Adrian yang memikirkan bahwa ayahnya yang kecil bisa sangat membantunya hanya bisa tersenyum senang. Ia mengharapkan penghasutan yang dilakukan Henri, tetapi ia sama sekali tidak terpikir bahwa orang yang dihasut ayahnya juga akan bergerak mengikuti keinginan Henri. Adrian bahkan yakin Henri tidak secara tegas mengatakan keinginannya untuk mengubur bisnis keluarga Antramavia.
Ini murni keputusan masing-masing dari mereka. Bagaimanapun tidak ada dari para pengusaha ini yang ingin usahanya dimonopoli orang lain secara diam-diam sampai bisa menjadi batu loncatan oleh sebuah perusahaan kecil yang baru saja menanjak ke lingkungan sosial. Hukuman seperti ini sangat mudah dilakukan walaupun tentu mereka harus membayar harga yang tidak sedikit.
Persaingan di dunia bisnis sangat ketat. Sehingga setiap perusahaan tidak hanya perlu memikirkan bagaimana aliran ekonomi akan menguntungkan usaha mereka tetapi mereka juga perlu belajar tentang bagaimana berpolitik yang baik. Jika tidak bisa menyenangkan setiap pihak, setidaknya anda perlu memiliki pendukung anda sendiri.
Dan Henri Mangkudewa adalah salah satu contohnya. Perusahaannya mungkin tidak sejaya perusahaan Antramavia yang sedang meroket pesat tetapi privilige nya sebagai salah satu perusahan terbesar di Kota Hanami dan jaringannya baik di dalam ataupun di luar kota tetap tidak bisa ditandingi oleh perusahaan baru lahir seperti Micro.ltd yang masih merintis jaringan mereka sendiri.
Adrian menunggu balasan dari Jena yang dia pastikan tengah memikirkan kata-kata darinya saat ini. Tentu tidak masuk akal, untuk menjadikan Adrian sebagai alasan terhadap kekacauan yang terjadi di dalam lingkup usaha ayahnya. Terlalu banyak orang yang terlibat sehingga untuk membuat Adrian menjadi tersangka utama maka power yang Adrian miliki harus sebesar bumi. Bagaimanapun saat ini dia hanya seorang anak generasi ketiga yang kaya dan bahkan tidak memiliki perusahaan miliknya sendiri. Dia hanya siswa SMA biasa!
"Apa anda sudah selesai mengatur pikiran anda?" tanya Adrian akhirnya.
"..."
"Baik. Jika tidak ada lagi yang kita bahas, maka saya akan mengakhiri panggilan ini sampai disini. Sampai jumpa!" ucap Adrian yang langsung menekan tombol tutup panggilan dan langsung menaruh ponselnya di saku.
Ia segera menghampiri drivernya dan masuk ke dalam mobil.
"Tolong antar saya ke Toko Buku X," ucap Adrian kepada Mario, supir sekaligus bodyguard Adrian yang sudah menemaninya kurang lebih dua tahun belakangan ini.
"Baik Tuan," balasnya sambil menghidupkan mesin mobil. Dan tak butuh waktu lama Koenigsegg Trevita yang dinaiki oleh Adrian membelah jalanan kota Hanami dengan efisien.
"Kita sudah sampai, Tuan," ucap Mario yang segera diangguki oleh Adrian. Adrian kemudian turun dari mobil sambil didampingi oleh Mario yang berdiri tepat di sampingnya.
"Apa yang ingin anda cari, tuan?" tanya Mario yang berinisiatif untuk membantu Adrian dengan kepentingannya di toko buku tersebut sehingga tuannya, Adrian Mangkudewa bisa lebih leluasa memanfaatkan waktunya dengan bebas tanpa perlu memutari seluruh toko buku dengan bingung.
"Tidak masalah. Anda cukup tunggu saya di cafe. Saya akan menyusul anda setelah saya selesai dengan urusan saya," balas Adrian yang pandangannya terarahkan tepat ke sebuah cafe yang berada tepat di sebelah toko buku yang ingin dia masuki.
"Hmm-" Mario merasa bingung sejenak, namun kata-katanya tidak sempat keluar karena Adrian telah berhasil membaca keinginannya untuk tetap mendukung tuannya.
"Anda bisa memesankan saya beberapa makanan dan minuman. Saya lapar. Okey, sampai jumpa!" balas Adrian yang langsung bergegas meninggalkan Mario di tempatnya.
Mario yang ditinggalkan sendirian hanya bisa menghela napas lemah dan segera menuruti perintah tuannya untuk pergi menuju cafetaria di sisi kananya. Tetapi di benaknya, Mario merasakan sesuatu yang anehnya tidak biasa dia rasakan,
"Bukankah.. ini pertama kalinya tuan muda tidak menginginkan saya untuk selalu berada disampingnya? Saya tidak yakin, apa saya bisa mengatakan hal tersebut sebagai perubahan yang baik atau buruk? Hanya saja ... rasanya sangat tidak terbiasa," gumam Mario.
Ia kemudian memasuki cafetaria dan matanya tiba-tiba saja berbinar. Seolah-olah dia baru saja menadapatkan hadiah kejutan,
"Aulia! Apa itu kamu?" ungkap Mario yang dengan sigap menghampiri wanita berambut coklat karamel yang kini juga memasang wajah terkejut sambil mengenggam segelas kopi favoritnya.
"Mario? Sudah lama sekali," jawab Aulia dengan senyum yang menawan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjahat Yang Membalas Dendam
Teen FictionAdrian cukup beruntung untuk kembali ke masa lalu setelah kematiannya yang menggenaskan melawan musuh bebuyutannya. Adrian yakin bahwa dia pasti bisa menjatuhkan musuhnya itu setelah hidup dan melewati kematian sekali. Namun, yang tidak Adrian sangk...