30

285 76 8
                                    

Amber Lincoln, siswi berprestasi dari kelas 12 IPA 1, yang cukup vokal dalam menyampaikan pendapatnya dan aktif dalam banyak kompetisi public speaking dalam dan luar negeri. Hal tersebut secara otomatis, membuat Amber menjadi siswa yang cukup populer di SMA Harapan meskipun dia sebenarnya sangat jarang berinteraksi dengan teman sekelasnya.

Amber memiliki ruang lingkup pertemanan yang kecil. Sifatnya yang tertutup dan pemilih membuat Amber menjadi siswa yang sulit didekati, ditambah karakternya yang tidak peduli membuat Amber merasa tidak perlu terlalu bergaul dengan anak seusianya kecuali jika orang tersebut bisa menarik minatnya. Contohnya, Amber bahkan tidak bisa menyebutkan siapa saja teman sekelasnya bahkan setelah melewati kelas 10 dan 11. Dia hanya tahu nama teman-teman dari grup belajarnya karena semua dari mereka masuk ke peringkat 20 besar di sekolah.

Adapun bagaimana Alicia bisa sampai berteman dengan Amber, itu karena mereka merupakan teman yang telah dikenalkan sejak kecil. Alicia memiliki sifat yang ceria, membuatnya sangat mudah memiliki seorang teman sementara Amber tidak terlalu.

Amber cenderung menilai seseorang berdasarkan valuenya, berbeda dengan Alicia yang bermental "trabas" dimana itu berarti dia bisa menjalin hubungan pertemanan dengan siapa saja, termasuk dengan gadis dingin yang dikenal tidak memiliki hati seperti Amber.

Adapun Amber melihat Alicia tidak lebih dari buku cerita berjalan karena dia pandai menceritakan hal-hal menarik yang cukup menyegarkan pikiran Amber. Membuat Amber ingin terus berlama-lama bersama dengan Alicia.

Amber juga cukup sensitif dan observatif, sehingga membuatnya mudah membaca perasaan atau karakter orang lain di sekitarnya. Amber yakin dia baru saja merasakan jejak permusuhan yang nyata dari diri Jack saat berbicara dengan Arthur, dan hal tersebut menyangkut seseorang yang kini berhadapan dengannya.

Amber mau tak mau menjadi sedikit penasaran terhadap orang semacam apa yang akan membuat seseorang sampai memusuhinya sampai terasa seperti sedang menyimpan dendam.

"Menarik," gumam Amber saat melihat sosok Adrian yang muncul dengan ekspresi datar namun kata-katanya cukup untuk memancing seseorang keluar dari topeng yang mereka pasang. Sudut mulutnya tidak bisa tidak terangkat saat melirik Adrian.

"Dasar Gila! Sejak kapan saya menjadi 'Tukang Pukul'?! Itu karena anda adalah seorang pembully!" ucap Jack dengan jari telunjuk yang diarahkan ke Adrian.

Adrian hanya menggelengkan kepalanya seolah tidak percaya dengan perkataan Jack terhadapnya. Lalu menghela napas seolah menyerah menghadapi Jack yang dirasa terlalu temperamental.

"Jack, saya minta maaf jika saya memiliki kesalahan kepada anda. Tetapi ... cara anda untuk terus menyalahkan saya atas sesuatu yang tidak saya lakukan, tidakkah ... ini keterlaluan? Lihat reaksi anda saat saya mengatakan hal barusan, tidakkah ... anda sakit hati? Sekarang anda merasakan apa yang saya rasakan kemarin, Jack. Bukankah .. akan lebih baik jika kedepannya kita bisa saling akur ?" ucap Adrian dengan ketenangan yang tidak berubah sedikitpun. Hal tersebut membuat Amber bisa merasakan ketulusan dari kata-kata Adrian kepada Jack.

"Sepertinya mereka memiliki konflik di masa lalu," pikir Amber sambil memperhatikan raut wajah Adrian dan Jack. "Tidak peduli masalah apa itu, Adrian tampaknya cukup bijak ketika menilai sebuah permasalahan. Hmm, cukup baik." pikir Amber sambil mengangguk pada dirinya sendiri. Menurutnya, pendapat Adrian sudah cukup bijak untuk menyelesaikan masalah.

Adapun untuk Jack, itu tampak seperti kebohongan tanpa celah. Bagaimana mungkin protagonis dan villain seperti Adrian bisa berbaikan? Di dunia semacam ini, bahkan ular pun bisa berpura-pura tidak mengigit. "Apa anda pikir saya akan percaya semudah itu!?" bisik Jack kepada Adrian.

Adrian yang ditatap dengan mata yang penuh ketidakpercayaan dari Jack hanya bisa tersenyum lebar di dalam hatinya. Ia cukup kagum dengan insting protagonis utama. Tentu saja, dia serius ingin berbaikan dengan Jack, sebelum selanjutnya dia akan memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk menusuknya dari berbagai arah sampai mati tanpa diketahui oleh orang-orang di sekitar. Dia akan selalu memainkan kartu amannya ketika menghadapi protagonis.

"Anda tidak ha-"ucap Adrian sambil berjalan mendekati Jack, namun ucapannya segera dipotong oleh Arthur.

"Maaf. Kalian tidak bisa berdebat di tempat belajar. Tolong pergi berjauh-jauhan!" jawab Arthur yang kini bergerak mendorong keduanya untuk saling berjauh-jauhan. Amber yang berdiri di dekat Arthur pun kemudian pergi mendorong Adrian untuk mundur ke belakang, sementara Arthur membawa Jack kembali ke tempat duduknya.

"Dari kelas mana anda?" tanya Amber kepada Adrian tiba-tiba.

Adrian yang mendengar kata-kata dari Amber hanya merengutkan alisnya bingung saat ia menunduk dan bertatapan muka dengan Amber.

"Ada apa dengan wajah berseri-seri ini? Apa yang Amber pikirkan tentang saya? Dia tidak mungkin tertarik kepada saya kan??" tanya Adrian di dalam hati. Tetapi ketika melihat senyum yang jarang ia lihat dari wajah Amber ketika menunggu jawaban dari mulutnya membuat Adrian bergidik.

"Amber ... Tidak! Anda tida boleh tertarik kepada saya! Jangan!"


***




Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang