15

428 124 18
                                    

Adrian segera bergegas keluar dari ruang konseling diikuti oleh Pak Johan. Adrian menghela napasnya lega, dan tak lama suara bel pulang di sekolahnya berbunyi.

"Tuan muda, apa anda akan pulang bersama saya atau-" ucap Pak Johan yang langsung dipotong oleh Adrian.

"Saya akan pergi bersama anda." jawab Adrian, "Tunggu, saya akan segera kembali,"lanjut Adrian yang bergegas meninggalkan Pak Johan sendirian di koridor. Pak Johan yang melihat anak muda itu tergesa-gesa tidak bisa menahan pertanyaan dari dirinya sendiri. 

"Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Pak Johan sambil melihat pemandangan punggung Adrian yang semakin menjauh dari pemantauannya.

Sementara di tempatnya saat ini, Adrian tidak segera berbelok ke ruang kelasnya, melainkan menuju ke toilet. Ia tampak tergesa-gesa dan ekspresinya sangat tidak baik.

Ia segera masuk dan berjalan ke arah wastafel. Ia kemudian memutar keran dan segera membasuh wajahnya. Adrian kemudian mendongak dan melihat pantulan wajahnya dari kaca yang sengaja dipasang di sepanjang wastafel.

"Huh, apa yang  sebenarnya terjadi ???"gumam Adrian. Ia segera kembali mengingat apa yang terjadi padanya di ruang konseling barusan.

"Saya hanya mengancam Jena pada awalnya, tapi tidak lama saya mendengar sebuah suara statis yang asing. Dan seolah menjawab pertanyaan saya, Jack merespons dengan sangat masuk akal dan ia bahkan tertawa seolah menjawab bagaimana ia bisa mengetahui beberapa hal tentang saya. Sama seperti saya, Jack kemungkinan terlahir kembali atau melakukan regresi seperti saya,"ungkap Adrian di dalam kepalanya.

"Tidak ada alasan untuk Jack bisa mengetahui banyak hal tentang saya, kecuali melalui bantuan sistem. Jika apa yang saya dengar adalah nyata, sistem baru saja terikat baru-baru ini sehingga tidak mungkin Jack memiliki akses informasi sedikitpun tentang Adrian. Maka sudah dipastikan bahwa entah dia melakukan regresi atau ia mendapatkan ingatan novel, Jack pasti salah satu diantaranya. Bukankah berarti kelebihan saya dalam mengetahui informasi di depan menjadi tidak berguna jika kami sama-sama dari masa depan??" ucap Adrian dengan raut ketakutan di wajahnya.

"Tidak Adrian. Anda tidak boleh takut. Masalahnya bukan hanya itu saja saat ini," gumam Adrian mencoba menenangkan dirinya yang sedikit gemetar.

"Pertanyaaannya, mengapa saya bisa mendengar suara sistem? Apa hal ini berkaitan dengan kemuduran saya ke masa ini? Apakah ini keberuntungan atau Kesialan?"tanya Adrian pada dirinya sendiri. Karena jelas suara sistem seharusnya bersifat ekslusif yang hanya bisa didengar oleh host.

Saat ini ada banyak sekali pertanyaan yang terlintas di kepala Adrian dan ia ingin segera mencari tahu jawabannya.

"Saya sudah terlanjur shock karena mendengar suara sistem  dan memutuskan kabur dari ruangan karena saya takut. Saya rasa, saya masih membawa trauma masa lalu saya ke kehidupan saya saat ini. Betapa menyedihkannya saya! Sekarang saya tidak punya pilihan selain menjadi penasaran," ucap Adrian yang segera mengeringkan wajahnya menggunakan tissue.

Ia kembali menatap pantulan wajahnya sekali lagi dan kembali bernostalgia ke masa lalunya yang juga akan menjadi masa depannya di dunia ini.

"Saya ditakdirkan memiliki wajah yang hancur."ungkap Adrian sambil melihat betapa masih sempurnanya dia di masa ini. Ia tidak bisa menahan senyum ketirnya karena Adrian masih dengan jelas mengingat bagaimana rupa buruknya di masa lalu.

"Saya tidak bisa membiarkan tubuh dan wajah saya kehilangan kesempuranaannya hanya karena dunia menetapkan saya sebagai villain di dunia ini lagi. Saya telah merasakan kehancuran saya sekali dan saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi kali ini!"

"Tegarlah, Adrian. Saat ini anda masih memiliki semua sumber daya anda, dan yang paling penting di kehidupan ini, anda memiliki semua informasi tentang dunia ini melalui ingatan alur novel, yang saya ragukan bisa diakses oleh protagonis atau villain lainnya. Dan jika suara yang baru saja saya dengar itu bisa saya dengar setiap kali Jack mendapatakan misi, maka hal tersebut bisa menjadi pengingat saya, mengingat efek kupu-kupu yang mungkin bisa saja terjadi di masa depan. Hal ini bisa sangat membantu saya menjaga jarak aman dengan protagonis." tekad Jack di dalam kepalanya. Ia telah bersumpah untuk membalas dendam kepada musuh bebuyutannya dan Adrian harus bisa mencapai tujuannya. Tidak peduli apapun caranya.

Kriett (suara pintu terbuka)

Sesosok remaja laki-laki masuk dan cukup terkejut melihat orang di hadapannya. Ia pun mendekati Adrian yang terlihat melamun memandangi kaca,

"Adrian? Urusan anda sudah selesai dengan murid baru itu?" tanya Bobby, yang tidak lain merupakan teman sebangku Heseol saat ini. Di masa lalu, saat mereka  di kelas 11, Bobby merupakan teman sebangku Adrian dan mereka berdua memang  cukup dekat.

Adrian beralih ke Bobby dan tampak menarik satu alisnya ke atas seolah sedang mempertanyakan sesuatu.

"Oh, maaf ikut campur. Saya mendengar anda diseret kesana. Begitu juga dengan Heseol. Ah, dia teman sebangku saya saat ini," lanjut Bobby dengan tangan yang mengaruk ujung lehernya, sepertinya gugup. Adrian cukup bingung karena memang Bobby biasanya bukan orang yang suka ikut campur urusan orang lain.

"Saya baik-baik saja. Tapi anak baru itu sangat menyebalkan. Saya rasa Heseol harus memberinya pelajaran.. Kamu tau, dia yang memberitahu guru kalau Heseol yang membully Rowen." ucap Adrian tanpa berkedip sedikitpun.

"Bukankah ini berarti ada pengkhianat di sistem kita? Anak baru itu pasti memiliki narasumber kan?"

"Tentu saja, Bob. Dia bahkan tahu bahwa saya berencana untuk bergabung di bawah sayap Heseol. Saya rasa itu sebabnya dia menyeret saya, berpikir saya adalah bagian dari Heseol dan ingin menghukum saya bersama Heseol,"

"Lalu apa yang terjadi?"

"Saya tidak tahu, tapi saya harus meminta anda untuk memberi tahu Heseol. Bagaimanapun satu-satunya orang yang tahu soal ini pasti Heseol. Karena mungkin anak baru itu ada hubungannya dengan musuh Heseol yang mungkin tidak dia sadari?" ungkap Adrian sambil  tersenyum rendah.

"Apakah kalian berakhir di skors?"

"Saya tidak. Tapi saya tidak tahu tentang Heseol,"

"Huh, saya rasa dia akan dikeluarkan? Bukankah menurutmu begitu? "

"Saya tidak tahu, tapi saya meragukan dia akan tetap bisa bersekolah disini,"

"Ini berita yang sangat buruk."

"Tentu. Jika hal tersebut terjadi, perebutan kekuasaan untuk merebut posisi Heseol akan sulit dihindari. Bukankah ... ini seperti yang kamu harapkan Bob?" tanya Adrian
dengan memasang senyum yang ambigu ke arah Bobby.

"HAHAHA! Mengapa anda selalu sangat tajam, Adrian?"

***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang