Jam menunjukkan pukul sepuluh, Aulia segera mengambil tas kecilnya dari loker dan bergegas bersama rekan kerja sekaligus sahabatnya, Risa untuk pergi mengunci toko dan pulang ke kediaman masing-masing. Setelah berjalan bersama-sama sepanjang jalan, Aulia dan Risa terpaksa harus berpisah karena lokasi yang mereka tuju berbeda.
"Bye, Lia! Sampai bertemu besok," ucap Risa sambil melambaikan tangannya kepada Aulia.
Aulia yang melihat tingkah Risa, juga balas mengatakan kata yang tidak jauh berbeda dengan Risa dan balik melambaikan tangan kepada Risa. Sebuah senyum saling mereka lontarkan sebagai bentuk perpisahan. Kemudian keduanya fokus pada rute jalan mereka masing-masing.
Tidak lama dari berpisah dengan Risa, Aulia mendengar suara notifikasi dari teleponnya. Ia segera meraih ponselnya dan tidak bisa tidak mengerutkan keningnya setelah melihat nomor siapa yang menghubunginya. Seketika wajah Aulia yang sebelumnya cerah segera menjadi gelap. Ia segera menekan tombol tolak dan melanjutkan perjalanannya. Ia menghela napas kasar mencoba menyingkirkan pemikiran negatif yang tiba-tiba saja muncul di kepalanya. Tidak terasa mata Aulia menjadi sedikit berair, sementara ia sendiri tidak menyadarinya. Secara reflek, ia juga mempercepat langkahnya sehingga jika dilihat orang luar akan seperti orang yang berjalan terburu-buru dengan mata yang hanya berfokus pada ponsel di hadapannya.
Ponselnya kembali berdering setelah beberapa menit dan mau tak mau Aulia mengklik tombol menutup panggilan kembali sambil terus berjalan. Kejadian tersebut terus berulang beberapa kali karena Aulia terus mendapatkan panggilan telepon dari orang yang sama. Kini, mata Aulia telah basah dan tangannya secara otomatis akan menyapu wajahnya yang basah dengan permukaan tangannya yang kering. Namun, air mata Aulia tampak seperti tidak akan ada habis-habisnya.
Konsentrasi Aulia juga menjadi terpecah karena orang yang menghubunginya itu sangat menganggu. Dan ekspresi wajah Aulia semakin menjadi tidak terkontrol. Namun Aulia tetap berupaya untuk menahan rasa sedihnya walaupun terasa sangat mustahil dengan air mata yang mengalir deras sedari tadi. Akibatnya, Aulia bahkan tidak bisa terpikir untuk mematikan ponselnya melalui tombol daya alih-alih terus mematikan panggilan berkali-kali yang seperti tidak ada akhirnya. Ia terus menolak panggilan sambil terus berjalan lurus tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Tidak lama sebuah suara teriakan mengalihkan perhatian Aulia,
"AHHHH! Awasss!" Teriak seorang wanita dari seberang jalan.
Aulia segera mendongak dan melihat sebuah mobil kap melintas dengan kecepatan tinggi di depannya. Sontak, manik Aulia segera membesar dan degup jantungnya berdebar dengan sangat kencang. Aulia merasakan rasa takut terbesar dari dalam dirinya. Dan ketika ia melihat jarak antara dirinya dengan mobil sangat dekat, kaki Aulia seketika terkena freeze dan ponsel yang berada digenggamannya segera terjatuh.
"Tidak. Saya tidak boleh mati," ucap Aulia di dalam hati. Namun jarak antara mobil dengan dirinya terlalu dekat membuatnya tidak bisa untuk tidak menutup matanya. Ia kemudian juga mengatur kedua tangannya untuk melindungi kepalanya. Aulia sendiri sudah dalam posisi tidak memungkinkam untuk keluar dari kekacauan karena jarak yang terlampau dekat. Aulia mau tidak mau pasrah terhadap kemungkinan terburuk yang mungkin akan terjadi kepadanya.
Namun tiba-tiba saja, sebuah tangan menarik Aulia dengan sangat cepat dan membuat tubuhnya terdorong ke belakang, mengakibatkan Aulia spontan terjatuh dengan menimpa penyelamatnya tanpa sengaja.
"APAA??" teriak Aulia reflek. Napasnya masih tersengal-sengal dan ia membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sendiri sebelum ia akhirnya tersadar akan situasi yang baru saja ia hadapi.
Walaupun mereka berakhir dengan berguling di trotoar bersama luka-luka ringan, keduanya, baik Aulia maupun sang penyelamat, dapat dikatakan aman dari kecelakaan yang hampir saja mengenai mereka. Aulia menghela napas lega dan meneteskan air matanya sebagai wujud syukur yang tak terhingga dan kemudian bergegas untuk duduk. Aulia memalingkan tubuhnya ke belakang punggungnya dan melihat penyelamatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjahat Yang Membalas Dendam
Teen FictionAdrian cukup beruntung untuk kembali ke masa lalu setelah kematiannya yang menggenaskan melawan musuh bebuyutannya. Adrian yakin bahwa dia pasti bisa menjatuhkan musuhnya itu setelah hidup dan melewati kematian sekali. Namun, yang tidak Adrian sangk...