10

486 157 43
                                    

"Kakak, kenapa kamu ada disini?" tanya Jack kepada wanita di depannya. Namun berbeda dengan Jack yang fokus pada si wanita, wanita tersebut justru memandang Adrian secara misterius.

Adrian yang mengetahui hal tersebut hanya diam dan memalingkan muka,
Jack melihat ke arah Adrian dan tidak bisa tidak kembali heboh.

"Kakak, anda benar! Anak ini adalah orang yang mengacaukan studi saya!! Saya hanya mencoba melindungi seorang teman yang dipukuli secara tidak adil dan dia adalah pelakunya!" teriak Jack yang langsung menarik perhatian wanita tersebut. Ia tersenyum kecil dan mengangguk mengiyakan.

"Anda tenang saja. Saya pasti akan senatiasa membela anda," ucap wanita yang bernama lengkap, Jena Antramavia tersebut.

Jack memeluk saudara perempuannya dengan lembut, merasa bersyukur bahwa wanita ini selalu berada di sisinya.

"Tidak dulu atau sekarang, saya sangat bersyukur atas ketulusan anda terhadap saya," ungkap Jack di dalam hati.

Adrian yang melihat pemadangan ini hanya berdecak ringan, namun ketika matanya tertuju pada wanita di hadapannya, dia tidak bisa tidak merasakan nostalgia.

"Sial. Masa lalu sialan."gumam Adrian, yang kemudian menjauh dari kedua orang itu. Ia selanjutnya duduk dengan wajah yang jatuh. Bahkan moodnya diperkirakan hancur sekarang.

"Dia kakaknya? Sangat tidak mengherankan. Ternyata itu memang dia," pikir Adrian sambil melirik kasih sayang kakak dan adik itu.

Selain wali Jack, tidak lama datang wali Adrian yang sudah Adrian perkirakan akan datang. Di depannya, kini berdiri Pak Johan, dia adalah asisten pribadi sekaligus tangan kanan dari ayah Adrian, Henri Mangkudewa. Pak Johan hanya mengangguk ke Adrian seolah ia memahami tugas yang perlu dia lakukan.

"Berapa lama lagi saya harus menerima tatapan semacam ini, wanita yang terus melirik saya dan ada apa dengan Pak Johan, apa maksud anggukannya? Aku takut dia mencoba membuat narasi aneh yang tidak perlu di kepalanya." Adrian kemudian menatap Jena balik karena muak. Ia memberi isyarat untuk berhenti menatapnya.

Adrian dan semua orang terus menunggu setelah admin keluar dan menyambut mereka masuk ke ruang bimbingan konseling. Beberapa makanan ringan dan teh disediakan tapi tidak ada satu pun yang tergugah untuk mencicipinya.

Tak lama, sepasang orang tua hadir secara bersamaan. Berdasarkan pengenalan mereka, mereka masing-masing merupakan ibu dari Heseol dan ayah dari Rowen. Jack cukup terkejut melihat kedatangan  pasangan tersebut dan menjadi kebingungan.

"Mengapa orangtua Heseol terlibat?ini tidak .. mungkin se..perti yang saya pikirkan, kan?" gumam Jack di dalam hatinya. Ia kemudian melirik Adrian, yang sama sekali tidak menyembunyikan seringai kebahagiaannya. Hal tersebut membuat Jack kesal.

"Apa yang kamu senyumkan? Dasar orang-orang jahat berotak otot! Setelah ini anda akan habis dihukum," kata Jack yang dibalas tatapan tidak senang oleh Pak Johan. Pria paruh baya itu sama  sekali tidak senang dengan bagaimana Jack memperlakukan Adrian. Namun Adrian dia sangat cuek dengan gertakan Jack dan memilih tetap dengan ekspresinya yang senang.

"Tampaknya Rowen tahu sedikit cara berterimakasih," ungkap Adrian di dalam hatinya. Ia sudah sangat yakin, dia tidak akan terlibat masalah kali ini.

Sementara Pak Johan memiliki pemikirannya sendiri,

"Adrian Mangkudewa, mengapa saya merasakan anak ini cukup damai daripada saat terakhir kali saya menjumpainya. Bahkan ia tidak tersulut setelah dihina anak itu? Saya tidak tahu apakah ini berita baik atau buruk?"

"Saya harus melaporkan progress ini kepada Pak Henri sesegera mungkin,"


***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang