36

255 65 11
                                    

Adrian masih belum keluar dari gedung bimbingan belajarnya. Dia masih memikirkan alasan yang tepat untuk menenangkan ayahnya. Adrian yakin, tidak butuh waktu lama untuk ayahnya mengetahui bahwa Adrian sudah menggunakan orang-orang khusus intelijennya tanpa bertanya terlebih dahulu.

"Kalau saya meminta langsung, mana mungkin diberi izin," pikir Adrian di relung hatinya.

Adrian kemudian memutuskan untuk meninggalkan ponselnya di laci bangkunya dan kemudian dengan santai segera meninggalkan ruang kelasnya. 

"Tidak akan ada yang mencuri ponsel itu jadi biarkan saja dia disana untuk sementara. Saya perlu melakukan ini jika ingin kabur dari jangkauan Mario,"ungkap Adrian di dalam pikirannya. 

Barulah ketika dia turun dari lift ke lantai utama, Adrian tidak langsung keluar namun segera mengarahkan dirinya menuju toilet laki-laki.

Adrian segera masuk ke dalam toilet dan menutup tutupan toilet untuk dijadikan alas yang bisa menaruh ranselnya.

Krett ...

Bunyi rensleting ransel tersebut yang kemudian membiarkan pemandangan di dalam tas terekspos.

Adrian kemudian segera membuka resleting bagian dalam atau disebut juga kantung tersembunyi pada tasnya.

Tangannya kemudian merosok masuk ke kantung tersebut dan segera mengeluarkan sebuah kardigan berwarna biru, topi hitam, masker, serta kacamata segi empat besar yang jika dipakai oleh Adrian akan memenuhi setengah mukanya. Hal ini akan sangat berguna jika anda ingin menyamarkan keberadaan anda. 

Adrian sendiri sudah menyiapkan hal ini sejak kemarin malam, tepat saat dia pergi mengikuti Jack setiap habis pulang dari sekolah.

Sementara untuk rencana kali ini, rencananya Adrian akan kabur sebentar dari rumah. Dia tidak akan pulang, khusus di malam ini saja.

Adrian kemudian mengenakan barang-barang tersebut dan setelah dia selesai, Adrian melanjutkan penyamarannya dengan mengeluarkan semua isi tasnya dan membalik sisi dalam ranselnya yang kemudian dijadikan sisi luar ransel. Fungsi ini sebelumnya memang sudah ada di tas Adrian, namun dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk membaliknya dikarenakan malas.

Untungnya keuntungan tas tersebut bisa membantunya dalam hidup kali ini dan Adrian kemudian segera memasukkan seluruh peralatan sekolahnya ke dalam tas.

Setelah selesai semua, Adrian kemudian tanpa ragu segera meninggalkan lokasi kursus belajaranya dengan tenang. Mario, seperti yang Adrian duga sama sekali tidak mengetahui keberadaannya.

Adrian melirik ponselnya, dan sebuah smirk muncul di wajahnya yang terlihat lurus.

"Pesan itu seharusnya sudah sampai ke Mario sekarang." ucap Adrian yang sudah mulai menyebrangi zebracross di hadapannya. Saat ini dia sudah berada kurang lebih 500 meter dari lokasi bimbingan belajar.

Ting!

Sebuah notifikasi muncul di layar depan ponsel Mario

Dari: Tuan Muda

Isi Pesan : Tolong, pulanglah duluan. Hari ini saya ingin menginap di rumah teman saya untuk mendiskusikan pelajaran. Terima kasih.

Mario segera meraih ponselnya dan merengut dengan bingung.

"Hah? Kemana dia? Saya bahkan belum melihatnya keluar," gumam Mario yang dengan sigap langsung mengeluarkan dirinya dari dalam mobil.

Mario kemudian berinisiatif untuk masuk ke dalam gedung bimbingan Future untuk mencari Adrian. Mario yakin tuan mudanya itu masih berada di dalam gedung.

Namun setelah lima menit mencari, Mario menjadi semakin tidak tahu arah. Dia tampaknya telah melewatkan kepergian tuan mudanya ke tempat teman-temannya.

Mario sudah mengirimkan beberapa pesan kembali kepada Adrian namun sama sekali tidak dibalas. Mario menghidupkan pelacakan ponsel Adrian dan menenukan bahwa ponselnya masih berada di dalam gedung.

Sontak Mario segera mengikuti letak keberadaan ponsel tersebut dan menemukan dirinya sudah berada di ruang kelas B.

"Ah, pintu ini tidak bisa dibuka secara manual." ucap Mario yang kemudian memutuskan untuk menunggu di tempat duduk yang di sediakan di samping setiap kelas.

Beberapa menit berlalu dan kehadiran tuan mudanya itu semakin tidak menyakinkan. Tidak lama, Mario bertemu dengan security yang sepertinya baru saja menyelesaikan proses pemeriksaannya.

"Oh, mengapa anda bisa masih berada disini? Bukankah semua anak sudah pulang? Saya sudah mengecek semua kelas." tanyanya sambil melihat Mario yang ekspresinya sedikit sedih.

"Ah, maaf, pak. Sepertinya saya salah paham. Kalau begitu, permisi," ucapnya sambil kembali turun ke lantai utama.

"Huh, Tuan Muda tampaknya langsung pergi bersama teman-temannya tanpa sadar bahwa dia lupa membawa ponsel? Hm, saya sudah terlanjur menunggu lagi," sesal Mario yang kemudian masuk ke dalam mobil dan menghela napasnya.

"Hah, sudahlah, Mario. Setidaknya Tuan Muda memberitahu anda kemana dia akan pergi. Sehingga jika ditanya, anda tidak akan terlalu menerka-nerka." ucap Mario yang kemudian pergi meninggalkan gedung bimbingan "Future" tersebut.

Sementara itu, Adrian di tempat yang berbeda, tengah melihat seseorang yang sangat dia kenal sedang berbicara dengan sesosok gadis dengan sangat ramah.

"Tidak di kehidupan dulu atau sekarang, tampaknya kasih sayang anda tetap diarahkan kepada gadis bodoh itu ya, Jack!" gumam Adrian yang mendekati halte bus dengan tetap berusaha menyamarkan kehadirannya. Walaupun tidak terlalu dekat, Adrian bisa mendengar samar-samar percakapan dan tertawa ringan keduanya.

Adrian yang terus berdiam di tempatnya hanya memasang wajah sedatar mungkin. Namun, mata dan jiwanya sangat bergejolak dengan kemarahan yang tidak terlukiskan.

Adrian sangat mengenal perempuan yang tengah berbicara dengan Jack, dan dia merupakan salah satu pendukung protagonis di dalam novel.

Krieet...

Suara bus bernomorkan 402 terparkirkan, dan kedua sejoli yang sangat Adrian benci masuk ke dalamnya.

Sontak tanpa pikir panjang, Adrian segera masuk menyusul mereka.

Di dalam bus, Adrian duduk dengan diam sampai dirinya melirik sentuhan tangan Aulia pada tombol pengingat bus yang terletak tepat di samping Adrian.

"Pemberhentian Saimai" teriak supir bus yang disusul dengan antrian mendadak yang diciptakan oleh para penumpang yang ingin turun. Mereka kemudian turun, dan Adrian bisa mendengar ungkapan perpisahan yang ditujukan Jack kepada Aulia. Sebuah ide terlintas di kepalanya.

Akhirnya untuk menargetkan Aulia, Adrian memutuskan untuk turun di pemberhentian yang sama dengan perempuan tersebut. Selama di perjalanan, Adrian berjalan cukup jauh namun terus berada di lintasan yang sama dengan gadis tersebut. Sampai ...

"Siapa kamu?!!" teriak seorang gadis kepada Adrian dengan tatapan penuh curiga.

***


Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang