17

416 119 15
                                    


"Sekarang ada apa lagi, Adrian?" tanya Henri kepada Adrian yang datang ke ruangan kerjanya belum lama ini. Henri sebelumnya  tengah sibuk dengan dokumennya namun tiba-tiba saja diinterupsi oleh sang anak.

"Demi Tuhan, ini sudah malam? Apa anda membuat masalah lagi?" tanya Henri yang dibalas gelengan oleh Adrian. Ia menghela napas lelah seolah tidak percaya.

"Oh, ayolah ayah. Saya kesini hanya untuk meminta coach olahraga?" ucap Adrian dengan nada sedikit kesal. Ia merasa Henri akan mengusirnya jika tidak segera mengaku.

"Anda bisa mengurusnya sendiri," jawab Henri tanpa menatap Adrian. Dia tengah fokus dengan dokumen di depannya. Henri kemudian menaikkan gagang kacamatanya yang melorot akibat terlalu menunduk.

"Saya tidak membutuhkan sembarang coach. Saya menginginkan Sir Mohammad Elliot sebagai coach saya,"jawab Henri.

"And- Eh? Apa???" tanya Henri yang menatap anaknya tidak percaya.

"Apa anda baru saja mengungkit Elliot? Anda harus tahu saya dan dia tidak dalam hubungan baik,"

"Ah... begitukah? Kenapa? Apa yang terjadi ayah?"

"Apa maksudmu apa yang terjadi? Bukan urusan anda. Okay, jika tidak ada lagi yang ingin anda sampaikan, tolong keluar. Anda benar-benar mengacaukan saya," usir Henri kepada Adrian.

Adrian yang melihat ekspresi ayahnya yang merasa terganggu tidak bisa tidak patuh. Ia kemudian menyeret bokongnya untuk meninggalkan ruangan ayahnya.

Adrian kemudian kembali ke kamarnya. Sesampainya disana, Adrian langsung mendudukan dirinya di kursi belajar. Di hadapannya terdapat checklist rencana yang sedang dia lakukan. Adrian menghela napasnya kasar dan kemudian mencoret nama Mohammad Elliot dari listnya. Ia kemudian melihat daftar nama kedua dan tidak bisa mengerutkan keningnya.

"Ah.. Apa yang harus saya lakukan? Di ingatan saya, Jack seharusnya sudah mendapatkan pembelajaran bela diri dari Tuan Muramada. Dia adalah ahli bela diri yang cukup terkenal di Bandung. Dan dari pencarian saya, Tuan Muramada memiliki riwayat kekalahan dengan dua orang. Satu diantaranya merupakan ahli bela diri sekaligus penembak jitu terkenal, Muhammad Elliot dan satu lagi bernama Remidian. Muhammad Elliot adalah kegagalan karena dia adalah musuh ayah saya, dan sekarang harapan saya hanya pada Remidian."

"Baik. Mari mencari tahu siapa Remidian ini... Tidak mungkin tidak ada satupun informasi tentangnya kan?" gumam Adrian dengan senyum yang dipaksakan.

45 menit kemudian.

"Apa yang sedang saya lakukan? Bagaimana bisa tidak ada sedikitpun informasi tentang Remidian selain bahwa dia adalah ahli bela diri. Dia tidak memiliki sekolah bela diri, tidak memiliki keluarga, dan bahkan tidak ada yang tahu dimana dia tinggal saat ini. Sial apa orang ini pertapa atau apapun itu? Sangat mustahil untuk saya mencari orang seperti ini," ungkap Adrian frustasi. Ia hanya bisa melempar tabletnya ke kasur secara sembarangan. 

"Hah, lupakan saja! Saya tidak sedang terburu-buru!" kata Adrian masih dengan raut yang kesal. Ia berangkat dari kasurnya dan kemudian mencuci mukanya. Ia kemudian melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan pergi kembali ke meja belajaranya.

"Saatnya belajar giat di malam hari! Huh, ini akan berat. Fisika. Apa saya masih mengingat pelajaran-pelajaran ini ya," gumam Adrian sambil membuka buku-bukunya. Setelah membaca sedikit, Adrian kemudian menghidupkan laptopnya dan menuju website pembelajaran langganannya belum lama ini. Ia telah menghabiskan sepanjang waktunya sehabis bersekolah hari ini hanya untuk belajar tanpa henti. Adrian tampak sangat serius dengan apa yang ada di hadapannya. 

Sementara di tempat lain, di sebuah toko buku,

"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang gadis kepada remaja laki-laki di hadapannya. Remaja laki-laki tersebut langsung mengalihkan pandangannya dari buku-buku di depannya ke gadis seumurannya itu.

"Saya sedang mencari buku latihan soal karya Meiden, dkk. Apa kalian memilikinya?" tanya Jack kepada gadis bernametag "Aulia".

Gadis itu mengangguk, "Kami punya beberapa stok. Apa anda bersedia menunggu?"

"Ya. Saya bisa menunggu," balas Jack dengan sopan. Ia kemudian menuruti gadis tersebut menuju ke tempat pengambilan buku,

"Eh?? Anda bisa menunggu di kasir. Tidak perlu mengekori saya. Saya akan membawakannya nanti langsung ke kasir," kata Aulia dengan senyum ramah di wajahnya. Ia sempat terkejut dengan perilaku Jack namun tidak segera mengambil hati atas apapun yang terjadi.

Jack pun mengangguk dan segera bergerak ke arah berlawanan dari Aulia. Tak berapa lama buku yang diinginkan Jack pun sampai dan ia segera membayarnya. Ia kemudian pergi meninggalkan toko buku. Namun alih-alih kembali ke rumahnya, Jack memilih pergi ke minimarket di depan toko buku dan nongkrong disana hingga jam menunjukkan pukul 10 dan toko buku akan segera tutup.

Jack tidak sengaja melihat gadis bernama Aulia dan temannya mulai meninggalkan toko buku sesaat dia akan meninggalkan minimarket bersama beberapa belanjaannya. Jack kemudian mengetahui bahwa, Aulia dan temannya pun tak lama berpisah karena berbeda jalur pulang. Sementara Jack tampak berada di jalur yang sama dengan Aulia. Mereka pun berjalan beiringan namun sedikit jauh hingga sampai pada kawasan penyeberangan. Adapun untuk tujuan mereka, mereka memang memiliki tujuan yang sama-sama ingin menuju halte di persimpangan jalan.

Tiba-tiba saja sebuah suara wanita berteriak dari arah depan mereka,

"AHHHH! Awasss!"

"APAA??" 


***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang