Adrian melirik remaja laki-laki seusianya yang tidak lain adalah Romeo.
Adrian jelas mengetahui pemuda tersebut.
Penampilannya yang sensual, di acara keluarga membuatnya sangat mencolok.
Namun, yang tidak Adrian ketahui adalah bahwasanya Romeo, mungkin adalah sepupu jauhnya?
"Mengapa saya tidak pernah tahu kalau dia adalah bagian dari keluarga?" tanya Adrian di dalam hatinya.
Romeo menoleh, menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikannya.
Itu adalah Adrian.
Pemuda gila yang belakangan ini menganggu kehidupan Jack.
"Apa dia mengenal saya?" pikir Romeo sambil menaikkan sudut mulutnya sebagai bentuk keramah-tamahan.
Adrian yang bingung, dengan penampilan datarnya, segera menyesuaikan keramahan Romeo dan balik membalasnya.
Walaupun begitu kecanggunggan masih bisa terlihat dengan jelas.
Terutama oleh Heseol.
"Apa ini? Dia tidak mengenali saudaranya sendiri? Bahkan jika mereka tidak tinggal di tempat yang sama, bukankah aneh untuk tidak mengenali sepupu anda sendiri?" pikir Heseol sambil melihat keduanya dengan ekspresi tenang.
"Dia tidak mengenaliku," pikir Romeo, sambil melihat ke arah Adrian. Dia senang. Pemuda itu memang lebih baik tidak perlu mengenalnya.
Dia kemudian mendekati keduanya dan mengajak ngobrol mereka. Dia sedikit bertanya-tanya tentang kehidupan sekolahnya.
Adrian dan Heseol membalas tanpa ragu, terutama Heseol.
Sementara, Adrian terus menahan dirinya untuk tidak mengungkapkan informasi apapun. Dan teruntuk Heseol, Adrian terus berusaha untuk mengarahkan percakapan mereka agar tetap seaman mungkin.
Karena Romeo di ingatannya adalah salah satu teman protagonis.
Tetapi, Heseol tetap menjadi Heseol.
Seseorang yang bangga dan mulai menceritakan bagaimana dirinya memandang rendah teman-teman di sekolahnya.
Reaksi Romeo?
Dia hanya tersenyum dan banyak mengiyakan perkataan Heseol, yang tentu saja membuat Adrian merinding.
Mengerikan. Bagaimana orang jahat ini menyetujui tindakan penjahat, Heseol.
"DIa membenci setiap tindakan kejahatan di sekolah."
"Heseol anda sebaiknya diam!" ucap Adrian di dalam benaknya sambil memberi intruksi berhenti kepada Heseol dengan matanya.
Heseol melihat hal tersebut dan karena dia sama sekali tidak mengerti, langsung mempertanyakan hal tersebut ke muka Adrian langsung di hadapan Romeo.
"Oh, Adrian! Saya berencana untuk merekrutnya! Bukankah baik untuk saling menjaga dan terlebih ini juga bisnis yang menjanjikan," ucap Heseol yang langsung membuat denyut jantung Adrian berhenti.
"Orang gila ini!" teriak Adrian di dalam hatinya. Sementara mulutnya mau tak mau langsung mencari kata-kata yang sesuai untuk menangapi keduanya.
Bagaimanapun Adrian tidak boleh terlihat begitu inferior di tengah keduanya.
"Sial! saya benar-benar terbawa kehidupan masa lalu. Romeo. Dia berbahaya. Membuat saya ingin selalu berhati-hati dengannya. Dan di kehidupan ini pun juga. Tetapi saya harus menghancurkannya tidak peduli apapun caranya!" tekad Adrian di dalam hatinya.
"Heseol, daripada merekrutku. Tidakkah anda harus berpikir tentang sekolah mana yang akan anda tuju selanjutnya?" tanya Adrian. Langsung menarik garis. Menganti topik.
"Oh! Memang apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Romeo yang dibalas anggukan oleh Romeo.
"Saya dikeluarkan karena tuduhan palsu."jawab Heseol datar.
"Pantatku!" teriak Adrian di kepalanya atas jawaban tidak masuk akal Heseol. Bagaimana mungkin yang terjadi kemarin adalah tuduhan palsu.
"Oleh sebab itu, ayahku akan menuntut beberapa orang yang terlibat."
"Oh, siapa yang menyebarkan tuduhan palsu kepada anda?" tanya Romeo dengan ekspresi sedikit penasaran.
"Jangan sebut nama Rowen! Aku bersump-" sungut Adrian yang duduk di samping Heseol.
Adrian benar-benar berusaha keras menjaga composurenya untuk tetap tenang.
Tetapi, setiap perkataan sampah yang keluar dari mulut Heseol membuatnya semakin naik darah. Dia hanya bisa berbicara buruk terkait Heseol di kepalanya.
Yang jelas tidak sepadan.
"Seseorang anak baru di sekolah. Teman saya bilang dia menyimpan dendam terhadap salah satu anggota kami." jawab Heseol akhirnya.
"Apa dia dari Bandung? Maksudku, aku bisa saja mengurusnya untukmu," kata Romeo yang benar-benar nampak tertarik pada cerita bagaimana melakukan playing-victim Heseol.
Dia tampaknya tahu apa yang terjadi di balik layar. Namun, sama sekali tidak berniat membuka kebohongan Heseol.
Yang membuat Adrian semakin kempis.
Ingin keluar dari percakapan di antara keduanya.
"Dari semua teman protagonis, mengapa harus dia?" rutuk Adrian. Mengomel di dalam hatinya.
"Ah! Benar juga!!" teriak Heseol sambil melihat Romeo dengan mata yang berbinar. Menurutnya Romeo adalah kandidat yang sempurna untuk mencari tahu kelompok apa yang berada di belakang Jack Shulie.
Dia senang.
Dia baru saja akan mengungkapkan nama anak menyebalkan yang menjebaknya, tetapi Adrian menghalangi.
"Kamu belum memberitahuku siapa ayah dan ibumu?" tanya Adrian yang membuat Heseol sedikit terganggu. Adrian tidak mempedulikan ekspresi Heseol dan terus melanjutkan obrolannya dengan sepupunya.
Kali ini, dia kembali menganti topiknya.
"Uh ... Ah!" ucap Romeo canggung, "Kita belum pernah saling berjumpa, ya?"
Ucapnya yang dihadiahi anggukan setuju oleh Adrian.
"Tunggu, aku belum mengatakan nama bajingan itu! Mengapa topiknya akan berubah lagi sekarang?" pikir Heseol.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjahat Yang Membalas Dendam
Teen FictionAdrian cukup beruntung untuk kembali ke masa lalu setelah kematiannya yang menggenaskan melawan musuh bebuyutannya. Adrian yakin bahwa dia pasti bisa menjatuhkan musuhnya itu setelah hidup dan melewati kematian sekali. Namun, yang tidak Adrian sangk...