9

475 162 55
                                    

Bu Sukma memerhatikam pergerakan Rowen melalui CCTV. Dari rekaman, terlihat Adrian yang berjalan beriringan bersama dengan Rowen. Lebih lanjut, di rekaman itu, Bu Sukma tidak bisa tidak terenyuh melihat tangisan Rowen yang berjalan di belakang Adrian dengan patuh.

Adrian yang melihat gambaran ini sontak tercengang. Ia cukup terkejut namun segera membuat alasan ke Bu Sukma sebelum dia benar-benar dinyatakan bersalah.

"Bu saya mohon ibu percaya sama saya. Saya gatau kenapa Rowen bisa menangis seperti itu. Saya tidak melakukan hal-hal yang disebutkan teman di sebelah saya ini Bu. Saya bisa bersumpah!" ucap Adrian dengan postur yang meyakinkan dan tidak panik sedikitpun. Bu Sukma hanya bisa mengernyit kebingungan menanggapi hal ini. Di kepala Bu Sukma, ia bertanya-tanya mengapa Adrian bisa seyakin ini setelah bukti CCTV ditampilkan.

"Adrian. Saya melihat kalian datang dari arah gudang bersamaan. Apa yang kalian lakukan disana? Seperti yang anda lihat... tidak ada siapapun yang pergi dan kembali dari arah gudang selain kalian berdua."tanya Bu Sukma dengan mendetail.

Kini dikepalanya, jelas Adrian merupakan seorang tersangka pembullyan, dan selama dia tidak cukup mampu untuk menjelaskan kehadirannya disana, maka hanya ada hukuman yang menanti Adrian. Apalagi dengan ketidakkooperatifan yang dia lakukan, hukuman Adrian bisa lebih berat lagi.

"Bu, saya sudah menjelaskan kepada Ibu bahwa semua itu kebetulan. Saya hanya kebetulan bertemu Rowen disana. Mengapa ibu tidak memanggil Rowen kesini? Saya yakin dia akan menjelaskan semuanya," ucap Adrian.

Jack segera masuk setelah mendengar kata 'Rowen' disebutkan. Menurut Jack, kecil kemungkinan Rowen untuk tidak membela Adrian yang merupakan pembullynya. Jack mengingat kembali bagaimana Rowen dulu membela Heseol, yang merupakan pembullynya saat itu. Walaupun ada perubahan dan yang membully Rowen bukan lagi Heseol tetapi Adrian, sikap dan temperamen Rowen tentu masih akan sama seperti masa lalu sebelum dia mengenal Jack. Hal ini jelas tidak bisa diterima oleh Jack. Ia pun pergi menginterupsi percakapan Bu Sukma dan Adrian.

"Jangan Bu Sukma! Anak ini sudah pasti pernah melakukan hal ini sebelumnya. Ibu bisa melihat dari kepercayaan dirinya yang tinggi. Saya yakin Rowen tidak akan mengaku kalau itu dia! Ibu bisa melihat CCTV nya, dia jelas menghajar Rowen di gudang itu."

"Mengapa delusi anda sangat kuat?? Saya tidak mengerti dengan jalan pikiran anda! Jika kalian terus menuduh saya, mengapa tidak pergi ke gudang dan melihat apakah akan ada bekas kekacauan disana? Saya tidak takut! Saya tidak salah," potong Adrian langsung membela dirinya kembali.

Kali ini ia bahkan menatap manik Jack lekat-lekat. Ia merasa protagonis kali ini bertingkah diluar skenario dan hal itu membuatnya bertanya-tanya mengapa. Ia sangat marah, namun tidak bisa mengekspresikan dirinya dengan baik karena harus menjaga temperamennya di depan publik. Ia kembali menatap Bu Sukma yang tampak nemiliki kesimpulan di kepalanya.

"Adrian saya pikir anda bersalah disini." ucap Bu Sukma dengan raut wajah kecewa. "Walaupun saya tidak bisa membuktikan kebersalahan anda dengan bukti konkrit. Saya baru saja menerima sms dari Pak Kribo, staff gudang kita dan dia menyebutkan bahwa dia melihat dua siswa pergi keluar dari area daur ulang tepat setelah dia menyelesaikan makan siangnya,"

"Dan satu lagi. Saya tahu riwayat anda di kelas satu. Ini bukan pertama kalinya saya mendapat keluhan tentang anda yang bertingkah usil dan terlalu kekanak-kanakan. Tapi untuk anda bisa sampai memukul orang lain dan masih mendelik? Adrian ... saya rasa saya perlu menghubungi wali anda untuk mendiskusikan hal ini. Ini tidak bisa lagi disebut sebagai kenakalan remaja biasa," ucap Bu Sukma yang membuat wajah Adrian jatuh.

"Bu Say-"

"Bu sudah langsung telepon saja orang tuanya. Dengan begitu mereka bisa mengetahui bagaimana sikap anak mereka di sekolah" potong Jack yang sontak membuat wajah Adrian menggelap. Ia menatap Jack dan segera membalas perkataannya,

"Apa Rowen satu-satunya yang dipukul disini! Anda juga memukul saya dan itu dapat dikategorikan kekerasan di sekolah. Bu Sukma anda juga harus memanggil orangtuanya! Biar mereka melihat tingkah anak mereka yang baru masuk dan sudah membuat keributan,"

"Anda yang membuat keributan terlebih dahulu! Jika anda tidak membully orang lain lebih awal maka saya tidak akan pernah memukul anda. Anda yang idiot!" jawab Jack dengan kesal. Kedua tangannya sedari tadi menunjuk-nunjuk muka Adrian dengan wajah yang menghina.

Buk Sukma yang melihat pemandangan ini ingin meleerai namun segera terhenti oleh suara ketukan pintu

Tok .. Tok ... (suara ketukan pintu)

"Silahkan masuk," ucap Bu Sukma. Ia kemudian melihat Bu Miranda yang datang kembali dengan membawa seorang siswa dengan wajah membiru yang dipastikan merupakan anak yang menangis di video CCTVnya.

"Bu Sukma, maaf saya harus menganggu." ucap Bu Miranda. Ia kemudian melirik ke kedua remaja tanggung yang satunya tampak kesal sementara yang lain tetap datar tanpa emosi.

"Kalian berdua tolong tunggu diluar sebentar!" ucap Bu Miranda yang membuat Bu Sukma menaikkan kedua alisnya kebingungan. Namun karena dia mengenal Bu miranda, Bu Sukma pun mengiyakan permintaan tersebut dan menyuruh keduanya untuk menunggu di luar dan jangan pergi kemanapun.

Jack yang melihat Rowen, segera tersenyum kepadanya dan dengan bangga melangkah keluar seolah dirinya sudah berhasil menyelesaikan misinya untuk menyelamatkan sahabatnya itu. Ia sangat yakin, Rowen akan mengaku pada akhirnya setelah dibujuk oleh banyak orang. Karena bagaimanapun Rowen sangat mengiginkan kebebasan dirinya dari pembullyan baik itu dimasa lalu ataupun sekarang. Ia pada akhirnya akan berterimakasih kepada Jack dan menjadi sahabatnya seperti di masa lalu.

"Apa yang anda lihat?! Kebenaran selalu menemui jalannya kau tahu?" ucap Jack. Adrian tidak menanggapi dan hanya berlalu melewatinya. Ia merasa dia hanya akan semakin tersulut emosi jika terus beradu kata-kata dengan Jack. Dia duduk di kursi tunggu dan bersandar sambil menutup kedua matanya.

"Jika dia mengatakan hal yang tidak-tidak. Apa rencana saya selanjutnya? Apa yang harus saya lakukan? Saya tidak boleh diskors! Ayo Adrian! Pikirkan sesuatu!" kata Adrian pada dirinya sendiri di dalam hati. Ia cukup yakin, Rowen akan membelanya tapi melihat reaksi pengecutnya di kelas membuat Adrian jengkel. Ia takut orang itu sama sekali tidak memakan kebaikannya dan meludahinya dengan buruk.

Adrian dan Jack menunggu cukup lama di luar sementara mereka sama sekali tidak bisa mendengarkan pembicaraan apapun. Baik Jack dan Adrian berpikir, bahwa Rowen pasti dibawa ke ruang kantor Bu Sukma yang berada di dalam ruang bimbingan konseling.

"Hah, sampai kapan ini akan terus berlangsung," ucap Jack bosan. Ia berhenti memainkan ponselnya setelah setengah jam menunggu dan melirik Adrian yang tampak melamun. Namun belum juga ia ingin menyindir musuh bebuyutannya, ia mendengar lanhkah kaki dari beberapa orang. Jack mendongakkan kepalanya dan terkejut dengan apa yang dia lihat.

"Kakak, mengapa kakak ada disini?"tanya Jack dengan linglung.

Adrian yang mendengar suara Jack segera menutup matanya. Ia sedang menahan kesal karena menurutnya suara Jack sangat menyebalkan untuk didengar selain volumenya yang memekakkan telinga dan membuat jantungan. Adrian berbisik di dalam hatinya, "Apa yang sedang terjadi?" ungkapnya di tengah kebingungan Jack.

Ketika ia membuka matanya dan melirik ke samping, ia menemukan sebuah pemadangan yang membuka pikirannya,

"Bagaimana bisa dia..?" gumam Adrian dan ia langsung melirik Jack, "Kakak?" kata Adrian dengan mulut yang terbuka dan kedua alis yang bertaut. Ia sama sekali tidak mempercayai apa yang dia lihat.


***







Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang