42

249 57 5
                                    

Jam pelajaran pertama berakhir, dan teman baru yang sudah ditunggu-tunggu Adrian kini sudah duduk di sampingnya. Perempuan ini merupakan protagonis utama dan Adrian senang Jack sepertinya melupakan momen pertemuan pertamanya dengan Clarissa Vianka. Adrian menoleh ke arah Vianka dan keduanya masing-masing saling melontarkan senyum.

"Vianka, Clarissa Vianka," ucap perempuan tersebut sambil mengulurkan tangannya untuk dijabat oleh Adrian.

"Adrian," ucap Adrian sambil kemudian menjabat tangan dari Clarissa dan melepaskannya. Manik Adrian tidak sengaja bertemu dengan mata Alicia yang menatapnya dengan tatapan menyedihkan seolah-olah dia baru saja dicampakkan oleh Adrian dari tempat duduknya yang bersebelahan dengan mereka. Adrian yang melihat hal tersebut mau tak mau hanya menghela napas lemah seolah tidak tahu bagaimana dirinya harus merespons permintaan perempuan tersebut. Adrian tidak akan sudi bertemu dan duduk bersama perempuan gila seperti Amber!

Clarissa yang melihat pemandangan ini hanya menahan senyum di hatinya. Clarissa tidak bisa tidak berpikir bahwa sepertinya wanita tersebut sedang cemburu kepadanya. Jelas hal ini merupakan kesalahpaahaman tetapi Clarissa sama sekali tidak mengetahuinya. Dan dengan karakternya yang bangga, dia kemudian bertanya dengan polos kepada Adrian.

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang membuat anda tidak nyaman?" tanya Clarissa sambil melihat ke arah Adrian yang menatapnya dengan tatapan yang seperti kebingungan tetapi juga sedikit merasa bersalah.

"Tidak ada. Hanya penganggu," ucap Adrian sambil memalingkan wajahnya ke arah sebaliknya. Dia berharap dengan begini Alicia akan berhenti menatapnya dengan tatapan yang menyedihkan seperti itu. Tetapi berbeda dengan harapannya, Clarissa segera berbalik dan membalas ke Alicia dengan senyum yang membuat Alicia kebingungan. Tetapi gadis tersebut hanya langsung membalas senyum kembali dan berbalik karena malu. Instingnya tampak mengatakan padanya bahwa Clarissa tidak semudah yang dia pikirkan.

"Ngomong-ngomong kemana bajingan itu pergi?" tanya Adrian sambil melirik sebentar bangku Jack yang kosong sejak bel masuk berbunyi. Tas pemuda itu masih disana tetapi raganya sama sekali tidak pernah kembali sejak pertemuannya dengan Adrian.

"Apa kegagalan mendapatkan 80 point keberuntungan sangat berat untuknya?" ucap Adrian di dalam hati. Dia kemudian melanjutkan pemikirannya, "Dan yang terpenting, satu hal yang baru saya sadari, yaitu sistem ternyata membuat penilaian berdasarkan presentasi pencapaian tujuan. Hal tersebut tidak pernah disampaikan melalui ingatan novel kepada saya. Mungkin karena di ingatan itu, Jack selalu berhasil mendapatkan semua point yang dia inginkan," pikir Adrian dengan senyum sinis saat memikirkan kalimat terakhirnya.

"Sial. Pemberitahuan bahwa Jack sukses menjalankan misi benar-benar membuat saya hampir muntah darah!" lanjut Adrian saat memikirkan betapa mengelapnya wajahnya saat suara notifikasi sistem tersebut sampai kepadanya. Tetapi lanjutan kata-kata yang muncul selanjutnya segera menenangkan Adrian.

"Gangguan latar belakang, ya? Tidak masalah. Itu lebih baik dibanding label 'Penganggu' yang saya dapatkan dari sistem tidak tahu diri itu," ungkap Adrian di dalam kepalanya.

Sesaat dia memikirkan kejadian-kejadian di masa lalu tanpa disadari semua siswa satu-persatu mulai meninggalkan kelas karena jam istirahat yang belum lama ini berdering.

Adrian yang hendak terus melanjutkan pelajarannya tersentak saat Clarissa tiba-tiba mengajaknya makan ke luar.

"Adrian, apa anda akan terus berada disini? Tidak ke ka-kantin?" bisik Clarissa.

"Oh, aku mau. Tapi peringkatku tidak akan menungguku jika aku malas belajar," ucap Adrian yang sayangnya hanya bergema di kepalanya. Kenyataannya Adrian justru menerima ajakan Clarissa.

"Terima kasih, Adrian. Saya selalu canggung di lingkungan baru. Maafkan saya," ucap perempuan tersebut malu-malu. Adrian yang mendengar kata-kata tersebut hanya tersenyum tipis seolah mengatakan bahwa dia sama sekali tidak keberatan. Tetapi jauh di lubuk hatinya, hanya Adrian yang tahu mengapa dia menomorsatukan kedekatan dengan Clarissa untuk saat ini.

"Saya harus bisa membuat Clarissa tidak memiliki kesempatan untuk jatuh cinta kepada Jack." pikir Adrian sambil berjalan mendahului Clarissa.

Namun, lagi-lagi kehadiran dua orang yang tidak diharapkan membuat otak Adrian menguap karena kesal. Penampilan wajahnya bahkan sangat buruk seandainya saja tidak dia tutupi dengan ekspresi dan composure tenangnya yang khas. Adrian hanya melihat keduanya dengan tatapan datar yang biasa.

"Adrian ...," ucap Rowen yang sedari tadi melirik Adrian selama masa pelajaran, dan

"Hai! Aku Alicia!" sapa Alicia kepada Clarissa yang langsung dibalas sambutan oleh Clarissa. Dengan percaya diri, perempuan tersebut mengenalkan dirinya kepada Alicia dan Rowen (?)

"Kemana perasaan canggung ada sebelumnya? Apa itu hanya majas?" sinis Adrian kepada Clarissa di dalam hatinya. Wajahnya seolah mencelos melihat betapa ramahnya perempuan itu terhadap orang-orang ini.

Hasil akhirnya ...

"Sial, kenapa harus ada Adrian disini?" tanya Ruben sambil melirik anak baru, Rowen, dan Alicia. Dia kemudian menatap Amber di sebelahnya yang sudah tersenyum dengan ramah,

"Oh, ada apa ini? Apa ada sesuatu yang saya lewatkan?" pikir Ruben sambil memikirkan betapa menyebalkannya keramaian yang tidak perlu di meja kantin yang sebenarnya dikhususkan hanya untuk dirinya dan teman-temannya. Tetapi lagi-lagi Ruben hanya pasrah saat melihat gerakan mata Alicia yang memintanya untuk menyingkir.

"Sialan."


***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang