Jack menyeringai di hatinya ketika menatap kepergian Adrian.
"Seharusnya saya mengertaknya dari awal,"gumam Jack yang menikmati perasaan superioritasnya.
Namun, di balik kesenangannya, Jack kembali menghela napas kasar saat menatap proyeksi misi yang harus diselesaikannya.
Ding!
Menjadi protagonis berarti menjadi seorang Jenius!
Segera selesaikan misi "menjadi nomor 1 di peringkat kelas dalam waktu 2 minggu!
Hadiah penyelesaian: 300 koin keberuntungan
Penalti jika tidak menyelesaikan: Kehilangan seluruh poin keberuntungan saat ini! (Berpotensi menjadi target bully di sekolah)
Jack mendengus ketika melihatnya dan merasa seluruh kepalanya berlubang.
"Saya sudah mencoba belajar, tapi semua hal sama sekali tidak semudah yang saya bayangkan. Hm, Apa yang harus saya lakukan? Saya hanya punya waktu 2 minggu hingga Evaluasi Satu dilakukan," gumam Jack yang saat ini kebingungan karena semua pelajaran yang dulu dia pelajari dengan baik menjadi terlupakan, terutama untuk ilmu sains dan matematika.
"Eh? Ka-kamu kenapa di-disini?" gumam Rowen yang membuyarkan semua isi pikiran Jack. Namun alih-alih kesal, Jack segera datang dengan senyum ramahnya dan memberitahu Rowen,
"Oh, anak itu (sambil menunjuk Adrian) menyuruh saya duduk disini," gumam Jack yang sengaja mengecilkan suaranya agar kebohongannya tidak terdengar oleh siapapun.
"Hm, tidak masalah kan .. jika saya duduk disini??" tanya Jack dengan memasang ekspresi menyedihkan. Ia khawatir Rowen tidak akan memakan kebohongannya.
Sontak, Rowen yang pada dasarnya tidak enakkan dan tidak tahu kapan seseorang berbohong, hanya menganggukan kepalanya dengan lemah kepada Jack dan diam-diam duduk di sebelahnya.
Walaupun sesungguhnya di lubuk hati Rowen, dia sedikit menyimpan ketidaksukaan kepada Jack. Namun, dia berusaha menyembunyikan hal tersebut sehingga Jack tidak mungkin untuk menyadarinya. Bagaimanapun Rowen tidak bisa melupakan kejadian dimana teman pertamanya, Adrian dipukul oleh Jack. Rowen sekarang berpikir bahwa Jack mungkin berpotensi untuk mempermainkannya seperti Heseol. Oleh sebab itu, dia perlu berhati-hati dalam sikap dan tutur katanya.
Tanpa mengetahui pikiran Rowen, Jack dengan santai mengajak Rowen berkenalan. Ia bahkan meminta nomor pribadi Rowen. Rowen pun seperti biasa hanya mengangguk dan menuruti keinginan Jack dengan pasrah.
Tak lama bel masuk pun berbunyi, dan semua siswa sudah hadir di dalam kelas masing-masing. Hari ini Bu Rani masuk ke kelas 12 IPA 2 sebagai guru Fisika mereka.
"Selamat pagi, semua!" sapanya kepada seluruh siswa yang kemudian dijawab selamat pagi kembali.
Bu Rani kemudian memperkenalkan dirinya dan juga meminta seluruh siswa untuk memperkenalkan diri di meja masing-masing. Setelah siswa terakhir memperkenalkan dirinya di depan umum, Bu Rani mulai masuk ke topik pembelajarannya. Sebelum itu dia berkata,
"Baiklah, cukup untuk perkenalannya. Sekarang, tolong tutup buku kalian karena ibu ingin menyerahkan beberapa lembar soal yang bisa digunakan untuk memperkirakan seberapa jauh pemahaman anda terhadap Fisika di semester lalu. Kita kemudian akan memperingkatkannya dan melihat siapa di antara kalian yang lebih unggul dan siapa yang membutuhkan kelas tambahan dari saya," ucap Bu Rani dengan suara yang tenang.
Adapun berbeda dengan Bu Rani, lingkungan di sekitar kelas menegang. Karena tidak ada satupun dari siswa yang mempersiapkan dirinya sama sekali. Situasi tersebut merupakan hal yang wajar, karena tidak ada satupun siswa yang suka diuji di saat dia tidak siap sama sekali. Namun inilah yang Bu Rani incar. Ia ingin memastikan kemampuan seluruh siswa secara jujur sehingga akan mudah untuknya untuk lebih memperhatikan pembelajaran siswa yang kurang pandai. Jika semua siap ujian maka diperkirakan semuanya akan memiliki skor yang kurang lebih sama. Mengingat sekolah ini, siswanya cukup kompetitif terhadap hal-hal yang berbau nilai.
Adrian tentu saja mengetahui hal ini dan oleh sebab itu dia mempersiapkan diri semalaman. Namun dia sendiri tidak cukup yakin. Hal tersebut karena ingatan masa lalunya yang tampaknya memudar setelah 10 tahun tidak pernah bersekolah lagi. Namun ketika Adrian melirik Jack, dia mau tak mau membangun semangat juang yang tinggi.
"Saya harus menyingkirkan Jack dari urutan pertama, tidak peduli apapun yang terjadi," gumam Adrian pada dirinya sendiri.
"Saya pasti bisa!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjahat Yang Membalas Dendam
Teen FictionAdrian cukup beruntung untuk kembali ke masa lalu setelah kematiannya yang menggenaskan melawan musuh bebuyutannya. Adrian yakin bahwa dia pasti bisa menjatuhkan musuhnya itu setelah hidup dan melewati kematian sekali. Namun, yang tidak Adrian sangk...