"Lo bisa kesini? Jévgas daritadi ngga mau makan dan manggil-manggil nama lo mulu"
Michella tampak terdiam.
"Gue ngga bisa, lo tau kan hari ini hari apa?"
"Bolos sehari ngga bikin lo tolol"
"Masalahnya, gue kemaren udah ngga masuk!" geram Michella dengan lawan bicaranya.
"Terus lo mau Jévgas mati gara-gara demamnya makin tinggi?"
Ia menghela nafasnya kasar.
"Kasih telfonnya ke Jévgas, gue mau ngomong ama dia"
ෙ◌ෟ ⟨ ❀❀❀ ⟩ ෙ◌ෟ
Ceklek.
Semua yang berada di ruangan itu langsung saja menolehkan kepala ke seseorang yang baru datang.
Mereka menghela nafasnya lega saat melihat yang mereka tunggu-tunggu telah tiba.
"Lama banget lo, Liam" celetuk salah satu orang yang berada di ruangan itu.
"Macet" jawab Liam singkat dan segera berlalu menuju sofa.
Sedangkan seseorang yang baru saja datang, ia menatap mereka semua dengan pandangan rumit. Mereka sama-sama mengenakan baju seragam, tapi mereka tidak pergi sekolah. Atau dalam artian, Mereka membolos.
"Gimana?" tanyanya
"Jévgas tadi pagi sempet makan, tapi 3 suap doang" jawab salah satu dari mereka.
Ia menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju kamar seseorang yang ia maksut itu.
Ceklek.
Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah sebuah gundukan yang berada di tengah-tengah kasur.
Ia berjalan menuju gundukan itu, dan terlihatlah seseorang di balik gundukan tersebut.
Tangannya bergerak untuk menyingkap sedikit anak rambut yang menutupi dahi orang itu dan mengecek suhu badannya.
Ia menghela nafasnya.
"Lo akhir-akhir ini, hobi banget demam" gumamnya pada orang yang berada di kasur itu.
Ia berbalik, tujuannya sekarang adalah ke dapur untuk membuatkan orang itu semangkuk bubur.
ෙ◌ෟ ⟨ ❀❀❀ ⟩ ෙ◌ෟ
Selesai dengan pekerjaan dapurnya, ia kembali berjalan menuju kamar yang ia datangi tadi dengan tangan yang membawa nampan berisi makanan yang ia masak.
Sebelum itu, ia sempatkan untuk mampir sebentar ke ruang tamu.
"Makanannya gue taroh meja, gue tau lo semua pada belom makan" ucapnya dan segera berlalu menuju tujuan awalnya.
Ceklek.
Rupanya masih sama.
Orang yang berada di kamar itu masih saja bersembunyi di balik selimut yang menutupi tubuhnya itu.
Ia sejenak meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakas.
"Jév, bangun" Ia menggoyangkan pelan tubuh yang berada di depannya itu.
Orang itu tampak melenguh, namun matanya masih tertutup.
"Makan dulu, habis itu minum obat" ucapnya dengan tetap membangunkan orang di hadapannya.
Kedua matanya perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang memasuki retinanya.
"Alea?" panggilnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
Teen FictionJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...