Jack akhirnya berhasil mengutarakan solusi yang ingin dia sampaikan kepada Arthur dan Arthur pun sangat menyambut bantuan pikiran yang diberikan oleh Jack.
"Anda tahu soal ini dari siapa?" tanya Arthur dengan perasaan berat hati. Dia masih tidak percaya bahwa Jack bisa sebegitu tahu tentang dirinya sendiri, padahal mereka baru bertemu hari ini!
Jack kemudian mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan Arthur sebuah gambar yang memperlihatkan tiga kepala, dua perempuan dan satu laki-laki disana. Gambar tersebut sudah cukup tua dan gambar yang ditampilkan merupakan versi hitam dan putih.
Disana sepasang pemuda pemudi tengah duduk berdua sambil memamerkan segelas champagne yang masing-masing mereka pegang. Kemudian di belakang keduanya, terlihat seorang perempuan muda yang merangkul keduanya dengan senyum yang serasi dengan keduanya.
"Anda bisa melihat disana. Ketiga orang itu ... saya tidak tahu apakah anda mengetahuinya ... Tetapi Ibu saya dan kedua orang tua anda merupakan sahabat yang sangat dekat. Ibu saya cukup banyak bercerita tentang anda dan keluarga anda kepada saya.
Sayangnya kami dipisahkan oleh tempat tinggal yang berbeda dan kesibukan orang tua saya yang sangat pelik akibat kondisi keuangan keluarga besar yang terus memburuk sehingga orangtua saya menjadi tidak memiliki kesempatan untuk memperkenalkan saya dengan anda ...
Walaupun begitu ibu anda sering mengunjungi ibu saya jika dia ke Bandung untuk tujuan perjalanan bisnis. Itu juga yang membuat saya merasa harus mengatakan ini kepada anda ...," ucap Jack dengan wajah yang menunjukkan rasa pengertian yang dalam.
Arthur yang baru mengetahui informasi ini cukup terkejut tentunya. Namun ketika dia melihat gambar kedua orangtuanya di telepon genggam Jack membuatnya segera percaya kepada Jack.
"Terima kasih. Saya akan mempertimbangkan saran anda dengan baik," ucap Arthur yang langsung dibalas Jack dengan anggukan dan tepukan di pundak. Jack pun tersenyum lembut sambil menatap Arthur yang masih memandangi gambar kedua orang tuanya dengan perasaan kalut yang tak terbendung.
"Saya harap saran Jack dapat menyatukan kalian berdua kembali, ayah ... bunda," ungkap Arthur di dalam benaknya dengan serius. Arthur pun tak bisa lagi memungkiri bahwa dia memiliki perasaan berterimakasih sekaligus keinginan untuk membangun pertemanan yang tulus dengan Jack.
Jack yang dihadapkan pada pandangan Arthur hanya bisa tersenyum lembut seolah dialah penyelamat yang baru saja berhasil menjalankan aksi heroiknya. Keduanya pun terus melanjutkan perbincangan mereka hingga bel berdenting menandakan jam bimbingan belajar akan segera dimulai.
Keduanya kemudian kembali ke kelas, dan Arthur segera pergi ke bangku Adrian terlebih dahulu yang kosong.
"Kemana anak ini?" tanya Arthur di dalam hati.
Namun, tidak butuh waktu lama, suara pintu terbuka segera memberitahu Arthur jawabannya. Disana dia bisa melihat Adrian yang baru saja datang dari luar. Adrian juga tampak membawa segelas ice americano yang setengah habis.
"Anda habis dari cafeteria juga ya? Kenapa saya tidak melihat anda?"
"Tentu saja kalian tidak akan melihat saya. Saya melihat anda keluar melalui pintu samping cafeteria sementara saya baru memesan minuman ini. By the way, tidak masalah kan membawa masuk minuman ke ruang kelas ini? Apa ada larangan?" tanya Adrian dengan ekspresi yang datar. Jauh dilubuk hatinya, dia ingin menertawai keduanya karena tentu saja Adrian sebenarnya telah sejak awal mendengar ucapan keduanya.
"Hm, tidak ada. Oh iya, ini ada sebuah surat dari seorang gadis. Saya tidak mengenalnya, tetapi dia cukup berani untuk meminta tolong kepada saya agar segera memberikannya kepada anda." ucap Arthur sambil menyerahkan surat dan standing pouch yang sedari tadi berada di pangkuannya.
Adrian mengambilnya dengan acuh dan kemudian segera duduk di tempat duduknya tanpa mengucapkan terima kasih kepada Arthur. Arthur yang melihat ini cukup tidak suka tetapi dia menahan ketidaksukaannya dengan tetap tersenyum kepada Adrian dan berniat pergi meninggalkannya begitu saja.
Namun baru selangkah Arthur melangkah, suara Adrian seperti berbisik mengema di telinga Arthur dan membuatnya terkejut.
"Anda sangat polos untuk orang yang selalu memakai topeng kemanapun anda pergi," gumam Adrian dengan tatapan sinis yang dia lontarkan kepada Arthur yang membelakangi dirinya karena siap akan pergi menuju bangkunya.
Sontak keinginan Arthur untuk kembali ke bangkunya pupus, tergantikan oleh rasa penasaran dan dia sebenarnya cukup tersinggung dengan kata-kata Adrian. Dia memalingkan wajahnya dan menatap Adrian yang memiliki sedikit smirk di sudut mulutnya.
"Dia berhasil menipu anda," bisik Adrian tanpa suara.
Walaupun begitu, gerakan bibir yang dia lakukan bisa dibaca dengan jelas oleh Arthur dan remaja itupun seketika kaku.
"Apa yang orang ini maksud?" pikir Arthur yang beranjak menghampiri Adrian dan menarik kerah pakaiannya. Dia menginginkan penjelasan dari Adrian yang baru saja menumpahkan sup ke pakaiannya. Arthur sama sekali tidak mengerti.
Adrian pun kembali bergumam, "Jangan tersulut amarah. Ini tidak seperti anda!" ucap Adrian dengan nada yang tenang.
Dia pun membuka ponselnya dan mengirimkan beberapa file kepada Arthur.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjahat Yang Membalas Dendam
Teen FictionAdrian cukup beruntung untuk kembali ke masa lalu setelah kematiannya yang menggenaskan melawan musuh bebuyutannya. Adrian yakin bahwa dia pasti bisa menjatuhkan musuhnya itu setelah hidup dan melewati kematian sekali. Namun, yang tidak Adrian sangk...