16

403 120 19
                                    

Adrian bergegas ke kelas yang sudah kosong bersama Bobby dan mereka cukup banyak mengobrol melanjutkan cerita tentang Heseol. Sesampainya di depan koridor, Adrian segera menghampiri Pak Johan dan berpamitan kepada Bobby. Bobby pun segera melambaikan tangannya kepada Adrian sebagai tanda perpisahan.

Tak lama setelah Adrian pergi, Bobby tiba-tiba saja kembali ke dalam kelas Adrian. Disana dia tampak menunggu seseorang.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Jack yang baru saja masuk ke kelas. Bobby yang melihat wajah asing di hadapannya tidak bisa tidak tersenyum senang karena merasa sudah berhasil bertemu dengan anak baru yang membuatnya penasaran.

Bobby kemudian menghampiri Jack dan menepuk bahunya, "Apa anda anak baru itu? Yang baru saja membebaskan Rowen?" tanya Bobby dengan senyum yang ramah.

"Tidak perlu bersikap baik. Saya tahu siapa anda," ucap Jack yang segera melepas tangan Bobby di bahunya.

Bobby yang terkejut dengan jawaban dingin Jack tidak bisa tidak menaikkan kedua alisnya bingung. Bobby bertanya-tanya mengapa orang di hadapannya tampak sangat memusuhi dirinya. Sontak, ingatan tentang pembicaraannya bersama Adrian kembali menghampiri Bobby yang membuat anak laki-laki itu mengangguk mengerti.

"Dia bahkan memusuhi Adrian dan Heseol. Siapa ya dia?" tanya Bobby di dalam pikirannya. Namun, Bobby segera menutupi pemikiran ini dan memulai kembali pendekatan yang sedang dia lakukan.

"Haha! Saya tidak tahu kalau saya mengenal anda? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Bobby lagi dengan senyum yang ramah.

"Berhenti bertingkah seperti idiot, idiot," jawab Jack yang segera mengambil ranselnya dan hendak pergi meninggalkan Bobby.

Bobby yang telah kehilangan senyum ramahnya tidak segan untuk menarik tangan Jack agar tidak pergi meninggalkannya. Jack sempat terkejut dengan kekuatan yang Bobby kerahkan untuk menahannya.

"Ah, lengan saya sakit," pikir Jack sembari mengelus lengannya. Bobby pun tidak melewatkan kesempatan tersebut untuk tetap berbicara bersama Jack.

"Saya memang idiot. Terimakasih sudah mengingatkan." jawab Bobby sambil menganggukkan kepalanya.

Bobby kemudian berjalan dua langkah ke depan agar lebih dekat bertatapan muka dengan Jack. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana dan menatap wajah Jack lekat-lekat.

"Saya Bobby. Saya siswa kelas 12 IPA 1. Kelas saya berada di sebelah anda jika anda tidak tahu. Hm, saya datang kesini hanya untuk menanyakan siapa boss anda?" tanya Bobby dengan tegas.

"Saya harap anda akan menjawab saya dengan baik," balas Bobby lagi.

"Huh, Apa yang idiot ini katakan? Saya bukan bawahan siapapun, bodoh!" jawab Jack dengan ekspresinya yang menunjukkan kejijikan. Jack sangat mengenal sampah di depannya itu. Dia juga merupakan villain yang dia basmi di masa sekolahnya dulu. Sama seperti ke Adrian, Jack juga sangat membenci Bobby.

Melihat tidak ada balasan dari Bobby. Jack hanya berdecih dan segera berbalik meninggalkan remaja lelaki di hadapannya.

Namun, Bobby kembali bersuara tepat ketika Jack melangkah ke empat kalinya.

"Lalu apa alasan anda menjebak Heseol dan Adrian?" tanya Bobby dengan ekspresi yang datar.

Jack menghela napas kasar.

"Tampaknya idiot ini salah paham akan sesuatu," gumam Jack pada dirinya. Namun alih-alih memperbaiki cara berpikir Bobby yang salah, Jack justru hanya ingin segera terlepas dari villain satu ini.

"Jika saya tidak memberikan jawaban yang tepat, bocah ini akan selalu pergi untuk menanyai saya dengan pertanyaan yang tidak ada habisnya. Sungguh merepotkan." pikir Jack sambil pergi berbalik.

"Apa lagi? Tentu saja itu karena saya ingin menghancurkan semua boss yang ada di sekolah ini dan menjadi penguasa sendirian!!!" jawab Jack dengan intonasi yang cepat.

Setelah menjawab pertanyaan itu, Jack segera bergegas meninggalkan Bobby yang melihatnya dengan tatapan tidak percaya. Namun sedetik kemudian sebuah smirk jatuh di wajah Bobby.

"Begitukah???"

" Apa anda dengar itu Boss?" tanya Bobby sambil melirik laci meja salah satu siswa.

Didalam sana terdapat sebuah ponsel yang sedang tersambung dengan seseorang.

"Baik. Saya mengerti situasinya," ucap suara serak di telepon. Tak butuh waktu lama, panggilan itupun diselesaikan.

***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang