pun berbalik dan melihat sosok Mario yang tanpa diketahui oleh Adrian sudah menunggu kedatangan pria tersebut sejak sejam yang lalu.

"Tuan muda, mengapa anda sampai ke sekolah sendirian? Bukankah seluruh anak di kursus tersebut semuanya berasal dari latar belakang pendidikan yang sama dengan anda? Mereka semua sekolah disini kan? 

Tetapi mengapa hanya ada anda sendirian disini?" tanya Mario dengan tetap mempertahankan wibawa dan ketika dia berbicara sangat tenang dan terasa dingin. Manik Mario juga terlihat seperti ingin menyuruh Adrian terus terang kepadanya.

Adrian yang melihat ini, langsung tersenyum kepada Mario dan kata-kata yang telah dia rencanakan untuk keluarkan ketika nantinya menemui Mario, akhirnya dia lontarkan dan langsung membuat Mario terkesiap. 

Karena, Mario sendiri tidak pernah menyangka bahwa Adrian bisa mengatakan hal yang seperti itu,

"Tebakan anda benar, Mario. Saya tidak menginap di rumah teman saya, tetapi saya menginap di kediaman seseorang yang asing, yang memperkenalkan dirinya sebagai teman baik anda. 

Hm, atau saya harus memberitahu anda bahwa dia mungkin sepertinya terobsesi untuk mendapatkan anda?" ucap Adrian yang telah bersilat lidah.

"Apa maksud anda, Tuan? Saya sama sekali tidak mengerti-" ungkap Mario yang menatap heran kepada Adrian. Dia sedang bertanya-tanya tentang bagaimana mungkin tuan mudanya itu mau bermalam di kediaman yang asing yang ia bahkan tidak mengenal pemiliknya apalagi sampai menggunakan namanya untuk menarik tuan mudanya pergi? Terdengar seperti bullshit. Mario juga tahu bahwa Adrian tidak akan sebodoh itu. Dia bertanya-tanya apa rencana tuan mudanya kali ini terhadapnya?

"Aulia Hespatih. Karyawan Cafeteria X. Dia sepertinya sengaja mendekati saya untuk mengenal anda sedikit lebih jauh. Bagaimana menurut anda, Mario?" lanjut Adrian yang langsung memotong ucapan Mario. 

Dia mengucapkan hal tersebut sambil mendekatkan dirinya ke telinga Mario dan kemudian menatap Mario yang sudah mematung di posisinya. 

Adrian menatap Mario sampai kedua mata dan alisnya terangkat, seolah-olah dia sangat tertarik dengan topik tersebut. Dia seperti menunggu Mario untuk menjawabnya.

"Anda tertarik atau tidak tertarik?" ucap Adrian lagi yang kini memiliki intonasi memaksa. Mario yang mendengarkan hal tersebut, segera memundurkan dirinya untuk menetralkan perasaannya yang bimbang. Mario masih tidak bisa menyerap kata-kata yang dilontarkan Adrian secara baik.

Adrian kemudian ikutan mundur dan menyilangkan kedua tangannya sambil menatap Mario dengan intens. 

"Apa yang ada takutkan? Saya bisa membantu anda jika anda tertarik dengannya. JIka tidakk?? ya ... saya tidak akan memaksa. Adapun ... jika kamu tidak percaya ... kamu selalu bisa menghubungi wanita tersebut kan?" lanjut Adrian yang membuat Mario keluar dari kebingungannya.

"Hm, saya harus mengkonfirmasi hal ini lagi kepada Lia. Bagaimanapun tidak ada salahnya mencoba. Jika itu benar, maka ... cinta saya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan, kan?" pikir Mario yang ketika bertemu tatap dengan Adrian langsung menggelengkan kepalanya seolah menganggap kata-kata yang Adrian lontarkan hanyalah angin lewat yang tidak berguna.

"Tuan muda tidak perlu membawa alasan yang tidak perlu seperti itu hanya untuk melindungi diri anda dari kemarahan Bos Besar. Anda juga tidak sepatutnya mengaitkan hal-hal tentang orang ini kepada saya. Saya tidak tahu darimana tuan muda mendapatkan informasinya, tetapi saya dan wanita yang tuan muda sebutkan namanya hanya memiliki hubungan teman masa kecil saja dan tidak lebih dari itu." 

"Oh, begitukah? Kalau begitu terserah saja! Ehmm, anda mungkin akan menyesalinya. Karena setahu saya, gadis ini memiliki laki-laki lain yang juga sedang mengejarnya," gumam Adrian dengan lemah. Dia kemudian mendekatkan diri lagi kepada Mario.

"Sir Mario, anda membawa ponsel saya kembali, kan?" bisik Adrian.

"Haha, Maaf. Saya kembali tidak mengerti maksud anda, Tuan. 

Tuan Muda ... selamat belajar, saya akan menjemput anda saatnya tiba nanti?" balas Mario yang langsung memalingkan tubuhnya dari Adrian yang sudah dipastikan sedang menggerutu di belakangnya.

Selagi Adrian menyesali harinya yang berlalu dengan buruk, sebuah suara statis menghampiri telinga Adrian secara tiba-tiba.

Adrian tahu ini adalah suara sistem. Dan sebuah informasi yang Adrian terima membuat wajahnya menghitam seketika. Seolah bumi akan ditimpa kiamat sebentar lagi.

Ding!

Selamat karena Tuan Rumah telah berhasil menyelesaikan Quest Tambahan! 

Anak Jenius Berteman Dengan Anak Jenius Lainnya!

"HAHAHAHAHAAHAHA ... !"

***




Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang