47

225 49 5
                                    

Mereka sampai ke kelas. Adrian duduk di tempatnya dan tidak lama waktu pembelajaran di kelas kembali dilanjutkan. Tidak ada hal hal lain yang terjadi di hari itu kecuali fakta bahwa setelah sekolah berakhir,  Henri Mangkudewa secara khusus datang menjemputnya ke sekolah.

"Apa yang kamu tunggu? Masuk ke mobil," ucap Henri yang sarat akan perintah. Adrian hanya menuruti saja karena menurutnya kabur juga bukan pilihan yang tepat.

Di mobil, ketika keduanya sudah berada di perjalanan, Henri tiba-tiba melemparkan tablet yang baru dia pegang ke dalam dekapan Adrian.

Adrian yang tidak memiliki clue kemudian melihat gambaran yang ditampilkan di tablet, dan memerhatikan rekaman cctv yang tepat berada di sekitaran minimarket tempat dia persis mempermalukan dirinya. Sontak rambutnya langsung mengejang karena terkejut karena tanpa dia sadari, Henri mungkin sudah tahu kelakuannya sejauh ini. Tetapi sejauh apa? itu yang tidak bisa Adrian pastikan.

"Ini tidak seperti apa yang anda pikirkan? Saya sama sekali tidak membuat masalah," ucap Adrian dengan setenang mungkin mengembalikan rekaman tersebut ke ayahnya.

"Begitu ya? Lalu apa yang anda lakukan di kawasan kumuh itu?" tanya Henri dengan pandangan yang menuju ke luar mobil.

"Apa ada kaitannya dengan informasi keluarga yang kemarin anda suruh Robert cari? Tapi, di bagian mananya itu berhubungan dengan kawasan itu?" tanya Henri lagi dengan kata-kata yang serius.

"Itu masalah yang berbeda." jawab Adrian pada akhirnya. Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke luar jendela. Dia berharap Henri secara sadar menghentikan pertanyaan untuknya karena Adrian sama sekali tidak berniat menjelaskan semuanya.

"Anak itu bukan dari kelas anda, kan? Arthur? Apa dia pernah menyinggung anda sebelumnya?" tanya Henri tidak mempedulikan perubahan ekspresi pada wajah Adrian.

"Bukan untuk itu. Saya hanya ingin membantunya," jawab Adrian.

"Tolong, jangan bertanya lebih lanjut karena saya tidak ingin membahasnya lebih lanjut," lanjut Adrian sesaat ketika Henri baru akan membuka mulutnya kembali.

Henri kemudian menurut dan diam sejenak. Tetapi dia tetap pada pendiriannya untuk menghukum bocah tersebut.

"Baik. Saya tidak akan bertanya lebih lanjut. Tetapi, pastikan anda harus membayar jasanya!" ucap Henri dengan aura yang selalu tenang.

Adrian yang tidak mengerti dengan maksud ayahnya, kemudian berbalik menatap ke arah ayahnya di sampingnya.

"Membayar jasa?" tanya Adrian yang membuat sudut mulut Henri sedikit terangkat.

"Tentu saja. Anda sudah menipu bawahan saya untuk kepentingan anda. Akibatnya saya jadi harus membayar jasanya untuk sesuatu yang sama sekali bukan bagian dari kepentingan saya. Adrian, kamu harus membayar kembali uang saya!"

"Itu hukuman anda," lanjut Henri.

"Apa yang harus saya lakukan?"tanya Adrian tanpa gelisah sama sekali. Menurutnya, hukuman tersebut tidak lain hanya sebatas kegiatan membersihkan rumah mewahnya. 

"Apa anda bisa bekerja?" tanya Henri dengan tatapan yang merendahkan. 

"Datang dan bekerjalah di perusahaan saya. Datangi HR dan tanyakan padanya pekerjaan apa yang bisa anda kerjakan." ucap Henri.

"Apa anda serius?" tanya Adrian tidak yakin. 

Bukankah ini terasa sedikit seperti mimpi?

***

Penjahat Yang Membalas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang