Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba. Hari ini adalah hari dimana Bhara Cup akan di laksanakan. Lapangan indoor SMA Bhakti Aksara tampak sudah di penuhi oleh para murid yang berasal dari sekolah lain.
Di karenakan banyaknya jumlah sekolah yang mengikuti pertandingan ini, maka kegiatan ini akan di laksanakan selama 3 hari berturut-turut.
Dan para murid-muridnya melaksakan kegiatan belajar mengajar melalui daring.
Di tengah lapangan sana, para anak dari eskul dance sedang menampilkan koreografi terbaik mereka.
Tak lupa eskul cheerleader turut meramaikan suasana dengan menampilkan gerakan terindah mereka.
"Itu bukannya Cia?" tanya Gibran saat melihat orang yang sedang menampilkan akrobat nya bersama anggota cheer yang lain.
"Iya, kan si Cia ketua eskul cheer" sahut Rey.
"Tapi kok--" Gibran hendak bertanya kembali, tetapi omongannya di potong oleh Rey.
"Gue juga awalnya heran, tapi yaudah lah ya"
Mereka ber 5, memang sengaja membolos kegiatan daring demi menonton pertandingan ini.
Sebenarnya hanya Jévgas yang ingin menonton, tapi Gibran merengek ingin ikut dan memaksa teman-temannya yang lain untuk ikut juga.
Solidaritas, katanya.
Dan jadilah seperti ini, dengan Liam yang duduk di paling pinggir, lalu di sebelahnya ada Jévgas, Gibran, Daffa, dan Rey.
"Kira-kira siapa yang jadi lawan kita hari ini ya?" tanya Daffa seraya memakan popcorn yang berada di pelukannya.
"SMK Kusuma Bangsa" jawab Liam tanpa mengalihkan pandangannya dari lapangan.
Mereka langsung menatap Liam tak percaya. "Kok lo tau?" heran Gibran.
Liam hanya diam tak menjawab. Fokusnya kini hanya lapangan yang berada di depannya.
Para pemain tampak sudah memasuki area lapangan, dan duduk di tempatnya yang sudah di sediakan. Mereka menyiapi segala kebutuhan di lapangan nanti.
"Michella ngga ada?" tanya Gibran saat tak melihat adanya keberadaan orang itu.
Atensi mereka seketika beralih menatap tempat para pemain SMA Bhakti Aksara. Dan benar saja, di sana belum ada tanda-tanda kehadiran Michella.
Tangan Jévgas seketika meraih ponsel yang berada di sakunya.
Sial.
Sepertinya Michella tengah mematikan data nya, membuat pesan yang ia kirimkan hanya mendapat ceklis satu.
"Waktunya tinggal 10 menit lagi"
Jévgas seketika menatap papan waktu yang ada di sana. Tangannya tiba-tiba saja berkeringat dingin, ia khawatir Michella kenapa-napa saat perjalanan menuju ke sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
Ficção AdolescenteJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...