🖤 Chapter 11

2.7K 229 112
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Jangan lupa membaca Al-Qur'an sebelum membaca novel

Happy reading my Dreamers, and welcome to Fay's black world

🖤🖤🖤

FAY memarkirkan sepeda di parkiran kampus Jum'at pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FAY memarkirkan sepeda di parkiran kampus Jum'at pagi ini. Lantas melangkahkan kaki menuju gedung fakultas, dengan tangan kanan yang mengapit tote bag putih polos. Berpenampilan mengenakan setelan rok tunik berwarna biru navy yang menjadi outfit kali ini.

Ia sendiri memang suka mengenakan pakaian yang berwarna gelap. Entah mengapa hatinya merasa senang jika memakai warna-warna itu, terlebih lagi the most her favorite colour - black.

Akan tetapi, sebelum sampai di depan fakultas, bahkan belum ada di pertengahan jalan, dari arah belakang tiba-tiba saja lengan Fay dicekal oleh seseorang. Mendapat hal itu, ia segera melakukan gerakan perlindungan diri dengan menekuk engsel tangannya yang dicekal dan memisau tangan orang yang menyerang dengan tangan satu lagi.

Dengan sentuhan terakhir ditujukan pada sang penyerang, yakni mendorong tubuh belakangnya hingga orang itu hampir terjungkal. "Brengsek, lo! Gue mau jatuh!"

Fay mendengkus kasar karena ia mengenal siapa orang itu. "Ya siapa suruh! Terus apa maksud kamu berbuat kayak gitu?" sentak Fay saat melihat bahwa orang yang memperlakukannya seperti tadi adalah Raka, sang putra dari Adji Pramudya.

"Justru lo yang apa-apaan! Ikut gue!" tak kalah menyentak, Raka berjalan memimpin. Sesekali ia menoleh ke arah belakang, untuk melihat apakah Fay ikut dengannya atau tidak.

Sudah pasti wanita itu akan mengikuti karena merasa penasaran bagaimana komentar Raka mengenai keputusan papanya yang ingin menikahkan mereka berdua. Bisa dilihat dari kilatan mata Raka saat Fay tak sengaja saling bersitatap.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di sebuah lorong kosong gedung kampus yang tak banyak dilewati orang. Bahkan hampir sama sekali tak ada orang.

"Kamu kenapa bawa saya ke sini? Saya nggak mau berduaan sama yang bukan mahram. Kita bisa bicara di kelas," tandas Fay sembari menyilangkan kedua tangan di dada.

"Lo gila, ya! Maksud lo terima ajakan bokap gue buat nikah itu apa?!"

Ah, benar apa yang dipikirkan Fay. "Orang tua kamu yang lebih dulu menawarkannya," jawab Fay santai, dengan wajah datar seperti biasa. Mungkin dengan tambahan sedikit sunggingan sudut bibir kanannya.

Melihat gaya menyebalkan Fay yang seakan tak ada rasa takut, membuat Raka semakin merasa kesal. Apalagi wajah wanita di hadapannya ini tampak tak ada beban sama sekali. Pintar dalam menutupi problematik hidupnya.

Enemy in Your Area (#1) [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang