Hari demi hari berlalu, dan selama itu pula Jévgas mendekatinya semakin terang-terangan. Bahkan Jévgas tanpa malu menunjukkan aksi PDKT nya dengan Michella tepat di hadapan para pacar-pacarnya.
Michella tentu dibuat heran oleh perilaku tersebut. Ia semakin curiga pada Jévgas.
Seperti saat ini, Jévgas mengikutinya saat ia hendak pergi ke kantin. Hal tersebut sudah biasa terjadi beberapa Minggu ini. Michella kira, Jévgas melakukan itu hanya untuk mengerjainya. Tapi siapa sangka, hal itu bertahan hingga beberapa Minggu kemudian.
"Mau makan apa?" tanya Jévgas saat mereka sudah berada di kantin.
"Batagor sama es teh" jawab Michella.
"Gib, pesenin batagor sama teh anget satu" titah Jévgas pada Gibran yang tengah asik menggoda para perempuan yang sedang makan.
Michella yang mendengar itu menatap Jévgas dengan tatapan melayangkan protes.
"Ngga usah aneh-aneh. Lo tiap habis minum es, pasti langsung batuk" alasan yang sama setiap harinya.
Gibran mendengus saat namanya di panggil oleh Jévgas, "Mana duitnya?"
Sang empu langsung saja merogoh sakunya dan mengambil selembar uang berwarna biru.
Sambil menunggu makanan mereka tiba. Jévgas berusaha membuka topik obrolan dengan Michella. Walaupun yang di balas oleh sang empu hanya seadanya.
Tak jarang seisi kantin menatap mereka dengan tatapan heran. Hal seperti itu memang sudah terjadi selama beberapa hari atau bahkan beberapa bulan ini, tetapi tetap saja mereka tetep di landa rasa heran saat melihatnya.
Ting.
Mereka berdua langsung saja menatap ponsel Michella yang berada di atas meja.
Michella yang mengetahui itu cepat-cepat mengantongi ponselnya sebelum orang di sebelahnya membaca notif tersebut.
Namun sayang, Jévgas sudah membaca pesan tersebut sebelum Michella sempat mengantongi ponselnya.
"Pulang sekolah bareng gue"
ෙ◌ෟ ⟨ ❀❀❀ ⟩ ෙ◌ෟ
Jévgas benar-benar menepati ucapannya. Bahkan saat bel pulang sekolah belum berbunyi, Jévgas sudah terlebih dahulu berdiri di depan pintu kelas Michella. Ia hanya berjaga-jaga takut Michella menghindarinya lagi seperti kemarin-kemarin.
Kringggg.
Bel pulang sekolah berbunyi begitu kerasnya.
Jévgas sedikit menepikan tubuhnya saat melihat seorang wanita paruh baya hendak keluar dari ruang kelas yang berada di hadapannya.
"Bel baru aja bunyi, tapi kamu udah berdiri disini" ujar guru tersebut saat Jévgas menyalimi tangannya.
Senakal apapun dirinya, Jévgas tetap menjunjung tinggi sopan santun. Seperti yang di ajarkan teman masa kecilnya itu.
"Iya, nunggu Michella" jawab Jévgas seadanya.
Guru itu mengangguk dan berpamitan pergi kembali ke ruang guru.
Jévgas diam di samping pintu kelas itu, dan menunggu penghuni yang ia tunggu-tunggu keluar.
Tampak orang itu membulatkan matanya terkejut saat mendapati dirinya menunggu tepat di depan kelas.
"Ayo" tanpa aba-aba, ia menarik tangan sang empu dan membawanya menuju parkiran.
"Ngga usah narik-narik gini Jév" ucapnya saat dirinya kini menjadi pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
Teen FictionJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...