Jack memakan udangnya dengan terpaksa. Hal tersebut membuat Adrian tertawa terbahak-bahak di kepalanya. Dia sama sekali tidak menyangka, Jack ternyata adalah seseorang yang begitu menjaga citra diri.
"Bodoh." pikir Adrian.
Dia kemudian berbalik melihat Clarissa yang balas menatapnya dengan senyum yang tidak pernah pudar sejak mereka bertemu. Adrian tidak memiliki niat untuk balas tersenyum ke Clarissa karena menurutnya Clarissa bukan tipe orang yang akan tergugah dengan kebaikan orang lain.
Adrian kembali melirik Jack dan sebuah ingatan novel terlintas di kepalanya.
Di ruangan makan, keluarga Shulie.
"Dasar payah, lemah! Ini sebabnya kamu adalah anak yang tidak bisa dibanggakan!" teriak seorang wanita dengan marah kepada seorang anak kecil di hadapannya.
Anak itu adalah Jack yang diperkirakan masih berusia 9 tahun.
Di masa itu, Jack mengalami fase inferior kompleks yang buruk. Selalu dibandingkan dengan kedua kakak laki-lakinya yang pintar membuat Jack merasa rendah diri. Apalagi dengan kenyataan bahwa keduanya lebih sehat daripada Jack membuatnya semakin merasa rendah diri.
Jack melihat sup nya yang berisikan kentang, jamur, dan udang dengan pandangan sedih tetapi kemudian tetap memakannya. Ibu Jack selalu menghidangkan makanan ini setiap hari terutama karena kakak laki-laki pertamanya menyukai sup ini. Tetapi beliau juga tahu, kalau Jack tidak pernah bisa memakan udang tersebut.
Jack mungkin terlihat seperti sedang memakan supnya dengan hati-hati tetapi dia diam-diam selalu berusaha untuk menepikan udang ke pinggiran piring dan kemudian dengan tangan kecilnya menangkup udang tersebut dan menyimpannya di dalam kantung celananya. Dia sengaja melakukan itu untuk menghindari reaksi alergi yang pasti akan dia derita.
"Ibu tidak peduli. Tetapi saya peduli dengan diri saya,"pikir Jack sambil memakan makanannya dengan lahap.
Setelah selesai makan, semua anak kembali ke ruangannya, kecuali sang ibu.
Dia memperhatikan setiap piring yang dipindahkan oleh maidnya ke troli. Dan ketika dia melihat piring Jack yang supnya kosong membuat wanita tersebut tersenyum.
"Sepertinya diagnosis tersebut tidak lagi berlaku. Syukurlah!"
Dan sejak saat itu, Jack selalu menyembunyikan fakta tentang alerginya dan semua orang termasuk Jack mulai menerima hal tersebut sebagai diagnosis yang salah.
Adrian kembali tersadar dari lamunannya dan matanya masih melihat ke arah Jack yang dengan hati-hati memotong udangnya menjadi beberapa bagian dan mulai mencapurkannya ke dalam sesendok nasi.
Adrian melihat Jack memakannya dan kemudian,
"Apa?" tanya Jack yang menyadari kehadiran mata yang meliriknya terus menerus. Dia menatap Adrian dengan tatapan yang masih menyiratkan ketidaksukaan. Namun, Adrian tidak mengindahkannya. Alih-alih begitu, dia merasakan konflik batin tidak jelas sekarang. Dia mengingat moment Jack yang kesakitan di ingatan yang datang kepadanya barusan.
Tetapi, Adrian enggan mengakuinya.
"Tidak ada." ucap Adrian dengan datar.
"Lihat. Begitulah yang harus anda lakukan, jika anda benar-benar tulus," ucap Clarissa yang mendapat tatapan tidak suka dari Adrian.
"Oh, kamu kenapa? Apa aku salah berbicara?" tanya Clarissa kepada Adrian dengan tatapan polosnya.
"Tidak ada. Hanya saja, tidakkah hal ini lucu ... menganggap ... kamu bisa mengukur ketulusan seseorang hanya berdasarkan apakah dia memakannya atau tidak," gumam Adrian yang membuat Clarissa dan yang lainnya tersentak.
Rowen mendongak, melihat ke arah Adrian, dan mulutnya ikut menyuarakan keberpihakannya.
"Anda benar Adrian," ucap Rowen yang membuat Amber tertawa.
"Hahaha ... "
"Huh, kenapa kamu tertawa?" tanya Ruben yang memikirkan bahwa etiket menerima makanan adalah sesuatu yang harus dihargai dengan benar dan menurutnya dalam hal ini Clarissa sudah cukup benar.
"Hmm, cukup fair. Saya juga merasa ide ini bodoh apalagi Jack sudah mengatakan kalau dia membencinya," ucap Alicia yang membuat Clarissa merasa sedikit terpojok.
Clarissa kemudian berbalik menghadap Adrian,
"Mengapa kamu melakukan ini?" tanyanya dengan nada yang cukup sedih.
"Saya tidak berharap membuat anda merasa buruk. Hanya saja, saya memang berniat berbaikan dengan Jack. Dan jika dia mengatakan dia tidak menginginkan makanannya, maka tidak perlu memaksanya. Selama dia bersedia berbaikan dengan saya, saya baik-baik saja," ucap Adrian sambil melirik Jack yang kini menatapnya dengan tatapan bingung.
Adapun untuk Adrian, dia berhasil melirik lingkaran leher Jack yang nampak kemerahan akibat reaksi alergi. Hal tersebut membuatnya tersenyum dengan puas.
"Huh, kamu masih sangat menyebalkan," gumam Jack yang hanya bisa didengar oleh Adrian.
Adrian mengacuhkan perkataannya dan mulai kembali memakan makanannya dengan tenang. Dia bukannya bodoh sehingga tidak menyadari tujuan Clarissa membantunya. Lebih tepatnya, dia tidak ingin terlibat dengan protagonis ini lebih jauh selain untuk membantunya mengurangi poin protagonis.
Lebih lanjut, bukankah tujuannya jadi tercapai?
Rowen mengakui argumentasinya.
Itu yang terpenting.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjahat Yang Membalas Dendam
Teen FictionAdrian cukup beruntung untuk kembali ke masa lalu setelah kematiannya yang menggenaskan melawan musuh bebuyutannya. Adrian yakin bahwa dia pasti bisa menjatuhkan musuhnya itu setelah hidup dan melewati kematian sekali. Namun, yang tidak Adrian sangk...