Mereka berdua kini telah dalam perjalanan pulang setelah puas bermain di taman hiburan itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB.
Matahari pun masih terik-teriknya menyinari bumi.
Michella menghela nafasnya saat tubuhnya di banjiri keringat, padahal pendingin di dalam mobil sudah menyala.
Tangannya lagi-lagi meraih tisu yang berada di dekatnya.
Jévgas menatap Michella sekilas.
Tanpa bertanya, Jévgas menepikan mobilnya.
Michella sontak bingung, saat tiba-tiba saja Jévgas menepikan mobilnya.
"Kenapa?"
Pertanyaan Michella tak di gubris oleh Jévgas. Sang empu justru melepas seatbelt nya dan berjalan keluar.
Mata Michella senantiasa menatap pergerakan Jévgas yang tengah berjalan menuju bagasi mobilnya.
Ia terlihat mencari-cari sesuatu. Dan setelah ketemu, ia berjalan kembali menuju bangku kemudi.
Michella mengerutkan alisnya saat Jévgas justru kembali dengan membawa sebuah kain berwarna hitam.
Masih dengan diamnya. Ia menempelkan kain tersebut tepat di kaca depan Michella, hingga sinar matahari tidak dapat menembusnya.
Ia menggunakan sebuah tempelan yang dapat menempel di permukaan kaca, supaya kain itu tidak jatuh ke bawah.
Michella sontak menahan nafasnya saat Jévgas tiba-tiba saja mendekat ke arahnya.
Pikirannya negatif mulai menyerangnya.
Dari jarak sedekat ini, ia mampu mencium wangi maskulin Jévgas yang benar-benar membuat darahnya berdesir.
Srett.
Wajahnya spontan memerah. Bukan karena kepanasan, tetapi karena malu akan pikiran negatifnya.
Sial, sedari tadi ia bahkan tak menyadari bahwa ada gorden di kaca sebelahnya.
Rasanya bola mata Michella akan keluar detik itu juga.
Bukannya menjauh, selesai menarik gorden di sampingnya. Jévgas justru semakin mempersempit jarak mereka. Tangannya berada tepat di atas paha Michella.
Lagi-lagi pikiran kotor menguasai Michella. Ia meneguk salivanya susah payah, saat Jévgas menatapnya dalam-dalam.
Dirinya sontak memekik kecil, saat senderan kursinya tiba-tiba saja turun.
Secara refleks, dia menarik kepala Jévgas sebagai pegangannya. Dan jadilah Jévgas bersandar di dadanya.
Deg.
"O-ow sorry" ucap Michella dan segera menarik tangannya.
Jévgas menunduk berusaha menetralisir wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
Teen FictionJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...