Dengan baju yang basah oleh keringat, Jévgas berlari melintasi koridor rumah sakit yang ramai akan orang.
Setibanya di bandara tadi, ia langsung berlari keluar dan menaiki asal taksi yang berada di sana.
Bahkan ia menyogok sang supir supaya dirinya saja yang menyetir.
Sang supir berkali-kali mengucap istighfar saat Jévgas menyetir dengan ugal-ugalan. Tetapi si empu tak mengindahkan hal itu, ia tetap menancapkan gasnya semakin kencang agar cepat sampai tempat tujuan.
Setelah bertanya kepada suster yang berada di sana. Jévgas kembali melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruangan IGD, tempat Michella berada.
Pikirannya benar-benar berkecamuk oleh perkataan pengawalnya tadi.
"Ojek online yang Nona Michella naiki mengalami kecelakaan"
"Kepala Nona terbentur pinggiran trotoar dan mengalami pendarahan"
"Sekarang saya dan para warga yang ada di sana, tengah menuju ke rumah sakit terdekat"
Damn.
Bagai di selang petir di siang bolong, jiwa Jévgas seolah keluar dari tempatnya.
"Gimana?" tanya Jévgas dengan nafas hang terengah-engah, saat dirinya baru saja sampai di depan ruang UGD.
Ia melihat kemeja putih yang di kenakan Fathan terdapat bercak darah yang lumayan banyak, hal itu semakin membuat dirinya lemas tak berdaya.
Fathan a.k.a salah satu pengawal Jévgas, langsung saja bangkit dari duduknya saat melihat kedatangan sang Tuan Muda.
"Masih di periksa, Tuan" jawabnya dengan kepala yang menunduk hormat.
Mendengar itu, Jévgas mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Tukang ojol nya gimana?" tanya Jévgas.
"Sedang di obatin sama suster, Tuan"
Jévgas mendudukkan dirinya di bangku rumah sakit itu.
"Orang tua Alea udah lo kasih tau?" kata Jévgas dengan badan yang ia senderkan di sandaran kursi.
"Sudah. Maaf jika saya lancang, karena tadi membuka ponsel Nona tanpa meminta izin"
Ia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, "Karena ini lagi urgent, jadi gue maafin"
Setelahnya, hanya hening yang mengisi atmosfer mereka.
Ceklek.
Melihat pintu ruangan di depannya terbuka, ia dengan sigap bangun dari duduknya.
"Dengan keluarga pasien?"
"Saya suaminya dok!" jawab Jévgas tanpa pikir panjang.
Fathan yang mendengar itu memelototkan matanya terkejut. Sejak kapan Tuan Mudanya itu sudah menikah, pikirnya.
"Pasien mengalami pendarahan pada kepalanya, untung kalian cepat membawanya ke sini. Jika tidak, hal itu dapat berdampak fatal"
Jantung Jévgas berdetak sangat cepat saat mendengar hal itu, tangannya pun mendingin.
"Keningnya barusan kita jahit, sebanyak 3 jahitan. Di karenakan disitu terdapat robekan yang cukup menganga, serta disitu lah pusat pendarahan terjadi"
"D-dia ngga amnesia kan dok?" Itulah pertanyaan yang sedaritadi tersimpan di kepalanya. Ia hanya takut Michella melupakannya, karena kecelakaan ini.
"Pasien hanya mengalami luka luar saja, tidak ada luka dalam yang cukup serius" jawab sang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
Fiksi RemajaJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...