34

274 68 4
                                    

Henri melirik pesan yang dikirimkan Renmar, mantan sahabatnya. Dia dan Remar telah menjalin pertemanan sejak bangku kuliah hingga kini. Namun Henri akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi teman baik Renmar. 

Renmar sendiri merupakan founder sekaligus CEO dari Micro ltd. Sehingga tak bisa dipungkiri pemutusan hubungan secara sepihak ini sengaja dilakukan oleh Henri untuk memberi pelajaran kepada mantan temannya itu.

Renmar tidak menyadarinya, sementara Henri sudah terlalu sakit hati untuk sekedar menjelaskan rasa sakitnya setelah dikhianati oleh satu teman yang dulu dia bantu dengan sepenuh hati.

"Saya menyesal. Dulu, saya lebih memilih untuk menghabiskan sedikit waktu saya untuk membantu Renmar membangun perusahaannya dengan menyumbangkan buah pikiran saya, sementara selama prosesnya saya jadi  harus  mengabaikan putra saya. Dan lihat bagaimana waktu menjawab usaha saya? Anak saya bermasalah dan teman saya ternyata ingin menjatuhkan saya," pikir Henri sambil teringat rekaman suara yang dia putar berulang kali kemarin. Kemarahannya menumpuk, namun dia tidak memiliki waktu untuk melepaskan semua itu.

Henri kembali melirik pesan tersebut dan kemudian memutuskan untuk menjawab. 

Henri sendiri memutuskan untuk tidak memprovokasi masalah kemarin kepada Renmar. Anggap saja dia tidak pernah mendengar rumor tentang perusahaannya yang mencoba meng-cut keuntungan perusahaan dari anaknya dan tidak pernah menemukan kenyataan yang buruk dari sumber intelijennya. Dia hanya ingin segera terputus secara alami dengan Renmar selagi lelaki itu masih menyangka Henri tidak tahu apa-apa tentang rencana busuknya!

 Renmar Antramavia

Selamat siang, Ri. Bisa kita bertemu siang ini? 

 Henri Mangkudewa

Maaf, Ren. Saya punya beberapa meeting yang tidak bisa diganggu gugat.

Renmar Antramavia

Hm, lalu bagaimana dengan hari lain? Kebetulan saya ingin membahas pembatalan kontrak terkait kerja sama kami, Ri?

Henri Mangkudewa

Untuk persoalan itu, saya hanya bisa meminta maaf. Mungkin di kesempatan lain, Ren

Renmar Antramavia

Lalu bagaimana dengan project lain yang juga kita rencanakan, Ri? Bagaimana bisa semuanya dibatalkan secara tiba-tiba? Kesalahan apa yang kami lakukan, Ri? Sehingga kiranya hal tersebut menyinggung anda?

Henri Mangkudewa

Ini murni keputusan kami sebagai tim, Ren. Adapun kebijakan saya tidak ditentukan oleh perasaan saya, tetapi pilihan kami berdasarkan kebutuhan akan kestabilan perusahaan dengan keinginan klient. Belakangan beberapa investor sepakat untuk mengcancel anda.

Renmar Antramavia

....

Henri yang melihat tidak ada balasan dari Renmar setelah itu segera mematikan ponselnya dan kembali sibuk dengan dokumen di hadapannya.

Henri yakin, Renmar akan menyuruh badan intelijennya untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dan sejujurnya Henri sudah mempersiapkan pertolongan pertamanya.

Sekarang keluarga Antramavia bukanlah sesuatu yang harus mereka takutkan untuk saat ini. Dan sekatang yang menjadi pikiran Henri justru adalah Adrian.

Dia pun segera menelepon nomor Adrian dan kemudian mengajak putranya itu untuk makan bersama.

"Apa anda sibuk? Luangkan waktu anda dan makan malam bersama saya," titah Henri yang ia sangat yakin akan disetujui oleh Adrian. Namun sayangnya respon anak itu sangat berbeda dengan yang dia harapkan,

"Tidak bisa. Saya sibuk. Selamat tinggal." balas Adrian dengan acuh sambil mematikan sambungan di antara keduanya.

Henri yang melihat respons tersebut hanya bisa terkesiap, karena merupakan kali pertamanya ditolak oleh Adrian.

Henri pun memanggil Asistennya dan menanyai apa yang mungkin bisa dilakukan remaja muda itu sekarang. Namun jawaban Asistennya membuat Henri menautkan alisnya, kebingungan.

"Tuan muda saat ini masih di kursus belajar, Tuan. Perkiraan kelas berakhir di pukul 11." ucapnya di balik sambungan telepon.

Henri hanya bisa menghela napasnya lemah sambil mematikan sambungan di antara dia dan asistennya. Dia kemudian mencoba kembali fokus dengan lembar file di depannya namun gagal.

Pada akhirnya , Henri memutuskan untuk menutup  map dokumennya dengan kesal dan merebahkan punggungnya ke sandaran kursi di belakanganya. Sambil menutup mata, sebuah gumaman keluar dari mulutnya,

"Apa yang sedang anak itu coba raih? Mengapa tiba-tiba terobsesi untuk belajar begitu keras? Sangat aneh!" ungkapnya sambil merinding tiap kali melihat mata anak laki-lakinya yang berbinar saat ingin didaftarkan ke kursus belajar.

Ketika dia masih memikirkan Adrian, sedetik kemudian sebuah notifikasi berbunyi kembali di layar ponsel Henri.

Henri mengambil ponselnya dan tidak bisa melotot melihat laporan yang disampaikan oleh kepala intelijennya.

Kepala Intelijen, Bob

Maaf, Boss. Kami hanya ingin melaporkan terkait pencarian identitas yang dilakukan tadi siang. Kami mendapatkan beberapa informasi terkini. Apakah anda ingin melihatnya?

Henri Mangkudewa

Pencarian tentang apa ini?

Kepala Intelijen, Bob

Oh, ini terkait pencarian beberapa individu yang anda suruh Tuan Muda Adrian sampaikan kepada kami.

Sontak, Henri menaikkan alisnya tidak terima. Ia bahkan sampai berdiri dari tempak duduknya sembari mengontrol amarahnya yang mungkin saja akan meledak.

Henri kembali memikirkan anak itu dan tidak bisa tidak menjadi marah. Pasalnya, dia tidak pernah sekalipun menyuruh Adrian melakukan apapun apalagi melibatkannya dengan intelijen pribadi miliknya, yang hanya dia yang bisa memerintah!

"APAA???"

***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang