🖤 Chapter 3

3.5K 265 5
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Jangan lupa membaca Al-Qur'an sebelum membaca novel

Happy reading my Dreamers, and welcome to Fay's black world

🖤🖤🖤

Present > 20 years old

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Present > 20 years old


PRANG!

Suara benda pecah terdengar nyaring oleh indera pendengaran Fay. Dirinya yang baru saja hendak bersiap memakai kerudung, tak jadi karena langsung bergegas datang menghampiri sumber suara. Pintu kamarnya dibuka, kakinya terus melangkah menuju dapur.

Dari balik dinding, terdengar jelas percekcokan antara ayah dan ibunya. Suara tadi asalnya dari sebuah gelas yang pecah. Kepedihan di hati Fay semakin terasa tatkala melihat ayahnya tengah mencerca ibunya, dengan nada suara tak gentar.

"Aku butuh uang! Cepat berikan! Ini penting demi permainanku!"

"Mas! Kamu apa-apaan, sih? Jangan begitu, uang ini untuk membeli beras! Kamu jangan hanya berpikir soal bermain judi aja. Haram, Mas! Aku udah bilang berkali-kali sama kamu, cari kerja..."

"Kamu pikir mudah mencari kerja dengan usia segini, dengan keadaan segini? Zaman sekarang butuh yang namanya uang muka! Itu syarat untuk masuk. Aku bermain judi, sesekali dapat, dan bisa menambah makan, bukan? Makanya aku butuh sekarang, nanti jika aku dapat, bakal aku ganti!"

"Enggak! Aku nggak mau makan uang haram!"

"BERISIK!"

Fay yang melihat ayahnya hendak melayangkan tangan kanannya kepada sang ibu, dengan gerak cepat menghampiri dan menahan tangan itu. Melindungi Ayu di balik tubuhnya. Karenanya, Wildan yang semakin marah langsung menepis tangannya dengan kasar.

"Ayah, udah cukup! Jangan pernah main tangan kepada Ibu! Ayah marah, Fay persilakan, Ayah ngamuk, Fay persilakan karena Fay tahu semua itu sama sekali nggak bisa mengubah keadaan. Tetapi, kalau Ayah udah main tangan, Fay nggak segan ikut campur," jelas Fay yang berwajah dingin seiring nada penuh penekanan dikeluarkan.

"Kamu ini sok-sok'an mau jadi pahlawan, hah! Mentang-mentang bisa bela diri, mau lawan Ayah? Durhaka, kamu!"

Fay mendengkus kesal. Betapa menyebalkan ayahnya sendiri bicara seperti itu. "Sampai kapanpun, Fay nggak akan membiarkan Ayah dapat uang sepeser pun dari kita. Karena hal itu haram. Tapi kalau Ayah mau berubah, kalau Ayah mau dimodalkan untuk buka usaha, dengan senang hati Fay akan membantu meski sedikit."

"Kamu nggak tahu susahnya bersaing di luar sana! Apalagi hanya mengandalkan modal kecil. Udah, lah! Kalian memang nggak bisa diharapkan." Wildan lekas berlalu pergi meninggalkan rumah. Yang sebenarnya merupakan rumah peninggalan milik orang tua Ayu.

Enemy in Your Area (#1) [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang