7

549 185 182
                                    

Jack melirik seisi kelasnya yang sama sekali tidak berubah, kecuali satu hal. yaitu perubahan tempat duduknya. Dahulu ia mengingat bahwa dia ditempatkan di bagian paling belakang kelas dan menjadi bahan tertawaan. Namun sekarang, tempat tersebut sudah diisi oleh orang lain.

"Apa ada dari tindakan saya yang membuat sejarah berubah?" tanya Jack di dalam hati. Dan dia kemudian  mengingat pertemuannya dengan Adrian belum lama ini dan matanya membulat seolah menyadari ada sesuatu yang salah.

"Seharusnya saya tidak bertemu dengan dia ketika saya baru pindah. Bagaimana saya bisa melupakan hal ini?!" ucap Jack di dalam hati dengan cemas. Sekarang perasaannya yang baik berubah total menjadi tidak karuan dan menyesal karena mungkin sebab ulahnya masa depan menjadi sedikit berubah.

"Saya harus mengikuti alur kehidupan saya seperti di masa lalu. Jika tidak saya mungkin tidak akan mendapatkan pemberitahuan sistem seperti di masa lalu!" tekad Jack di dalam hatinya. Dia kemudian menunggu teman sebangkunya itu untuk kembali dan melihat siapa yang duduk bersamanya.

"Tidak peduli apa yang terjadi, saya harus duduk sebangku bersama Rowen. Saya harus mengambil poin misi darinya," ucap Jack yang siaga dengan posisi mengintainya.

Namun yang ditunggu tidak juga hadir sampai bel masuk berbunyi dan Jack akhirnya dapat melihat  anak kelas yang mulai memenuhi isi kelas. Rowen dan Adrian juga sampai tepat waktu yang dapat dilihat oleh Jack.

Jack sama sekali tidak peduli dengan Adrian namun matanya berbinar terang saat melihat Rowen yang muncul dari belakang punggung Adrian. Rowen tampak melihat sekeliling dan matanya dengan mata Jack saling bertemu tanpa sadar. Jack yang menyadari tatapan itu segera memasang senyum simpul di hadapan Rowen.

Rowen yang melihat sikap Jack hanya bisa bengong karena masih tidak terbiasa disenyumin sama teman sekelas. Ia kemudian menundukkan kepalanya dan langsung bergerak menuju tempat duduknya dengan tenang.

Jack cukup kecewa dengan respon Rowen namun ia hanya bisa bersabar. Satu hal yang perlu dia khawatirkan adalah siapa yang menjadi teman sebangku Rowen saat ini. Dan setelah semua siswa duduk di tempatnya, wajah Jack benar-benar jatuh. Hal itu karena siswa yang menjadi teman sebangku Rowen adalah Adrian!

Jack tidak bisa menerima hal ini dan segera akan bergerak mengusir penjahat tersebut sebelum dia melakukan pembullyan terhadap Rowen. "Pantas saja wajahnya busuk! Rowen pasti habis dihajar oleh Adrian! Benar-benar karakter sampah!"ungkap Jack di dalam hatinya. Sekarang semuanya tampak masuk akal. Adrian yang tiba-tiba saja ada di kawasan ruang guru, Adrian yang tidak pergi menyusulnya, pasti disebabkan karena ia sedang mencecar Rowen untuk dia pukuli sampai bengkak dengan tujuan untuk memperlihatkan seberapa berbahayanya dia. Dan semua itu hanya untuk mendapatkan gelar raja kelas ini! Sangat menjijikkan!

Jack menggelengkan kepalamya tak habis pikir. Bagaimana bisa orang seperti ini diciptakan. Mereka semua, baik dulu maupun sekarang sama-sama gila kekuasaan. Seolah-olah hanya itu tujuan orang tua mereka menyekolahkan mereka. Betapa kasihannya anak-anak yang harus menjadi bagian dari terbully. Sangat tidak adil!

Jack langsung memutuskan untuk menghampiri Adrian. Ia bisa melihat luka lebam di wajah Rowen secara lebih jelas dan hal tersebut membuat wajahnya semakin gelap. Kedua tangannya terkepal semakin erat. Siap memukul Adrian tepat di wajahnya kapan saja.

"Apa yang kamu lakukan pada anak ini? Apa kamu membullynya!?" teriak Jack yang terdengar oleh seluruh siswa. Beberapa siswa pun tampak teralihkan dan sebagian berkomentar dengan apa yang mereka lihat. Mereka jelas sangat terkejut.

"Hey, apa yang terjadi dengan muka babu itu. Apa itu ulah Adrian??" tanya Alicia penasaran.

Ruben disebelahnya pun segera menanggapi, "Benar-benar.. Alicia sebaiknya kamu diam," bisik Ruben sambil memberi instruksi diam menggunakan tangan dan matanya yang melototi Alicia geram.

Teman-teman sekelas lain yang melihat pemandangan ini juga  sependapat dengan Ruben. Bagaimana pun beberapa dari mereka sudah benar-benar tidak peduli dengan pembullyan yang terjadi di sekolahan mereka selama yang terbully bukan diri mereka sendiri. Hal tersebut sudah seperti tradisi dan sulit untuk diberantas. Tidak ada untungnya terlibat diantara mereka, baik pembully ataupun yang terbully.  Adapun untuk yang terbully, sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka harus menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa mengemis bantuan orang lain.

Melihat kurangnya tanggapan dari teman sekelas, Jack tidak terlalu kaget namun dia masih tetap kecewa. "Hati kalian benar-benar sudah mati," gumam Jack tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Adrian. Ia menatap Adrian dengan tatapan yang sangat tajam, seolah Adrian baru saja mencuri kekasihnya.

Adrian yang melihat situasi di depannya tidak terlalu terkejut. Sebaliknya ia bisa mengerti mengapa Jack mencurigainya. Adrian pun memutuskan menjawab untuk menghapuskan kecurigaan Jack dan juga teman sekelas. Akan buruk untuk citranya ke depan, jika mereka mempercayai bahwa Adrian adalah pembully sementara untuk Jack, dia takut hal tersebut akan menguntungkan Jack di masa depan.

"Apa maksud anda? Saya tidak pernah membully siapapun sejak semester ini dimul...," jawab Adrian yang langsung dipotong oleh teriakan Jack.

"PEMBOHONG!!" teriaknya. Dan tanpa orang-orang perkirakan tangan Jack yang sudah terkepal langsung menuju wajah Adrian.

"Akan kuhabisi pembohong seperti kamu!" lanjut Jack.

Sontak suasana kelas seketika mencekam dan Adrian? Dia jelas tidak baik-baik saja!

"APA-APAAN INI?!!"


***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang