Rowen keluar dengan kepala tertunduk. Secara bersamaan, Heseol juga tiba ke ruang konseling. Melihat ada Rowen disana, ekspresinya segera menjadi suram.
"Dia .. berani sekali dia..," ungkap Heseol dengan kedua tangan terkepal.
"Heseol, tolong duduk disana," perintah Bu Miranda yang menjemput Heseol dari kelasnya. Heseol hanya melirik Bu Miranda sinis dan duduk sembari menatap Rowen dengan tatapan ingin membunuh.
"Saraf otak anak ini sudah tidak bisa diperbaiki," ungkap Adrian di dalam hatinya. Sorot kekejaman di mata Heseol masih sama dan hal itu membuat Adrian sedikit lebih lega.
"Bahkan jika anak ini dikeluarkan dari sekolah, dia pasti masih akan mengejar Rowen. Satu-satunya yang harus saya khawatirkan adalah bajingan di depan saya, Jack Shulie." lanjut Adrian dalam pikirannya. Jack yang sadar ditatap oleh Adrian hanya balas mencemooh yang sama sekali tidak ditanggapi Adrian.
Bu Sukma membuka pertemuan dan menjelaskan semua tragedi berdasarkan pengakuan dari Rowen. Semakin lama penjelasan, semakin buruk pula wajah ayah Rowen dan ibu Heseol. Ayah Rowen jelas tak terima jika anaknya menjadi korban pembullyan dan langsung bergegas menarik kerah seragam Heseol.
"Tidak.. apa yang kamu lakukan?! Jangan sentuh anakku!" teriak Ibu Heseol dengan pandangan yang mengancam. Ia mencoba melindungi anak laki-lakinya.
"Sialan! Minggir! Anda pikir saya akan diam saja setelah mendengar semuanya, HAH?!" balas Pak Roger, ayah dari Rowen. Tanpa mengindahkan kehadiran orang di sekitar, Pak Roger segera melepaskan aksinya dengan memukul tepat di wajah Heseol.
Suasana gaduh tak terkendali dan kejadian terjadi sangat cepat. Bu Sukma yang gagal meleraikan segera menelepon sekuriti. Sementara Ibu Heseol berteriak histeris,
"Sialan kamu!! Aku akan menuntut!!"
"Oh lakukan! Anda pikir anak anda akan selamat Hah?! Saya akan menuntutnya wanita sialan?!"
"Apa?! Kamu.. Apa kamu tahu siapa saya, Hah??"
" Saya tahu siapa anda.. Sialan kalian pikir saya tidak tahu siapa saja orang di lingkaran ini??! Anda yang tidak tahu siapa saya!" balas Pak Roger dengan kesal.
"Tolong! Bapak, Ibu tenang," ucap Bu Miranda dengan suara yang jelas. Namun keduanya tetap adu cekcok sampai sekuriti datang. Namun sekuriti-sekuriti itu tidak datang sendirian, kali ini Kepala Sekolah juga tergabung disana. Bu Miranda telah menjelaskan semuanya kepada Pak Kepala Sekolah dan beliau menyetujui untuk hadir menyelesaikan kasus yang terbilang bisa mengancam citra yayasan dan dirinya sendiri.
"Bapak Ibu bisa kita pindah ke ruangan saya," ucap Pak Broto, kepala sekolah SMA Harapan.
"Anda! Apa saja yang anda lakukan!? Bagaimana bisa anak saya menjadi korban kekerasan?!"
"Pak Roger tolong tenang! anda pernah bersekolah disini.. Bukankah anda seharusnya sedikit lebih mengerti? Saya menyesali kejadian ini. Sangat. Bagaimanapun kejadian ini akan berakhir lebih cepat jika anak anda mengaku lebih cepat, bukankah begitu?" ucap Pak Broto sambil menatap Pak Roger. Ia kemudian mengalihkan pandangannya Pada Ibu Harisa, ibu dari Heseol.
"Ibu Harisa, saya harap anda bisa lebih bijak dan memperhatikan composure anda. Bagaimanapun anda disini karena kesalahan anak anda, bukan? Lebih baik segera ke kantor bersama saya untuk membahas detail lebih lanjut. Oke?" ucap Pak Broto yang membuat kedua orangtua tersebut pasrah dan mengikuti kepala sekolah.
Kepala sekolah kemudian melihat Rowen dan berkata padanya.
"Anda perlu mengobati luka-luka anda. Bu Miranda! Tolong bawa anak ini di bawah lindungan anda untuk sementara."
"Baik Pak. Ayo, Rowen ikut saya ke UKS,"
Rowen yang melihat anggukan dari ayahnya segera pergi mengikuti Bu Miranda ke UKS. Disana perawat segera melakukan pengobatan untuk Rowen. Namun pemandangan yang mereka lihat sesaat Rowen melepas pakaiannya membuat Bu Miranda dan para perawat ternganga.
"Bagaimana bisa seorang anak menanggung semua ink sendirian," gumam Bu Miranda yang kemudian menyuruh Rowen diam sebenatar disana dan memotret bekas luka Rowen untuk dijadikan bahan pertimbangan kepala sekolah.
Adapun untuk Heseol, dia tentu mengikuti di belakang ibunya dan kemudian bersama-sama menuju ke kantor. Walaupun memiliki luka lebam di mulutnya, kepala sekolah sama sekali tidak peduli padanya. Adapun sang ibu, dia tampak lebih peduli tentang bagaimana sekolah Heseol selanjutnya dibandingkan kondisinya yang kesakitan akibat dipukul oleh pria yang lebih tua 20 tahun darinya. Heseol meringis namun sama sekali tidak bisa berkomentar. Ia lebih takut jika berita ini sampai ke ayahnya jika tidak diselesaikan dengan baik oleh ibunya.
"Anda tidak bisa membiarkan saya keluar sebagai pembully ibu," ungkap Heseol di dalam hatinya.
Adrian yang melihat penampilan itu hanya mendengus pelan. Ia sedikit mengetahui tentang siapa Kepala Sekolah mereka itu. Pak Broto Hadikusuma, bukanlah kepala sekolah biasa. Di balik layar, dia merupakan ketua dari perkumpulan orang kaya di kota Hanami dan dia tidak hanya cerdas namun juga merupakan ular licik yang pintar. Ia menguasai bisnis bawah tanah dan kemungkinan kedua orang tua siswa di depannya juga mengetahui hal tersebut sama seperti Adrian yang mengetahui hal itu dari ayahnya di masa lalu.
"Dia akan membuat kesepakatan dengan keduanya. Tentu itu akan mengorbankan Heseol tapi itu tidak sepenuhnya menguntungkan ayah Rowen yang sangat saya sukai." ungkap Adrian.
Tak lama telepon di ruangan berbunyi. Dan ternyata Bu Sukma mendapatkan mandat dari keplaa sekolah untuk menyelesaikan permasalahan seperti yang seharusnya untuk Adrian dan Jack. Bu Sukma mengiyakan dan segera menutup telepon.
"Baik, seperti yang anda lihat. Apa yang terjadi kepada anda adalah dampak dari kesalahpahaman. Jack anda perlu meminta maaf kepada teman di sebelah anda,"
"Tapi Bu, bisa saja dia juga membully Heseol?" ungkap Jack kekeuh. Ia tentu ingat bahwa Adrian merupakan bagian dari kelompok Heseol di masa lalu. Namun, dia sepertinya tidak sadar bahwa bergabungnya Adrian dan Heseol di masa ini tidak pernah sekalipun terjadi.
"Jack, saya menghormati kebaikan anda membantu teman yang kesusahan. Namun saya akan memberitahu anda, bahwa Adrian adalah orang yang membantu Rowen mengobati luka-lukanya. Hm, Adrian apa anda tahu kejadian ini sebelumnya?" tanya Bu Sukma yang kini fokusnya kepada Adrian.
Adrian pun mengangguk.
"Saya tahu Rowen sudah dibully oleh Heseol sejak semester lalu, Bu. Tidak hanya saya, semua teman sekelas juga tahu bahwa Heseol sering merundung Rowen hanya untuk kesenangan semata." jawab Adrian yang langsung membuat wajah Bu Sukma tertekuk sedih.
"Pembohong! Anda jelas merupakan bagian dari Heseol?! Saya tahu itu!" ungkap Jack yang membuat sebelah alis Adrian terangkat.
"Anda tahu? Bagaimana anda bisa tahu?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjahat Yang Membalas Dendam
Teen FictionAdrian cukup beruntung untuk kembali ke masa lalu setelah kematiannya yang menggenaskan melawan musuh bebuyutannya. Adrian yakin bahwa dia pasti bisa menjatuhkan musuhnya itu setelah hidup dan melewati kematian sekali. Namun, yang tidak Adrian sangk...