23

311 86 9
                                    

Bel istirahat berbunyi. Adrian hendak merapikan peralatan sekolahnya tetapi dihalangi oleh penampilan sosok yang dengan cepat menarik atensinya. Adrian mendongak, dan melihat Rowen berdiri persis di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Adrian, straight to the point.

Rowen yang gelagapan menjadi semakin gugup dan tak mampu berkata-kata.

Adrian yang melihat penampilan itu sama sekali tidak tertarik dan pada akhirnya pergi meninggalkan Rowen sendirian.

"Tunggu!" teriak Rowen pada akhirnya. Namun, Adrian telah pergi  dan sama sekali tidak mendengar kata-katanya.

Rowen berusaha mengejar Adrian, namun tidak berhasil menemukannya.

"Dimana Adrian?" gumam Rowen dengan raut wajah was-was. Ia memperhatikan koridor di sekitarnya tetapi tidak melihat sosok Adrian disana. Rowen kemudian pergi menuju kantin, merasa Adrian mungkin saja ada disana.

Sementara itu, orang yang dia cari tengah bersembunyi tepat di belakangnya.

Ya, Adrian pergi menuju kelas di sebelahnya dan bersembunyi di balik pintu.

"Ya ampun hampir saja, dia menemukan saya. Untung saya sedikit lebih cepat," ungkap Adrian di dalam hatinya. Ia memang sengaja menghindari Rowen.

Ia kemudian keluar darisana setelah Rowen dipastikan pergi dan tiba-tiba saja ditemukan oleh Bobby.

"Oh! Apa yang anda lakukan disini?" tanya Bobby sambil melirik bagian belakang pintu, tempat Adrian barusaja keluar. 

Adrian hanya menggeleng dan mengeluarkan secarik kertas yang selanjutnya ia berikan kepada Bobby.

"Tolong, sampaikan ini kepada Boss anda," ucap Adrian

"Kertas apa ini?"tanya Bobby bingung.

"Itu alamat IP. Serahkan saja kepada Boss dan anda mungkin akan diberitahu untuk apa itu," jelas Adrian yang dibalas anggukan mengerti oleh Bobby. Remaja lelaki itu kemudian menyimpan secarik kertas itu di saku cardigannya.

"Oke saya keluar dulu," lanjut Adrian yang langsung pergi begitu saja. Bobby pun mengiyakan hal tersebut dan melambaikan tangannya kepada Adrian sebagai bentuk perpisahan.

Namun di tengah jalan, Adrian yang tidak berhati-hati segera terjatuh karena dihadang oleh kaki orang lain. Adrian mendongak dan menemukan bahwa orang yang menghadangnya  tidak lain adalah Jack.

"Apa? Ingin marah?" tanya Jack dengan seringai yang nakal. Ia sengaja memancing kemarahan Adrian.

"Saya tidak mengerti mengapa dia tidak pergi membully Rowen. Tapi siapa peduli? Saya akan membuat sistem mengenalinya sebagai penjahat. Saya hanya perlu pengakuannya."pikir Jack sambil menatap Adrian dengan tatapan merendahkan.

"Huh? Apa yang anda lakukan?" tanya Adrian. Dia segera berdiri dan mendorong Jack ke sudut.

"Mengapa anda bertanya? Apa karena anda terlalu idiot sehingga tidak bisa menilai situasi? Ini cukup menyedihkan," ucap Jack yang kembali mendorong Adrian ke belakang.

Adrian segera melihat lingkungan sekitarnya yang sepi dan kemudian mendekati Jack.

"Apapun yang kini anda rencanakan. Sebaiknya hentikan!" bisik Adrian dengan suara yang mengancam. Jack pun tidak mengubris dan justru hanya menatap Jack dengan sengit. 

"Hei, dengar baik-baik. Karena saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya akan bertanya kepada anda. Apa anda dan Heseol masih merencanakan pembullyan terhadap Rowen? Maka jujur saja menurut saya lebih baik anda hentikan segera!" ungkap Rowen dengan melakukan penekanan disetiap kata-katanya. Adrian hanya menautkan kedua alisnya seolah tak mengerti apa yang orang di depannya ini sedang lakukan.

"Apa yang salah dengan orang ini?? Sejak kemarin dia selalu berhalusinasi bahwa saya terlibat dengan pembullyan Rowen," pikir Adrian sambil menatap Jack dengan keheranan.

"Baik. Terserah. Apapun yang anda pikirkan tentang saya adalah sepenuhnya hak anda. Tetapi saya akan memberitahu anda sekali lagi dan saya harap anda mendengarkan hal ini secara seksama karena saya tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari. Jack! Saya Adrian Mangkudewa, tidak pernah membully Rowen. Saya harap anda mengerti dan berhenti mengatakan kata-kata yang mudah disalahartikan oleh orang lain seperti ini," jawab Adrian yang tanpa menunggu balasan dari Jack langsung meninggalkannya begitu saja.

Jack yang mendengar kata-kata Adrian tidak bisa termenung sambil menghayati setiap perkataan Adrian. Jack mendongak dan menemukan punggung pria tersebut sudah menghilang dari pandangannya,

"Apa dunia ini berbeda dengan di masa lalu saya, ya? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?" tanya Jack pada dirinya sendiri.

Sementara itu, di belakang Jack tanpa ia sadari sudah ada Bobby yang sedari tadi menguping pembicaraan keduanya. Walaupun samar-samar, Bobby dapat mendengar nama Heseol dan Rowen disebutkan oleh anak baru di depannya. Bobby pun menyimpulkan pemikirannya sendiri dan segera memutuskan,

"Sepertinya, Heseol harus tahu hal ini." ucapnya sambil memperkirakan adegan yang akan disebabkan Heseol terhadap anak baru di depannya.

"Tidak peduli siapa anda. Jika anda menginginkan posisi penguasa di sekolah ini. Anda harus melangkahi mayat saya dulu," gumam Bobby dengan smirk di wajahnya.

Ia pun berbalik meninggalkan Jack sendirian di koridor itu.


***

  



Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang