🖤 Extra Chapter 🎶

3.5K 293 75
                                    

بسم الله الر خمن الر حيم

Jangan lupa membaca Al-Qur'an sebelum membaca novel

Happy reading my Dreamers, and welcome to Fay's black world

🖤🖤🖤

SEBUAH usapan yang begitu hangat dan lembut, sungguh terasa pada pucuk kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEBUAH usapan yang begitu hangat dan lembut, sungguh terasa pada pucuk kepalanya. Membuat wanita itu sempat menggeliat dalam tidurnya, namun tak terbangun dan kembali tidur, hanya mengubah posisi yang menurutnya lebih nyaman.

"Ay... kamu nggak mau bangun?"

Suara lembut yang begitu sopan merasuk ke kalbu serta indera pendengaran itu, hanya dibalas erangan kecil oleh Fay.

Melihat istrinya malah semakin menutupi diri dengan selimut, padahal sebentar lagi masuk waktu Subuh, Raka tertawa pelan. Lelaki yang kini duduk di tepi ranjang itu berusaha lagi untuk membangunkan Fay.

"Ay, serius kamu nggak mau bangun?" Ulangnya. "Ini udah mau masuk waktu Subuh, lho."

"Apa? Udah Subuh?" akhirnya, Fay membuka selimut. Matanya yang nampak menyipit karena dipaksa itu, menatap Raka serius.

Anggukan kepala Raka berikan. "Iya, udah jam setengah lima, mau bangun? Tapi kalau kamu masih capek ya... nggak apa-apa. Kamu juga harus mandi. Mau aku bantu?"

Melihat senyum tengil lelaki itu, Fay melayangkan pukulan kecil pada lengan suaminya. Membuat Raka kembali tertawa. Apalagi melihat wajah Fay yang mulai memerah.

Fay memandang sang suami yang telah rapi mengenakan kaos putih bersih serta sarung untuk beribadah. Terus tersenyum dan menggenggam erat tangannya.

Apa... dia salah lihat?

Apa... dia sedang bermimpi?

Sejak kapan pemandangan indah itu bisa ia lihat sepuasnya seperti sekarang ini?
Mengapa hatinya begitu merasa senang dan damai mendapati perilaku lelaki itu telah berubah?

Sungguh, inilah yang begitu Fay idamkan bilamana dia berada dalam sebuah pernikahan. Memiliki suami yang mau sama-sama belajar memperbaiki diri. Sama-sama saling mengingatkan akan kebaikan. Beginilah yang Fay inginkan.

Dan tanpa sadar, bola mata Fay mulai berkaca. Bibirnya sedikit gemetar seakan hendak merengek.

Tentu saja, hal itu mengundang kebingungan bagi Raka. "Kamu kenapa, Ay? Kok mau nangis?"

Enemy in Your Area (#1) [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang