44

198 59 8
                                    

Seolah tidak cukup moodnya hancur oleh Rowen, Adrian kini harus kembali berhadapan dengan Jack. Walaupun penampilannya di luar sangat biasa, Adrian sebenarnya tengah menahan jengkel di dalam hati. Dia tersenyum masam ketika melihat Jack berpapasan mata dengannya.

Tepat saat Jack terduduk bersama mereka, tepatnya di sebelah Amber, telinga Adrian mendengar sesuatu yang membuatnya menaikkan alisnya karena rasa excited yang tidak bisa dia sembunyikan untuk dirinya sendiri.

Sebuah misi.

Jack telah datang dengan sebuah misi yang familiar di ingatan novel Adrian. Dia telah menerima misi untuk berteman dengan Rowen.

Jack tentu saja menerima misi tersebut dengan lapang dada karena menurutnya Rowen bukanlah sembarang teman yang bisa dia tolak begitu saja.

Saat ini dia paling membutuhkan kekuatan untuk membantunya menghancurkan setiap antagonis yang ada di sekitar.

Sontak Adrian memalingkan mukanya menuju Rowen yang sedang menunduk entah sedang memikirkan apa. Adrian bertanya-tanya berapa presentase kemungkinan Rowen dan Jack bisa berteman. Tetapi lebih daripada itu, mood Adrian yang buruk akibat Rowen sedikit berkurang karena keputusannya untuk mendeklarasikan pertemanan kepada Rowen sudah tercapai.

"Pertanyaannya adalah apa Rowen menganggap saya sebagai teman?" tanya Adrian yang kini merutuki kata-katanya barusan. Dia baru saja  menyuruh Rowen untuk tidak berbicara kepadanya. Sekarang dia bingung bagaimana menggambarkan dirinya sendiri melalui penilaian Rowen.

Adrian kemudian berbalik menatap Jack yang kini sudah tampak berbaur dengan teman-teman di sekitarnya. Anak-anak lain juga tanpa ragu menanggapi Jack dengan seadanya.

Adrian merasa seperti dia sedang melihat pemandangan pertemanan yang harmonis dari sudut pandang orang ketiga. Dia tertawa sinis memikirkan bahwa dia kini duduk berhadap-hadapan dengan musuh bebuyutannya yang selama tidak ada hukum dan sistem di dunia ini, maka bisa dipastikan bahwa Adrian tidak akan segan-segan untuk pergi dan mencabik-cabik tubuhnya saat ini juga.

"Saya bukan binatang. Mari berpikir dan jalankan rencana anda perlahan," tegas Adrian di dalam kepalanya.

"Oh, ya! Saya ingin meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi antara saya dengan Adrian. Adrian, saya minta maaf ya?" tanya Jack yang kini sudah mengulum senyum palsu pada Adrian.

Adrian yang melihat kini pandangan orang-orang di meja langsung berbalik dan ditujukan kepadanya hanya bisa mengangguk sekali mengiyakan dan kemudian beralih  ke makanan di depannya.

Jack kemudian berbalik dan kembali bercanda dengan yang lainnya sambil dengan jelas-jelas mengabaikan kehadiran Adrian disana.

"Jack, ini Clarissa. Anak baru di kelas kita," jawab Alicia terhadap pertanyaan Jack yang tentu saja sudah diketahui oleh Jack.

"Dia teman sebangku Adrian," lanjut Alicia yang membuat Jack tertengun sebentar.

"Oh, hai! Salam kenal Clarissa!?" sapa Jack akhirnya sambil mengulurkan tangan kanannya kepada gadis yang duduk di sebelah Adrian.

Clarissa menjabat tangan tersebut dan seolah keheningan sebelumnya tidak pernah terjadi, dia mengajukan beberapa pertanyaan tambahan yang membuat pembicaraan keduanya semakin bagus.

Sementara itu, Amber yang sudah berada di bawah pengawasan Ruben akhirnya mulai memindahkan kotak bekalnya dan mendorongnya tepat ke hadapan Adrian. Pemandangan tersebut tidak terlepas dari pandangan Clarissa yang maniknya kini terfokus pada pemandangan sosok Adrian dari sisi sampingnya. Sebuah pemikiran tampaknya menganggu Clarissa.

"Jackpot!" teriak Ruben di dalam kepalanya. Kini dia bisa memastikan alasan macam apa yang membuat Amber dan Alicia bertingkah seperti ini. Hal itu tidak lain karena ketertarikan yang tidak beralasan Amber terhadap Adrian.

"Entah apa yang dia pikirkan tentang Adrian. Tapi, itu tidak mungkin permasalahan cinta. Sungguh malang! Adrian, anda harus berhati-hati! Ini jebakan!" teriak Ruben lagi yang hanya terdengar di dalam kepalanya. Dia kini tengah menunggu respon dari Adrian kepada Amber.

Amber melihat Adrian membuka kotak bekalnya dan tak lama kemudian mendorongnya kepada Amber kembali.

"Saya alergi gula," ucap Adrian sambil mengembalikan sekotak choco chips yang tampak mengairahkan tersebut dengan senyum masam.

Adrian sebenarnya adalah pecinta makanan manis! Tapi, dia tidak bodoh. Dia tidak ingin Amber merasa bahwa dirinya mudah untuk didekati. Adrian benar-benar berpikir untuk menjauh dari Amber sebelum minat perempuan gila tersebut mencapai batasnya.

"Apa yang coba dia lakukan?" tanya Adrian sambil memalingkan matanya dari pemandangan Amber yang sedang kesulitan berbicara.

Amber melirik Alicia seolah ingin meminta tolong, namun Clarissa dengan cerdiknya mengatakan serangan balasan yang cukup untuk membuat semua orang menerima alasannya.

"Adrian, apa keluarga anda punya masalah gula? Jika benar, maka makanan sejenis ini memang harus dihindari," ucap Clarissa dengan intonasi suara yang sangat lembht.

Alicia yang baru menyadari lirikan dari Amber hanya bisa tersenyum pasrah meminta maaf karena tidak tahu harus membantu mengucapkan apa setelah balasan iya keluar dari mulut Adrian.

Ruben yang berada di sekeliling keduanya hanya bisa terkekeh di lubuk hatinya karena penampilan Amber yang sangat langka. Ruben dapat melihat jejak emosional yang jarang sekali ditunjukkan Amber. Dia tampaknya cukup kesal. Tetapi bukan kepada Alicia, tapi pandangan mengarah ke gadis lainnya. Clarissa.

Seolah tak mempedulikan keanehan di atmosfir sekitarnya, Adrian terus melanjutkan prosesi makannya. Dan kemudian dia teringat sesuatu.

"Tolong, anggap ini sebagai permintaan maaf saya juga, Jack. Mari berteman mulai dari sekarang," ucap Adrian sambil menaruh sesendok udang pedas ke dalam mangkuk nasi Jack.

"??"

"Hm, yah. Terimakasih Adrian," balas Jack dengan senyum yang tertahan. Jack kemudian hendak mengatakan sesuatu, namun Rowen tiba-tiba saja bereaksi ...

"Ah, apa anda tidak akan memakannya?" tanya Rowen yang membuat seluruh atensi di meja tersebut terarah kepadanya dan ke arah orang yang Rowen ajak bicara.

"Tidak. Itu, Rowen ... saya tidak suka udang," gumam Jack kepada Rowen. Di tangannya, sendoknya sudah siap untuk menyingkirkan makanan laut tersebut,

"Oh benarkah? Sebaiknya tidak perlu berbaikan jika memang anda tidak tulus," ucap Clarissa dengan semburat kecewa. Dia berlagak seolah-olah dia yang sedang tersakiti.

Adrian bahkan dibuat bingung oleh tingkahnya. "Apa ada yang salah dengan protagonis ini?" pikir Adrian sambil melirik sudut mata Clarissa yang memicing, menatap tajam kepada Jack Shulie.

Sudut mulut Adrian sedikit terangkat mengingat tindakan Clarissa ini bisa jadi menguntungkannya. Dia sama sekali tidak ambil pusing. Maka, Jack mungkin harus memakan udang beracun tersebut. Karena, menurut ingatan novel, Jack sebenarnya menyembunyikan kondisi alerginya.

"Apa-apaan! Tidak suka udang apa?!Apa lagi kebohongan yang dia terus ucapkan?"pikir Clarissa yang sama sekali tidak akan terpikir oleh semua orang disana.

Sementara itu, Jack tampak kewalahan dengan langkah selanjutnya yang harus dia ambil. Dia tidak ingin mengungkapkan betapa lemahnya imun tubuhnya. Dan Clarisaa ... Bagaimana wanita itu bisa sangat menyebalkan?

***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang