38

262 60 12
                                    


Adrian melirik ruangan yang kini dia diami selama kurang lima menit ini. Ruangan tersebut sangat sederhana, dengan hanya sofa dan meja, sementara dindingnya yang sedikit kusam, dihiasi figura foto yang banyak menampilkan kenangan si empunya di masa lalu. Adrian melihatnya dengan pandangan tertarik seolah-olah ini merupakan hal yang baru.

"Hm, saya yang pertama, kan?" pikir Adrian dengan senyum nakal menghiasi wajahnya. Dia sudah membayangkan betapa kesalnya wajah rivalnya itu jika tahu dimana dia berada sekarang.

Ya, Adrian saat ini tengah berada di kediaman Aulia. 

Aulia saat ini sedang sibuk melakukan sesuatu di dapur, dan Adrian masih menunggunya di ruangan ini sembari menatap figura-figura foto yang terpampang jelas di atasnya.

Tidak lama, Aulia keluar sambil membawa segelas teh dan beberapa cemilan.

Ketika dia melihat Adrian tampaknya sedang memerhatikan foto-foto masa kecilnya, sedikit rona merah muncul di permukaan wajah Aulia. Dia sepertinya menyesali keputusannya untuk membawa Adrian ke rumahnya.

"Hm.. Hm!" gumam Aulia dengan kencang untuk menghentikan kegiatan Adrian.

Adrian pun menoleh dan tentu saja memandang Aulia yang kini berada tak jauh darinya.

"Kenapa? Malu ya?" goda Adrian yang langsung dibalas gelengan oleh Aulia.

"Bukan soal itu! Ehmm .. ka-kamu mau menginap disini, kan? Minimal bantu saya membantu menyapu!" ucap Aulia sembarang. Dia langsung menaruh teh dan cemilannya dan kemudian mencari sapu dan menyerahkannya kepada Adrian.

"Aduh, salahkan dia karena membuat saya salah tingkah!" ucap Aulia di dalam hatinya. Dia sebenarnya tidak ingin membuat Adrian melakukan pekerjaan kasar tersebut. Bagaimanapun dia selalu bisa melakukannya sendiri nanti.

Tetapi karena sudah terlanjur, ya mau tak mau, Aulia menjalankan perkataannya dan kemudian mendorong sapu di tangannya ke pergelangan tangan Adrian.

Adrian menatap Aulia dengan bingung, dia berkata, "Saya tidak pernah menyapu sebelumnya. Saya tidak bisa melakukannya?" ucap Adrian kepada Aulia dengan ekspresi yang tanpa dosa.

Adrian sebenarnya berbohong, karena di kehidupan sebelumnya, dia selalu melakukan ini untuk membersihkan apartemennya. Dia satu-satunya orang yang bisa dia andalkan saat itu.

Tetapi justru karena itu, Adrian tidak ingin melakukannya lagi di kehidupan ini. Hal tersebut karena melakukan tindakan rendah seperti ini membuat Adrian teringat betapa menyedihkan kehidupannya di masa lalu. Dia tidak ingin melakukannya!

"Huh, ayolah! Yang benar saja! Kamu tidak bisa melakukannya? Hm. Baik. Kalau begitu kamu bisa pergi darisini! Anggap saja tindakan menyapu ini sebagai syarat anda untuk tinggal disini. Bagaimana?" tanya Aulia dengan raut wajah yang dibuat sengaja memprovokasi Adrian.

Adrian yang melihat kekeraskepalaan di wajah itu, hanya menghela napas kasar. Dan dengan cepat, Adrian akhirnya mengambil sapu tersebut dari genggaman Aulia. Dia selanjutnya mulai membersihkan ruangan Aulia yang ternyata memang sedikit kotor.

"Saya menyuruh anda itu bukan tanpa alasan. Ruangan ini akan menjadi tempat tidur anda, okey?" ucap Aulia yang diiringi kekehan setelahnya. Dia sangat menyadari siapa itu Adrian. Bagaimana pun, Mario kemarin sempat menceritakan tentang boss mudanya itu. Dan karena Adrian akhirnya menemui Mario di Cafeteria tempat dia bekerja waktu itu, Aulia mau tak mau mengecek seperti apa rupa tuan muda Adrian yang diceritakan oleh Mario tersebut.

Tidak menyangka mereka akan memiliki moment interaksi seperti sekarang ini.

Setelah beberapa menit, Adrian akhirnya menyelesaikan tugasnya dan duduk di sofa yang diduduki juga oleh Aulia.

"Sekarang kamu lelah, kan? Ini kamu bisa minum!" ucap Aulia sambil mendorong teh yang berda di depannya menjadi ke arah Adrian duduk.

Adrian yang melihat ini hanya mencebik, tetapi dia kemudian tetap mengambilnya dan meminumnya dengan perlahan.

Klek .. (suara gelas yang ditaruh kembali ke alasnya dengan kasar)

"Hei, kamu tidak memberi tahu Mario kan?" tanya Adrian tiba-tiba. Setelah pembicaraan barusan di jalan, Adrian menyadari Aulia ini merupakan salah satu teman bawahannya tersebut.

"Seandainya kamu memberitahunya maka habislah dia. Karena saya yakin saat ini dia akan melaporkan bahwa saya sedang menginap ke rumah teman. Dan dengan dia yang menjemput saya, ayah saya akan curiga, paham?" ucap Adrian yang sengaja memanipulasi Aulia agar tidak menghubungi Mario, sahabatnya.

Bagaimanapun tidak peduli bahwa Mario bisa membawa saya tau tidak, Mario tetap akan menjadi bulan-bulanan ayahnya karena saat ini, Henri Mangkudewa pasti ingin menyelisik ke seluruh Hanami untuk menemukannya. 

"Untungnya di sepanjang perumahan Aulia ini tidak ada CCTV yang berarti. Saya tidak perlu takut bahwa orang suruhan ayah saya akan menemukan saya secara tidak terduga," ucapnya dengan senyum yang terangkat sedikit di bawah bibirnya.

"Mengapa anda tersenyum?" tanya Aulia sambil melihat Adrian yang melamun dengan penasaran.

"Tidak ada. Hanya saja saya tidak menyangka akan bermalam di salah satu kediaman wanita cantik." ucap Adrian gombal. Dia kemudian mengulum senyumnya dengan tulus teruntuk Aulia.

Aulia yang melihat hal tersebut hanya bisa merengut sambil membawa bantal ke genggamannya dan melemparkannya langsung, tepat ke muka Adrian.

"Sial! Jangan mengoda saya! Huh, cepat tidur sana!" teriaknya sambil langsung menegakkan tubuhnya dan kemudian pergi meninggalkan Adrian dengan langkah gusar.

"Oke. Saatnya melakukan rencana." bisik Adrian yang hanya bisa didengar olehnya sendiri.

***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang