27

322 85 12
                                    


Adrian memasuki toko buku dan segera pergi ke rak buku yang berspesialisasi dalam mata pelajaran setingkat SMA. Adrian menoleh ke kanan kiri sambil menyusuri setiap buku untuk menemukan judul buku yang dia cari. 

Setelah mendapatkan bukunya, Adrian langsung pergi menuju kasir dan melakukan pembayaran. Kasir toko buku X tersebut bernama Risa dan gadis yang diperkirakan hanya beberapa tahun lebih tua dari Adrian itu segera mengambil buku Adrian dan melakukan scanning untuk pembayaran.

"Totalnya 300 dollar. Ingin melakukan pembayaran melalui kredit atau cash?" tanya Risa dengan intonasi yang santun. Risa menatap Adrian yang berdiri di depannya dan tidak bisa tidak terpana. Namun, tidak hanya Risa yang terpana, tetapi Adrian juga tampak tenggelam dalam pemikirannya sendiri sambil menatap Risa.

"Wow, dia anak lelaki tampan lainnya di minggu ini! Sangat menyenangkan hanya dengan menatapnya," pikir Risa sambil mengulas senyum simpulnya kepada Adrian.

Namun setelah cukup lama tidak ada respon atas pertanyaan yang Risa sampaikan beberapa menit yang lalu, Risa  yang sudah tersadar dari pesona Adrian, mau tak mau mengerutkan alisnya.

Ia kemudian menggulangi pertanyaannya dan sama sekali tidak direspon. Risa bahkan sampai melambaikan tangannya ke penglihatan Adrian agar lelaki tersebut bisa segera terbangun dari lamunannya,

"Ah, Ah. Maaf." ucap Adrian sambil mengeluarkan kartu dari dalam dompetnya. Ia segera memberikan kartu tersebut ke tangan Risa dengan ekspresi yang kikuk.

Risa yang awalnya kebingungan hanya bisa menghela napas bersyukur. Setidaknya pria di depannya itu berada dalam kondisi yang baik-baik saja. Risa berpikir mungkin keanehan Adrian disebabkan oleh kelelahan belajar. 

Sambil menaruh buku yang sudah dibeli ke dalam paperbag, Risa bisa merasakan bahwa pria di depannya tampak menyesali perbuatannya. Adrian tampaknya malu dengan pemandangan dia yang melamun sambil menatap Risa Namun, Risa tidak ambil pusing dan segera menyerahkan paperbag tersebut kepada Adrian.

"Hm, belajar itu hal yang baik. Tetapi anda perlu untuk mengaturnya sehingga waktu untuk mengistirahkan tubuh atau merefreshnya tidak tergantikan dengan belajar terus sepanjang hari. Anda perlu belajar untuk mengelola stress anda dengan baik. Semangat selalu! Saya yakin anda akan sukses!"saran Risa saat posisi tangan keduanya saling bersentuhan saat Adrian mencoba mengambil alih paperbag.

Adrian hanya balas tersenyum atas pernyataan Risa dan mengucapkan terimakasih. Dia pun kemudian membawa belanjaannya pergi bersama dirinya menuju pintu keluar.

Risa yang melihat kepergian Adrian hanya bisa menghela napas, seolah lelaki di depannya baru saja membuatnya sangat frustasi. Risa kembali membayangkan raut wajah lelaki muda itu sesaat setelah ia tersenyum dan Risa segera merasakan perasaan sedih dan kehilangan dari  lelaki tersebut kepadanya.

"Ada apa dengan tatapan putus asa itu? Ia tampak sangat putus asa dan pasrah? Apa-apaan itu?" tanya Risa pada dirinya sendiri. Risa kemudian keluar dari counter dan hanya bisa memandangi punggung pemuda yang semakin menjauh dari toko bukunya.

"Saya berharap Tuhan akan mengangkat penderitaan anda," doa Risa di dalam hati. Ia tidak bisa tidak merasakan iba terhadap pemuda tersebut. Penampilan punggung pemuda tersebut membuat Risa kembali mengenang pengalaman tidak menyenangkannya di saat ia seusia lelaki tersebut.

"Saya juga melihat ekspresi itu dari wajah saya di masa lalu. Saat itu hanya ada frustasi dan kekecewaan yang menguap di hati saya tetapi saya tidak boleh mengungkapkannya. Saya bahkan tidak ingin mengingat seberapa jauh penderitaannya di masa lalu. Jika diingat-ingat kembali, itu adalah masa terburuk dalam hidup saya. Huh, menyebalkan melihat ada orang lain yang tampaknya memiliki masalah seperti saya di masa lalu. Hal tersebut membuat saya kembali teringat kenangan yang sudah lama ingin saya hapus," ucap Risa sambil memperhatikan langit di luar toko yang mendung.

Ia segera menghapus Adrian dalam memorinya, namun sepertinya kenangan tentang pemuda tersebut, berbeda dengan keinginanya, justru akan terus bertahan dalam benaknya. Risa hanya tidak menyadarinya.


***


Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang